"kamu belum tau saya, saya Erlinda khanza, putri dari Pak Wildan.." jelas si Wanita itu, ternyata si Erlin.
"Saya tidak peduli tentang identitas anda, Nona."
"Kamu hanya petugas resepsionis aja belagu, dasar kampungan." pekik Erlin.
Lalu....
"Ada apa? pagi-pagi udah ribut gini?!!" tanya Ray yang baru datang.
"I-ini Tuan bos, wanita ini...," Citra menunjuk ke Erlin.
Ray menoleh ke arah Erlin. Saat melihat Ray, Erlin merapikan rambutnya dan mendekat ke arah Ray.
"Tuan Ray anda sudah datang. Apa anda masih ingat dengan saya?!!" tanya Erlin manja.
Ray mencoba mengingat, sesaat kemudian....
"Nona Erlin anak dari Pak Wildan ya?" lontar Ray.
"Ternyata anda masih ingat dengan saya, Syukurlah!" ucap Erlin dengan senangnya.
Davin lalu memandangi Erlin. "Jadi ini Erlin yang di ceritakan Tuan Ray waktu itu, lumayan." batinnya.
"Lalu ada apa anda datang kemari, Nona?!!" tanya Ray
Erlin pun menunjukkan Map yang ia bawa.
"Sebenarnya saya datang kesini karena saya ingin mengantarkan berkas ini dari Papi eeh maksud saya pak Wildan, tuan."
"Yaudah kalau begitu kita bicara di ruangan saya!" ajak Ray.
Erlin mengangguk, Davin melihat ke arah Citra sambil tersenyum.
"Citra semangat ya.." ucap Davin.
Citra pun tersipu dengan ucapan Davin.
"I-iya Pak Davin, terimakasih.."
Lalu mereka pergi menuju ke Ruangan Ceo. Sesaat setelah mereka pergi....
"Ehmmm, Cie-cie ada yang di semangatin biasnya nih." teman Citra menggoda Citra
"Apa sih Ernie," gumam Citra.
°°°°°
`Di Lantai Atas..
Mereka keluar dari Lift dan berjalan menuju ke ruangan Ray, lalu tiba-tiba....
Bruuk....
Erlin bertabrakan dengan seseorang yang tak lain adalah Zuy.
"Aduuh hati-hati dong! Sakit tau," pekik Erlin.
"Maaf, maaf saya tidak sengaja," Zuy membungkukkan badannya.
"Iiishhh, benar-benar deh. Makanya lain kali kerja pakai mata! Dasar menjijikkan," cetus Erlin.
Sehingga membuat Ray sedikit kesal.
"Nona Erlin jaga bicara anda!" tegur Ray menatap tajam ke Erlin.
Zuy menundukkan kepalanya. "Iya sekali lagi maaf Nona, saya tidak sengaja."
Lalu Davin mengulurkan tangannya ke arah Zuy.
"kamu tidak apa-apa? mari saya bantu berdiri!" tawar Davin yang belum sadar bahwa ia adalah Zuy.
"Saya tidak apa-apa, Pak." balas Zuy sambil merapihkan barang yang terjatuh di lantai.
"Lho ternyata kamu, Zuy!"
Davin terkejut karena ia baru sadar kalau itu Zuy. Mendengar itu, Ray langsung melihat ke arah Zuy dan mendekatinya.
"Kak Zuy! Kakak sudah masuk kerja?!!"
Ray merasa senang karena melihat Zuy masuk kerja. Zuy lalu mendongak menatap Ray.
"Tuan Muda, selamat pagi," sapa Zuy.
Ia kembali membereskan barang yang terjatuh itu, kemudian Ray langsung membantu Zuy. Erlin yang melihatnya pun tersentak, ia tak mengira kalau seorang Ceo akan membantu bawahannya seperti itu.
"Tuan Ray apa yang anda lakukan?!!" tanya Erlin.
Akan tetapi Ray tidak meresponnya dan ia malah menempelkan tangannya ke dahi Zuy.
"Lain kali hati-hati! Kamu kan baru sembuh, Kak. Terus ngapain kamu bawa barang yang berat ini? ini bukan tugas-mu!" cicit Ray.
"Saya hanya di suruh saja Tuan," ucap Zuy.
"Lain kali kalau di suruh bawa barang berat jangan mau ya!" pinta Ray.
"Tapi ini tugasku tuan muda.
Lalu....
"Ehemmm, Ehemmmm," deham Davin.
