<<<<
Lalu Davin melihat Ray dan betapa terkejutnya ia melihat Ray memeluk wanita.
"Tuan Ray, Kimberly!!"
Zuy mengernyit. "Hmmm, ada apa Pak Davin?!!"
Karena penasaran dengan ekspresi wajah Davin, Zuy pun menoleh ke arah Ray dan tiba-tiba..
Praaaang...
Nampan beserta minuman yang di bawa Zuy jatuh, sehingga Ray serta kimberly pun tersentak, sontak Ray langsung melepaskan pelukan Kimberly dan menoleh ke arah suara tersebut.
"Kak Zuy!" lirih Ray.
"Zuy!!"
Davin pun memalingkan pandangannya ke arah Zuy, sesaat Zuy pun tersadar.
"Aah, maaf saya tidak sengaja! barusan tangan saya licin jadi minuman yang saya bawa terjadi. Saya akan membereskan sekarang." kata Zuy sambil membungkukkan badan.
"Siapa Ay?!!" tanya Kimberly seraya mengernyit heran.
Ray hanya terdiam tidak menjawab pertanyaan Kimberly dan ketika Ray ingin menghampiri Zuy, tiba-tiba tangan Ray di tahan Kimberly.
"Ay, kamu mau kemana?!!" tanya Kimberly.
"Tentu saja ingin membantunya." cetus Ray melepaskan tangan Kimberly.
Ia pun melangkahkan kakinya ke arah Zuy.
"Ciih!" decak Kimberly.
Zuy pun membersihkan semua Pecahan gelas yang ia jatuhkan tadi, namun tiba-tiba jari telunjuk tangannya terkena pecahan gelas sehingga ia terluka dan berdarah.
"Ah..." rintih Zuy.
"Zuy kamu gak apa-apa?!!" tanya Davin.
Zuy menggeleng. "Nggak apa-apa Pak."
"Tapi Zuy tanganmu berdarah, biar aku saja yang bersihin ya!" lontar Davin memegang tangan Zuy.
"Jangan pak! Ini sudah tugas saya dan juga kesalahan saya."
Ray yang melihatnya pun merasa cemburu dan langsung menyingkirkan tangan Davin.
"Kak Zuy, apa yang sakit!!" tanya Ray.
"Zuy nggak apa-apa Tuan, cuma tergores sedikit." balas Zuy.
Ray memegang jari telunjuk Zuy dan memasukkannya ke mulutnya membuat semuanya tercengang.
"Tuan Ray.." Lirih Davin.
"Ay!" pekik Kimberly.
Lalu....
"Tuan Muda, jangan seperti ini!" ucap Zuy seraya mengeluarkan jari telunjuknya.
Ray merengut kemudian menghela nafas panjangnya. Zuy beralih ke arah lantai untuk membersihkan pecahan gelas tersebut, akan tetapi Ray menahan tangan Zuy.
"Kak, udah tinggalin aja! Biar nanti aku suruh yang lainnya untuk membersihkan ini semua."
Zuy kembali menatap Ray.
"Tapi Tuan Muda, ini adalah tugas ku karena aku yang sudah teledor serta tidak hati-hati makanya gelasnya pecah dan berantakan seperti ini." papar Zuy.
"Kak Zuy, jangan keras kepala! Liat tangan kamu terluka gitu. Ayo aku bantu Kakak berdiri!"
Ray menggenggam tangan Zuy seraya menariknya pelan sehingga posisi Zuy menjadi berdiri.
Kimberly yang sedari tadi melihat Ray memegang tangan Wanita lain pun sedikit kesal.
"Siapa sih wanita itu, kenapa Ay sangat perhatian terhadapnya? Biasanya dia nggak pernah perhatian seperti ini walaupun denganku atau wanita lain." gumam Kimberly.
Kemudian ia memandangi wajah Zuy.
"Tunggu! Kenapa di lihat dari manapun wajahnya sangat mirip dengan Mam? Apa jangan-jangan dia itu...." sambung kata Kimberly di dalam hati.
Friska lalu datang ke ruangan tersebut.
"Ada apa tadi saya dengar seperti suara barang jatuh?!!"
Davin memalingkan wajahnya ke arah Friska.
"Tidak ada apa-apa Bu Friska, mungkin tangan Zuy licin terus minuman yang di bawanya jatuh." ucap Davin.
Friska pun melihat ke arah Zuy.
"Zuy, kamu nggak apa-apa kan?!!" tanya Friska
Zuy kembali menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Saya tidak apa-apa Bu Friska."
Lalu....
"Hei your feet are bleeding!" seru Kimberly seraya menunjuk ke kaki Zuy.
Ray serta lainnya melihat ke arah di mana Kimberly menunjuk dan seketika ia terkejut melihat darah mengalir di kaki Zuy.
