Selepas kepergian Kaisar, Nara memasuki ruang dimana orang yang tertabrak sebelumnya berada, orang itu terlihat masih terbaring lemah dengan kepala yang diperban dan kaki kanan yang sudah terpasang gips karena mengalami patah tulang.
Nara ingin bertanya mengenai keluarga orang itu namun terlihat ada beberapa perawatan yang sedang mengurusnya untuk dipindah ke ruang perawatan.
"Mau di pindah ke ruang rawat inap ya?" Nara bertanya ke salah satu perawat.
"Iya mbak." Jawab perawat itu yang kemudian segera melakukan tugasnya, Nara hanya mengikuti perawat itu dari belakang untuk menuju ke ruang rawat inap pasien sambil mengabari Kaisar melalui ponselnya bahwa orang yang ditabrak sudah dipindah ruangan.
Saat sudah berada di dalam ruang rawat inap, perawat memeriksa keadaan pasien sekali lagi lalu pergi meninggalkan Nara dan juga orang tersebut.
Menyadari ada satu orang yang tidak meninggalkannya, orang yang tertabrak itu bertanya kepada Nara, "Kamu siapa?" Suaranya lirih terdengar karena menahan rasa sakit.
"Ah mohon maaf sekali pak, atas kecerobohan kami, kami sampai menabrak bapak. Tapi bapak tidak perlu khawatir, kami akan bertanggung jawab dan membiayai pengobatan bapak sampai bapak sembuh total." Jelas Nara dengan hati-hati, karena takut orang tersebut akan marah padanya.
"Sekarang keadaan bapak gimana?" Tanya Nara sekali lagi.
Di luar dugaan, bukannya marah orang itu justru tertawa sinis, "Harusnya kamu biarkan saja aku m*ti."
Nara begitu terkejut mendengar jawaban orang tersebut, "Kenapa bapak bicara seperti itu, bukankah itu tidak baik?"
Orang yang sebelumnya tertawa sinis kini ekspresi wajahnya berubah menjadi sedih, "Apalagi yang aku harapkan di dunia ini nak? Aku sudah kehilangan semuanya, bahkan aku sudah kehilangan diriku sendiri. Aku sudah tidak punya apapun untuk aku pertahankan di kehidupan yang menyedihkan ini."
"Maaf pak, tapi keluarga bapak?" Nara bertanya dengan hati-hati karena takut menyinggung perasaan orang tersebut.
Orang itu menggeleng pelan di posisinya yang masih berbaring dia memejamkan matanya cukup lama sebelum menjawab, "Aku bahkan malu untuk menyebut diriku bagian dari keluarga mereka. Aku ingin pergi dari kehidupan ini agar penderitaan yang aku jalani berakhir saat ini juga."
Nara merasa iba mendengar penuturan bapak itu, "Masalah bapak mungkin sangatlah berat, tapi bapak salah besar, kematian bukanlah jalan untuk mengakhiri semuanya, apa bapak tidak berfikir akan ada orang yang merasa sedih setelah kepergian bapak? Entah istri, anak, atau siapapun yang menjadi keluarga bapak, dan kalau bapak memutuskan untuk m*ti, bapak justru menciptakan penderitaan untuk orang lain, dan itu merupakan hal yang sangat bodoh."
"Mereka akan jauh lebih baik dan bahagia tanpa adanya aku."
"Tidak ada yang baik setelah kehilangan seseorang pak, kita akan hidup dalam rasa penyesalan karena gagal menyelamatkan orang itu." Jawab Nara.
Orang itu menghela nafas berat kemudian menjawab, "Kamu benar nak, seketika nafsu dan amarah menyelimuti hati dan pikiranku sehingga aku hampir saja mengambil keputusan yang fatal."
Melihat Nara ikut sedih setelah mendengar ceritanya, orang itu memilih mengalihkan pembicaraan, "Haha maaf ya, sudah jangan dibahas, namamu siapa nak? Jadi kamu sendiri yang nabrak saya?"
"Oh saya Nara pak, sebenarnya saya sama pacar saya tapi dia lagi beli makan." Jawab Nara dengan menjabat tangan orang tersebut.
"Bajumu basah? Apa kamu kehujanan tadi?"
"Hehe nggak apa-apa pak, pacar saya juga sekalian beli baju ganti."
"Syukurlah, kalau diperhatikan kamu itu seumuran dengan putraku."
Nara baru menyadari sesuatu, "Oh iya pak, bicara soal putra bapak, apa saya boleh minta nomornya untuk dihubungi? Saya mau mengabarkan tentang kondisi bapak."
Orang itu terlihat berfikir sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Tidak usah nak, nanti saja bapak yang kasih tau sendiri." Jawab orang itu dengan tersenyum.
"Nggak apa-apa pak, biar kami bisa bertemu langsung dan menjelaskan semuanya ke keluarga bapak." Nara tetap memaksa.
Mendengar Nara yang terus memaksa, akhirnya orang itu terpaksa menjelaskan bahwa dia hanya hidup seorang diri, dia kehilangan semuanya termasuk anak dan istri atas kesalahan dia sendiri. Itulah salah satu alasan kenapa dia ingin mengakhiri hidup. Nara yang mendengar itu cukup terkejut dan tidak bisa berbicara lebih jauh, dia hanya bisa memberi semangat kepada orang itu untuk tetap menjalani kehidupan dengan baik dan berhenti berfikir untuk mengakhiri hidup seperti sebelumnya.
Saat keduanya masih asik berbincang, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu lalu masuk ke dalam ruangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Xyylva Xyylva
Minta tolong lah thor jgn sampai anika dan rendra disandingkan lagi jadi suami istri...
janji yang terucap dari mulut mereka berdua sudah diingkari sama rendra thor...bahkan sampai bertahun tahun anika hidup tersiksa batin dan raganya....
dari Awal baca episode sampai akhir yg ada kesedihan dan penderitaan anika.bahkan bacanya sampai nangis thor...soalnya nyesak dan sakit kalau baca episode tentang kesedihan anika...
GAK ADIL THOR JODOH ANIKA TETAP RENDRA....
DAN KENAPA SATYA DAN RANI GAK DAPAT KARMA NYA THOR...
2022-09-24
1
on 🎧 ve
Achhh benar nihh..Bokapnya Kaisar 😘
#Waduhh...gimana nihh kalau sampai Kaisar tahu ya....
Penasaran.....💃
2022-09-23
0