Ray dan Zuy menoleh ke arah Davin sedangkan Erlin, ia sangat kesal karena Ray lebih perhatian pada bawahannya itu.
"Ciih Tuan Ray malah peduli sama Si OB ini sedangkan aku yang cantik malah di cuekin! Mana pakai di pegang dahinya segala oleh Tuan Ray, sebal." batin Erlin.
"Terimakasih Tuan Muda sudah membantu Zuy, kalau begitu saya permisi.." ucap Zuy membungkukkan badannya.
Sesaat Zuy menegakkan tubuhnya dan mengangkat kembali barang yang ia bawa dan melangkahkan kakinya, akan tetapi....
"Tunggu!" seru Ray.
Seketika Zuy menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Ray.
"Ada apa Tuan?" tanyanya.
Ray mengambil barang yang di bawa Zuy.
"Kak Davin tolong bawakan ini..!!"
Ia menyerahkan barang bawaan Zuy ke Davin membuat Davin kebingungan.
"Lhoo Tuan Ray kok saya sih?" pekik Davin
"Apa Kakak tidak mau membantunya?!!" Ray mengeluarkan tatapan matanya pada Davin.
"Baiklah Tuan.." Davin langsung mengangguk patuh.
"Terimakasih kak Davin," ucap Ray tersenyum.
Davin dan Zuy melangkah pergi, sedangkan Ray dan Erlin melanjutkan langkahnya menuju ke ruangan Ceo, namun sebelum ke ruangannya Ray terlebih dahulu menghampiri Friska.
"Bu Friska, ayo ikut ke ruangan saya! " ajak Ray.
"Baik Tuan," ucap Friska mengangguk.
Melihat itu, Erlin langsung mengerutkan dahinya.
"Tsk, kenapa malah ajak sekertarisnya, padahal ingin berduaan dengan tuan Ray." batin Erlin.
Ruangan Ceo
Sesampainya mereka pun masuk, setelah itu..
"Silahkan duduk..!!"
"Terimakasih Tuan Ray.." ucap Erlin sambil duduk
"Mana berkas yang dari Pak Wildan?!!" tanya Ray.
"Ah, ini Tuan..." Erlin menyerahkan berkasnya ke Ray.
"Oke."
Ray mengambil berkas dari tangan Erlin kemudian memberikannya pada Friska.
"Bu Friska tolong cek lagi ya! Nanti kasih ke saya lagi!" titah Ray.
"Baik Tuan," balas Friska.
Ray kembali ke arah Erlin.
"Nah Nona Erlin, apa ada hal lain lagi?!!"
Erlin menggeleng cepat, "Tidak ada lagi tuan hanya itu saja."
"Yaudah kalau begitu, Bu Friska anda boleh kembali ke ruangan anda sekalian antar Erlin keluar..!!" perintah Ray.
"Baik Tuan.." ucap Friska. "Ayo nona!"
Namun....
"Euuum Tuan Ray.." panggil Erlin.
Ray melirik. "Ada apa lagi Nona Erlin?!!"
"Apa kita bisa pergi makan siang? Saya ingin makan siang dengan Tuan Ray," pinta Erlin
"Gimana nanti, karena sebentar lagi akan ada rapat." jelas Ray.
"Tidak apa-apa, aku akan menunggu anda sampai selesai Rapat." kata Erlin.
"Hmmm baiklah, anda bisa menunggu di Lobby!" lontar Ray.
"Apa tidak boleh menunggu di sini Tuan?!!" tanya Erlin dengan gaya menggoda.
Ray yang melihat kelakuan Erlin pun langsung mengerutkan dahinya lalu ia menghela nafasnya.
"Maaf nona Erlin! silahkan anda tunggu di Lobby!" suruh Ray.
Erlin pun mengangguk, "Baiklah kalau begitu Tuan, saya pergi dulu," ucap Erlin.
Lalu Davin datang ke ruangan Ray, "Lhoo Nona Erlin mau kemana?!!" tanya Davin
"Mau ke depan, permisi." ucap Erlin dengan wajah kesal.
Erlin pun melenggang pergi bersama Friska.
"Tuan apa yang terjadi?!!" tanya Davin
"Tidak ada apa-apa, dia hanya mengajakku makan siang saja, terus aku bilang hari ini ada rapat, dan dia akan menunggunya. Ya aku suruh dia nunggu di Lobby," jelas Ray.
"Duh pantesan dia marah," gumam Davin
"Ada apa?!!" tanya Ray.