"Ya ampun, Zuy itu darahnya banyak banget, apa kamu tidak merasakannya?" cicit Ray.
"Ini!!" Zuy melihat ke arah kakinya.
"Ck, ayo duduk di sofa, biar aku obati lukanya."
Ray langsung memapah Zuy dan mendudukkannya di atas sofa.
"Bu Friska tolong ambilkan kotak P3k di lemari itu..!!" lanjut titahnya pada Friska.
"Baik Tuan.." Friska mengangguk patuh.
Friska segera mengambil kotak P3k tersebut kemudian memberikannya pada Ray.
"Terimakasih." ucap Ray.
Ia memegang kaki Zuy untuk di obati, semua kembali tercengang melihatnya.
"Biar saya sendiri aja yang mengobati luka kaki saya, Tuan!" pinta Zuy.
"Diam dan duduk dengan tenang! Biar aku saja, lihat tangan kamu juga terluka kena goresan tadi." cicit Ray sambil membersihkan darah di kaki Zuy.
"Tapi Tuan...."
"Ay, biar Kim aja ya yang mengobati kakinya!" tawar Kimberly.
"Nggak perlu, lebih baik kamu duduk aja di sana!" suruh Ray.
Kimberly pun mengangguk patuh dan mendudukkan dirinya tak jauh dari Ray.
"Ay kenapa sangat perhatian sekali sama wanita ini? Nggak mungkin kan kalau Ray menyukai wanita seperti ini?!" batin Kimberly
Davin lalu menghampiri Kimberly.
"Miss Kimberly apa kabar?!! " sapa Davin.
Kimberly menoleh. "Ternyata kamu Vin, ya seperti yang kamu lihat, kabarku kurang baik."
"Oh, lalu kenapa kamu tidak memberi kabar dulu kalau mau datang ke Indonesia? Jadi aku atau tuan bisa jemput kamu di Airport." ujar Davin.
"Sorry ya Vin, sebenarnya juga aku ke Indonesia untuk pemotretan dan menghadiri acara di kota K. Lalu setelah selesai, aku langsung kesini dan mencari alamat Ay. Ya karena aku ingin memberi kejutan ke Ay makanya aku tidak beritahu dulu, tapi sayangnya Ay malah seperti ini," kata Kimberly, "Davin, apa aku boleh bertanya?" imbuhnya.
Davin mengernyit. "Hmm, memangnya mau tanya apa Miss?!! "
"Sebenarnya siapa wanita itu, kenapa Ay begitu baik terhadapnya bahkan sampai menyentuh kakinya? Jawab dengan jujur Vin! Apa hubungan Ay dengan wanita itu?!!" cecar Kimberly.
"Emmm, memangnya Tuan Ray belum pernah cerita ke kamu ya, kalau dia itu adalah pengasuh masa kecilnya tuan dulu?" papar Davin.
"Ay pernah cerita, aku pikir yang di maksud Ray itu wanita yang sudah tua, tapi ternyata wanita muda itu." cetus Kimberly dengan dahi yang berkerut.
Sesaat Davin menghela nafasnya lalu memandangi Zuy dan Kimberly secara bergantian.
"Hmmm, tapi kalau di lihat-lihat wajah kalian sangat mirip lho," ujar Davin.
Sehingga Kimberly tercengang mendengarnya.
"Hah! Mirip? mana ada, jangan-jangan kamu buta ya Vin?!"
Davin menganggukkan kepalanya. "Iya mirip seperti pinang yang di belah."
"Oh begitu ya!" Kimberly manggut-manggut.
Ia pun melangkah menghampiri Ray dan Zuy.
"Ay!" tegur Kimberly.
Ray dan Zuy pun menoleh kemudian Ray kembali lagi ke kaki Zuy.
"Ada apa Kim?!" tanya Ray seraya membalut luka Zuy.
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin berkenalan dengan dia!" balas Kimberly.
Zuy tercengang. "Apa! Berkenalan dengan saya?!"
Kimberly mengangguk sembari mengulurkan tangannya ke arah Zuy.
"Iya, perkenalkan nama saya Kimberly Fuca. Oh ya denger-denger kamu itu dulu pengasuhnya Ay ya?" ujar Kimberly s
Sehingga Ray, Zuy dan Friska tersentak kaget kemudian Ray melirik tajam Davin.
"Ini pasti kak Davin, Dasar adonan moci!" gerutu Ray di hati.
Davin yang mengetahui lirikan Ray langsung memalingkan pandangannya.
"Maaf semuanya sepertinya saya kegerahan, saya keluar dulu ya, permisi!"
Davin berjalan menghindari Ray.
"Saya juga mau menyelesaikan pekerjaan saya permisi.." pamit Friska.
Friska pun melenggang pergi.
