Kini hanya keheningan yang tercipta diantara keduanya, Kaisar yang sedikit menyesali perkataannya barusan, sedangkan Rendra berusaha menghabiskan makanannya walaupun dalam keadaan menangis.
Meskipun berkata Kasar, sebetulnya dalam hati kecil Kaisar dia merasa kasihan melihat kondisi papanya sekarang, dia sudah mendengar cerita dari Anika mengenai apa yang Rendra alami dan dia yang mengalami kebangkrutan. Apalagi sekarang, di tengah hidupnya yang pas-pasan, Rendra harus mengalami kesulitan akibat tertabrak oleh Kaisar, hal itu juga membuat Rendra harus bersusah payah dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Tapi terlepas dari semua itu, setiap kali melihat Rendra, Kaisar pasti mengingat kejadian beberapa tahun lalu dan itu yang menjadi pemicu kemarahan Kaisar tak terbendung.
Kaisar membuka mulutnya hendak menyampaikan sesuatu kepada Rendra, namun tiba-tiba Nara keluar dari dalam kamar mandi.
"Udah Kai, sekarang kamu yang ganti baju gih! Biar nggak masuk angin." Ucap Nara.
Kaisar menoleh ke arah Nara, "Eh Iya, mana bajunya tadi?"
"Oh ini, tadi ikut kebawa ke kamar mandi." Jawab Nara sambil menyodorkan bungkusan berisi baju Kaisar.
"Aku ganti baju dulu." Ucap Kaisar dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.
Nara beralih ke Rendra yang tengah makan kemudian berkata, "Gimana pak, makanannya enak, bapak suka?"
"Enak, saya suka." Jawab Rendra dengan tersenyum dan dia berusaha untuk tidak terlihat sehabis menangis.
Namun sayang, Nara adalah gadis yang begitu peka dan teliti, sehingga dia bisa langsung melihat mata Rendra yang membengkak karena menangis.
"Apa bapak menangis?" Nara bertanya dengan sedikit panik, kemudian melanjutkan perkataannya, "Atau ada yang terasa sakit? Saya panggilkan dokter ya pak?"
Rendra menggeleng pelan, "Jangan! Saya tidak sakit, saya hanya merindukan keluarga saya saja."
Raut wajah Nara yang sebelumnya panik kini berubah menjadi sedih, dia tidak bisa bicara apa-apa. Ternyata sangat menyakitkan hidup sebatang kara, apalagi harus membawa kerinduan yang sangat besar di dalam hidup mereka tanpa bisa terobati.
"Bapak yang sabar ya, suatu saat saya yakin bapak pasti bisa bertemu dengan keluarga bapak." Ucap Nara.
Rendra yang mendengar itu hanya tersenyum kecut, "Terima kasih nak."
"Ngomong-ngomong dari tadi kita sudah berbincang banyak hal tapi aku belum mengetahui namamu." Lanjut Rendra.
"Ah maaf pak, saya sampai lupa memperkenalkan diri, nama saya Nara pak." Jawab Nara sambil mengulurkan tangannya ke arah Rendra untuk bersalaman.
"Saya Rendra." Ucap Rendra.
Keduanya melanjutkan perbincangan, Rendra bercerita banyak mengenai putranya kepada Nara tanpa menyebutkan nama Kaisar. Sampai pada akhirnya Kaisar selesai berganti baju dan bergabung dengan keduanya.
"Kamu sudah selesai?" Nara bertanya kepada Kaisar yang hanya dibalas anggukan kepala dari pemuda tersebut.
"Oh ya pak, ini Kaisar pacar saya yang saya sebutkan sebelumnya."
"Dan Kai, ini pak Rendra." Nara memperkenalkan keduanya tanpa mengetahui sebenarnya mereka adalah orang tua dan anak.
Kaisar mengulurkan tangannya dengan ragu, hendak bersalaman dengan Rendra, "Saya Kaisar." Ucapnya dengan suara canggung.
Rendra juga sama ragunya untuk bersalaman dengan Kaisar, "Saya Rendra." Keduanya berjabat tangan, dalam hati Rendra begitu bahagia meskipun hanya sekedar bersalaman dengan putranya, namun itu sudah lebih dari cukup bagi Rendra. Namun sayangnya, kebahagiaan itu hanya bertahan sementara karena Kaisar buru-buru menarik tangannya.
Nara tersenyum melihat keduanya sebelum berkata, "Oh ya pak, tadi bapak cerita katanya kami seumuran dengan anak bapak?"
"Iya, lebih tepatnya putraku seumuran dengan Kaisar ini." Jawab Rendra sambil menatap ke arah Kaisar.
"Oh ya? Wah pasti anak bapak sangat tampan." Ucap Nara.
"Benar, putraku sangat tampan dan gagah, dia juga pemuda yang sangat cerdas dan penyayang terutama ke ibunya. Dan yang paling membuatku bangga adalah, meskipun usianya masih begitu muda, dia sudah bisa menjadi sosok yang bertanggung jawab dan mampu melindungi ibunya." Rendra berkata tanpa mengalihkan pandangannya dari Kaisar, sorot matanya menunjukkan kejujuran bahwa ia begitu bangga kepada putranya yang kini tengah berdiri tepat di depannya.
Kaisar hanya menatap Rendra dengan tatapan dingin, tak ada kebahagiaan sedikitpun yang terpancar dari mata Kaisar saat mendengar perkataan Rendra yang ditujukan kepadanya.
"Bapak pasti sangat merindukannya ya?" Hanya Nara yang menanggapi perkataan Rendra.
"Iya, setiap hari aku selalu merindukan putraku. Kalau Tuhan mengijinkan, aku ingin memeluknya sekali saja dan itu sudah lebih dari cukup bagiku." Mata Rendra berkaca-kaca saat mengucapkan itu, rasanya begitu menyakitkan meskipun dia bisa mengucapkan langsung di depan Kaisar, namun pria paruh baya itu tidak bisa melakukan apa-apa karena Nara tidak boleh sampai tahu mengenai kebenaran antara Rendra dan juga Kaisar.
Disisi lain Kaisar mengepalkan tangannya keras, "Tidak ada asap kalau tidak ada api." Tiba-tiba Kaisar mengucapkan perkataan yang membuat bingung Nara.
"Maksud kamu Kai?" Nara bertanya dengan heran.
Sementara Rendra yang mengetahui maksud Kaisar hanya bisa menunduk, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"Bukan apa-apa." Jawab Kaisar, dia kemudian melihat ke arah jam tangannya, "Ini sudah larut malam, aku akan antar kamu pulang." Kaisar berkata kepada Nara.
"Benarkah?" Nara ikut melihat jam tangannya, "Oh astaga, ayo kita pulang." Ucap Nara.
"Kami pulang dulu, besok saya akan datang lagi." Kaisar berkata dengan dingin kepada Rendra.
"Sekali lagi kami benar-benar minta maaf ya pak atas kejadian ini, bapak tidak perlu memikirkan tentang biaya rumah sakit, karena itu sudah menjadi tanggung jawab kami. Bapak banyakin istirahatnya ya biar cepet pulih, kalau begitu kami pamit dulu." Ucap Nara kepada Rendra.
"Iya nak terima kasih banyak. Hati-hati dijalan." Jawab Rendra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
on 🎧 ve
Seorang Bapak yang merindukan Putranya...
#Achhh jadi kangennn 😘
2022-09-26
1