Davin menggelengkan kepalanya, "Tidak ada apa-apa, Tuan."
"Oh, ayo kita ke ruang rapat..!!"
"Baik Tuan.." Davin mengangguk.
Mereka pun pergi ke arah ruang rapat.
Sementara itu...
"Kenapa Tuan Ray begitu dingin, banyak pria yang tergila-gila padaku tapi pria ini sungguh menyebalkan! Untungnya dia kaya dan tampan," gumam Erlin.
Lalu Airin datang membawa minuman untuk Erlin.
"Ini minumannya Nona!" Airin memberikan Minuman untuk Erlin.
"Iya terimakasih," ucap Erlin.
"Kalau gitu saya permisi," pamit Airin
"Iya, iya pergi sana, menyebalkan!!" suruh Erlin dengan ketusnya.
Airin mengerutkan keningnya dan ia pun pergi meninggalkan Erlin.
"Sampai kapan aku nunggu? Huuft sabar Erlin demi mendapatan Tuan Ray, kamu harus semangat. Sayang kan udah jauh-jauh datang kesini juga masa harus terbuang sia-sia." lirih Erlin
•••
Pantry
Airin kembali ke Pantry dengan perasaan kesal.
"Kenapa Rin, kok kesel gitu?!!" tanya Zuy.
"Itu tamunya Tuan Bos, sombongnya minta ampun." cetus Airin.
"Oh wanita yang tadi? Ya mungkin sifatnya memang seperti itu, aku juga tadi di marahin dia gara-gara aku nggak sengaja menabraknya." ujar Zuy
"Oh, bisa ya Tuan Bos punya kenalan perempuan seperti itu." celetuk Airin.
"Ssst nggak boleh gitu Rin!" tutur Zuy
"Tapi Zuy apa kamu nggak marah atau cemburu gitu liat Tuan Bos dekat dengan wanita itu?!!" tanya Airin menggoda.
"Untuk apa aku cemburu Rin, biarkan saja!" jawab Zuy sambil menyiapkan minuman.
"Ciih nggak asik, aku pikir kamu bakal cemburu gitu." gumam Airin
"Hahaha yang enggaklah, emangnya kamu yang suka cemburu kalau liat Brian sama salsa," Zuy kembali menggoda Airin.
"Zuy mah, siapa juga yang cemburu sama Brian jelek itu," seru Airin.
"Apa sebut-sebut namaku, lagi ngomongin aku ya! Aku denger lho."
Brian tiba-tiba muncul membuat Airin terkejut.
"Dasar Brian jelek! Kerjanya ngagetin orang, dan lagi kepedean banget kamu ya, siapa yang lagi ngomongin kamu dasar Brian jelek! papar Airin.
Zuy yang mendengarnya pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja.
"Ayo Zuy aku bantuin kamu nganter minuman."
"Oke, aku antar ini dulu ke atas ya, tolong kamu jaga disini dulu ya Brian!" pinta Zuy pada Brian.
"Baiklah Zuy.." balas Brian.
"Oh iya, kopimu ada di meja ambil aja!" Zuy menunjuk ke arah meja.
"Terimakasih banyak Zuy." ucap Brian
Zuy dan Airin pergi menuju lift untuk ke lantai atas, setelah sampai di lantai atas keduanya pun menuju ke ruang rapat, lalu...
"Zuy, Airin mau ngantar minuman ya?!!" tanya Davin yang kebetulan lagi di luar
"Iya pak.." ucap Zuy.
"Oh yaudah, nanti biar saya bilang dulu ke Tuan Ray." ujar Davin.
Zuy mengangguk. "Baik pak."
Davin berjalan masuk, sesaat ia keluar dari ruangan tersebut.
"Kalian boleh masuk! Sebab rapatnya belum di mulai," kata Davin.
"Oke, terimakasih pak. Ayo Rin!"
"Nggak ah Zuy, aku di luar aja nemenin pak Davin yang ganteng ini," Airin melirik ke arah Davin.
"Yaudah kalau gitu."
Zuy pun masuk ke dalam ruangan dengan membawa minuman.
Ruang Rapat
"Permisi...." ucap Zuy
"Iya Zuy, Bu Friska tolong ya bantu Zuy!!" suruh Ray.
Friska mengangguk patuh, "Baik Tuan, sini Zuy aku bantu!"
"Terimakasih Bu Friska."