"Emm, siapa nama kamu?!! tanya Kimberly
"Sa-Saya Zoey Lestari panggil saja Zuy. Maaf sebelumnya, Miss Kimberly ini anak dari Mrs.Maria kan?!!" tanya Zuy sambil menjabat tangan Kimberly.
"Zuy kenal My Mam? Iya aku memang anak dari Maria Fuca." jawab Kimberly.
"Kenal sih nggak, cuma saya sangat mengidolakan Mrs. Maria.." ungkap Zuy.
"Mengidolakan My Mam?" lirih Kimberly.
Zuy tersenyum seraya menganggukkan kepalanya.
"Oh begitu ya."
Lalu....
"Nah selesai!" ujar Ray.
Zuy kembali menyunggingkan senyumnya namun ke arah Ray.
"Terimakasih Tuan muda," ucap Zuy.
"Sama-sama Kak. Aku keluar sebentar ya! Kamu tunggu di sini dulu, Kimberly, kamu juga di sini dulu temani Zuy." pinta Ray.
"Oke Ay." Kimberly mengangguk patuh.
"Ta-tapi Tuan," hardik Zuy.
Ray tidak berkata dan malah berjalan keluar dari ruangannya.
Sesaat....
"Miss Kimberly." sapa Zuy
Kimberly menoleh. "Iya ada apa?!! "
"Tidak apa-apa,"
Zuy terlihat sangat canggung di dekat Kimberly.
"Oh ya, aku nggak nyangka kalau Ay punya pengasuh cantik sepertimu," cicit Kimberly.
Terlihat sorot matanya berbeda dari sebelumnya.
"Anda terlalu memuji Miss, saya nggak secantik itu."
"Kamu terlalu merendah! Ya memang Ay dulu pernah cerita kalau dia mempunyai pengasuh yang paling dia sayang, aku pikir adalah seorang wanita tua, ternyata kamu orangnya, aku merasa di bohongi." celetuk Kimberly.
"Iya itu dulu, kita selalu bersama dari kecil dan aku selalu membantu tuan, makanya aku di anggap pengasuhnya."
"Oh begitu, lalu tadi kamu bilang sangat mengidolakan My Mam, apa yang kamu idolakan darinya?!! " cecar Kimberly penasaran.
"Semuanya, ya karena aku ingin sekali seperti mrs.Maria yang tetap cantik meski usianya sudah tidak muda lagi dan semua karyanya juga. Sebab dari kecil aku bercita-cita ingin menjadi desainer, tapi belum kesampaian juga." ungkap Zuy.
"Kamu berarti sangat ingin seperti My Mam, Then is Your Face real or the result of plastic surgery?!! supaya bisa mirip dengan My Mam," lontar Kimberly
Zuy yang mendengar ucapan Kimberly pun tersentak dan bangkit dari duduknya.
"Miss Kimberly apa yang anda katakan? Ya saya memang sangat mengidolakan Mrs. Maria, tapi ini benar-benar wajah asli saya, sedikit pun saya tidak pernah melakukan operasi wajah. Semua orang juga sering bilang wajahku ini sangat mirip dengan Mrs Maria, ya awalnya tentu aku sangat senang mendengarnya. Tapi setelah mendengar ucapan anda, sekarang saya tau semua orang pasti berfikiran sama seperti anda." lontar Zuy. "Terimakasih dan maaf saya permisi dulu!"
Zuy lalu pergi dengan perasaan kesal.
"Why is she so Angry?!! Hah, mending aku keluar cari Ay." lirih Kimberly.
Sementara itu....
"Aku sering mendengar kata ini, tapi perkataan Kimberly barusan kenapa membuatku sakit hati dan sampai menangis seperti ini.." batin Zuy terus mengusap air matanya.
Beberapa saat sebelumnya...
Ray keluar dari ruangannya ternyata hanya untuk mengejar Davin, lalu....
"Hai Kak Davin!"
Ray memegang pundak Davin sambil tersenyum namun mempunyai arti yang berbeda.
Davin menoleh. "Ha-hai Tuan Ray apa kabar?!!" ucapnya gemetaran.
"Tsk, apanya yang apa kabar! Kak Davin, kenapa Kakak pakai cerita ke Kimberly segala kalau Zuy itu Pengasuhku?" Ray menggerutu.
"Ya tadi Kimberly bertanya lalu aku jawab deh. Soalnya tadi aku liat wajah Kimberly seperti sedang kesal waktu Tuan Ray memegang Zuy. Dan lagi pula Kimberly kan calon tunanganmu, Tuan." ujar Davin
"Kak Davin, dia bukan calon tunanganku! Sudah berapa kali aku bilang, aku tidak menyukai Kimberly dan aku hanya menganggapnya sebagai adik, orang yang selamanya aku sukai itu ...," ucap Ray yang terhenti.