Zuy dan Friska memberikan minuman ke orang yang berada di ruangan tersebut. setelah selesai..
"Kalau begitu saya permisi dulu.." ucap Zuy membungkukkan badannya.
"Zuy tunggu!" Ray menghampiri Zuy.
"Ada apa tuan?!!" tanya Zuy.
Lalu Ray memberikan secarik kertas pada Zuy.
"Nanti di baca ya!" bisik Ray.
"Iya Tuan, kalau gitu saya permisi..."
Zuy melenggang keluar dari ruang rapat.
"Ayo kita mulai rapatnya!" titah Ray
Setelah di luar, ia melihat Airin yang sedang bersama dengan Davin.
"Ayo Rin kita balik ke Pantry..!!"
"Baiklah.!! Pak Davin saya pergi ya, bye pak Davin.." Airin melambaikan tangannya ke arah Davin.
"Permisi pak.." pamit Zuy.
Davin tersenyum seraya menganggukkan kepalanya.
"Oke, kalian hati-hati!" pesan Davin.
Zuy dan Airin melangkah pergi.
"Zuy, Pak Davin ganteng banget ya! Kira-kira umurnya berapa ya?!!" tanya Airin penasaran.
"Mana aku tau, Rin. paling lebih muda dariku, lagian bukannya tadi tanya ke orangnya langsung!" papar Zuy
"Oh iya aku lupa hehehe..."
"Hmmm.. Lalu Brian mau di kemanain coba?" Zuy mulai menggoda Airin lagi.
"Mulai deh..." Airin menyenggol Zuy.
Hingga keduanya tertawa bersama, kemudian....
"Zuy aku ke belakang dulu ya!" kata Airin.
"Oke Rin.." balas Zuy.
Airin pun pergi ke toilet, lalu Zuy mengambil kertas Yang di Kasih Ray, lalu membacanya..
"Zuy, nanti temani aku makan siang ya, aku tunggu..!!"
Isi dari kertas yang di Kasih Ray.
Zuy seketika menghela nafasnya. "Baiklah Tuan muda."
Setelah beberapa jam kemudian, istirahat pun tiba.
"Tuan, sepertinya Nona Erlin masih menunggu anda," kata Friska.
"Iya saya juga akan menemuinya. Bu Friska tolong berkas yang udah selesai antar ke ruangan saya ya! Ada pak Davin di sana," perintah Ray.
"Baik Tuan."
Ray bergegas ke lobby menemui Erlin, Sesaat...
"Maaf sudah membuat anda menunggu," ucap Ray.
Erlin menggeleng cepat, "Tidak apa-apa Tuan, ayo kita berangkat..!!"
"Tunggu sebentar!" Ray mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
"Baiklah Tuan.."
Sesaat kemudian Zuy pun datang.
"Maaf Tuan, sudah nungu la ...," Zuy kaget melihat Erlin. "Nona!"
"Akhirnya datang, nggak lama kak, aku juga baru sampai. Tapi Nona Erlin yang sudah menunggu sangat lama," lontar Ray.
"Tunggu-tunggu! Jadi kita makan siang dengan si OB ini?!!" Erlin menunjuk ke arah Zuy.
"Nona Erlin, wanita ini punya nama dan namanya adalah Zuy!" jelas Ray. "Apa nona Erlin keberatan jika saya mengajak Zuy?!!"
Erlin mengibaskan satu tangannya sembari menggeleng. "Saya tidak keberatan tuan.",
"Tuan muda, lebih baik saya kembali ke Pantry karena saya tidak mau mengganggu kalian berdua." ucap Zuy yang merasa tidak Enak.
"Pergi sana!! Dan jangan ganggu kami mau kencan, dasar OB bau!" batin Erlin
"Tunggu!" Ray memegang lengan Zuy. "Apa kamu keberatan Nona, jika Zuy ikut makan bareng kita?!!"
"Saya kan udah bilang Tuan." Erlin melihat ke Zuy. "Ayo Zuy kita makan bersama..!!"
Erlin nampak terpaksa mengajak Zuy, lalu mereka bertiga pun pergi.
*******
Tempat Makan.
Setelah sampai di tempat makan, mereka langsung duduk di tempat yang di sediakan, lalu pelayan datang.
"Permisi mau pesan apa?!!" tanya pelayan.
"Tuan Ray, anda mau pesan apa?!!" tanya Erlin ke Ray
"Aku mau ini, kamu Zuy mau apa?!!" Ray bertanya pada Zuy.
"Ciih di Cuekin lagi. Ini OB benar-benar merusak acara kencanku dengan tuan Ray. Tsdinya ingin berdua malah ada duri nyangkut disini. Benar-benar sial," gumam Erlin di dalam hati yang kesal.
"Zuy terserah Tuan Muda saja." kata Zuy.
"Baiklah samain aja kaya yang saya pesan barusan," kata Ray pada pelayan.
"Oke, kalau Nona mau apa?!!" tanya Pelayan
"Aku juga sama kaya yang mereka pesan." jawab Erlin.
Beberapa Slsaat kemudian makanan pun datang..
"Silahkan tuan, Nona..!!"
"Terimakasih..." ucap Ray.
"Ayo makan kita makan tuan!"
Lalu....
"Kenapa Zuy?!!"
Ray melihat Zuy terdiam sembari melihat makanannya.
"I-ini gimana cara makannya?!!" tanya Zuy.
Pffft...
"Hahaha, dasar kampungan!" cetus Erlin
Ray menatap tajam Erlin, "Apa ada yang lucu Nona?"
"Ti-tidak ada Tuan Ray," Erlin menggeleng cepat.
Pandangan Ray beralih ke Zuy,.
"Sini makanannya Kak! Dan kamu makan punyaku aja ya!"
Ray memberikan piring miliknya pada Zuy.
"Iiih nyebelin banget sih." gumam Erlin yang tidak senang melihatnya.
Setelah selesai makan..
"Zuy kita balik ke kantor! Soalnya jam istirahat kita sudah selesai.." titah Ray.
"Baik Tuan muda.." Zuy mengangguk pelan.
Ray melihat ke arah Erlin.
"Oh iya, terimakasih Nona Erlin sudah mengundang kami makan siang." ucap Ray
"Iya Tuan sama-sama, kalau gitu saya juga pulang.." kata Erlin.
Ia nampak penuh kekecewaan karena ingin berkencan dengan Ray namun gagal.
"Iya hati-hati.." ucap Ray,
Lalu Erlin pun pergi meninggalkan keduanya.
"Ayo Zuy..!!"
"Baik Tuan Muda.." Ucap Zuy
Ray menggandeng tangan Zuy kemudian mereka kembali ke kantor..
*****
Amerika
Kediaman Kimberly..
Sementara itu, Kimberly tengah sibuk mencari berkas datanya, dia membongkar isi lemari yang di ruang kerja Maria.
"Di mana Mam naroh berkas dataku? Aku benar-benar sangat membutuhkannya." gumam Kimberly yang nampak sedikit kesal.
Ia pun langsung menghubungi Maria.
"Kenapa sayang?!!" tanya Maria
"Mam, berkas dataku kemana semua?! Di ruang kerja Mam kok nggak ada?" cecar Kimberly.
"Ada, semuanya Mam taruh di situ sayang, yaudah kamu tunggu sebentar, soalnya Mam di jalan depan bentar lagi sampai," ujar Maria.
"Iya Mam, aku tunggu cepetan Mam!"
Kimberly menutup telponnnya, ia pun kembali membereskan barang yang sudah ia berantakin, Namun tiba-tiba....
Braaaak
"Aah pake jatuh segala sih! Jadi harus di beresin lagi kan.." sungut Kimberly,
Ia kembali membereskan barang yang terjatuh itu. Dan tanpa sengaja Kimberly melihat Foto usang milik Maria, di dalam Foto itu terdapat Maria yang masih muda sedang menggendong bayi serta di sebelahnya seorang anak perempuan kecil, Kimberly pun mengambil Foto itu.
"I-ini bayi siapa yang di gendong Mam? Bukan aku kan?!!" tanya Kimberly melihat Foto itu,
Lalu kemudian..
"Mam pulang! Kim sayang..." seru Maria berjalan masuk.
Mendengar itu, Kimberly bergegas menghampiri Maria.
"Mam, jelasin ini siapa?!!" tanya Kimberly menunjukkan Foto yang di temukannya.
Maria pun terkejut dan bertanya "Da-dari mana kamu dapat Fo-foto itu?!!"
***Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Umi Ningsih Mujung
😘
2021-11-04
1
Reanza
lanjut baca
2021-06-14
0
Neng Yuni (Ig @nona_ale04)
Nah loh si airin asal ngomong, itu pas ada si Brian itu. Sabar ya Brian, kamu ganteng kok, kan cowo 🤣
2020-11-26
0