Karena Ray dan Davin melihat Zuy keluar dari Ruangannya Ray sambil berlari menuju ke arah lift.
"Tuan Ray! Itu Zuy kenapa berlari seperti itu?!!" seru Davin menunjuk.
"Zuy, kamu mau kemana?" seru Ray.
Saat Ray hendak mengejar Zuy, tiba-tiba sebuah tangan memegang lengan Ray dan ternyata Kimberly.
"Ay, kamu mau kemana?!!" tanya Kimberly.
"Kimberly, lepaskan tanganku!" pekik Ray.
Akan tetapi Kimberly malah mengeratkan pegangannya.
"Biar aku aja yang mengejarnya, Tuan." ujar Davin,
Ray mengangguk. "Baiklah! Tolong ya kak.." pintanya.
Lalu Davin pun pergi mengejar Zuy.
Sementara itu Zuy keluar dari Lift dan berlari menuju Pantry. Akan tetapi Kaki Zuy nampak mengeluarkan darah lagi, di karenakan lukanya yang terbuka kembali.
Setelah sampai di Pantry.
"Zuy, kamu darimana?!!" tanya Airin
"Rin, aku minta tolong kamu lagi ya! Tolong sampaikan ke Bu Rere, kalau aku pulang duluan soalnya ada perlu." pinta Zuy.
"Kok mendadak Zuy?" tanya Airin.
Lalu tanpa sengaja Airin melihat kaki Zuy, ia pun membelalakkan matanya.
"Zuy apa yang terjadi, kakimu kenapa?!!" tanya Airin.
"Tadi aku jatuh Rin, makanya aku mau pulang dan berobat, tolong ya Rin!" Zuy memohon kembali pada Airin.
Airin mengangguk. "Baiklah, apa perlu aku antar kamu pulang?!!"
"Nggak usah Rin, aku pulang duluan ya!"
"Yaudah kamu hati-hati!" ucap Airin.
Lalu Zuy pun pergi, sesaat kemudian Davin datang dan menghampiri Airin.
"Rin, apa kamu lihat Zuy?!!" tanya Davin.
"Eeh barusan Zuy keluar, katanya mau berobat," jawab Airin.
Lalu pandangan Davin mengarah ke lantai.
"Lho kenapa banyak darah di lantai?!!"
"Ini pasti darah Zuy, tadi aku liat kakinya penuh berdarah," jelas Airin.
"Tsk sial, kalau begini Tuan Ray akan marah padaku." gumam Davin.
Davin pun berlari mengejar Zuy.
"Pak Davin apa yang terjadi?!!" seru Airin.
Namun Davin tidak mendengarkannya dan tetap berlari keluar.
"Ada apa Rin?!! Kenapa banyak darah di lantai, darah siapa ini Rin?!!" cecar Rere.
"Bu Rere! ini darahnya Zuy, soalnya tadi aku liat kakinya berdarah b. Tadi Zuy juga minta izin pulang untuk berobat." jelas Airin.
"Ya ampun, kok bisa sih?" tanya Rere.
Airin menggeleng. "Saya juga tidak tahu bu Rere."
"Yaudah kalau begitu kamu bersihkan ya..!!" suruh Rere
"Baik." balas Airin mengangguk.
Bu Rere melenggang kembali ke ruang kerjanya.
Sementara itu Davin sudah berada di parkiran karena mengejar Zuy. Akan tetapi ternyata Zuy sudah pergi duluan, Davin pun kembali ke dalam.
Sesampainya di Ruang Ceo.
"Bagaimana Kak Davin? Terus dimana Zuy?!!" cecar Ray
"Maaf Tuan, tadi kata Airin dia mau berobat karna luka yang di obati Tuan terbuka lagi dan darahnya pun berceceran di lantai," jawab Davin.
Ray bed
Ray berdecak. "Ck, yaudah Kak Davin keluar dulu dan tutup pintunya! Soalnya aku ingin berbicara dengan wanita ini!"
"Baik Tuan, Permisi.." pamit Davin.
Ia pun keluar dari Ruangan Ray, lalu....
"Sebenarnya apa yang terjadi Kim? Kenapa Zuy bisa lari seperti itu, apa kamu mengatakan sesuatu padanya?!!"
"A-aku nggak bilang apa-apa pada Zuy, aku cuma bilang kalau Ay nggak pernah cerita kalau pengasuh Ay cantik seperti dia." jawab Kimberly.
Lalu Ray menarik Kimberly dan mendorong pelan ke Tembok, Ray pun berdiri di depan Kimberly.
"Ay, what are you doing?!! do you want to kiss me?!!" tanya Kimberly
Kemudian Kimberly memejamkan matanya berharap Ray menciumnya, akan tetapi....
"Jangan berfikir aneh! siapa juga yang mau mencium mu. Kim, kamu tau aku nggak suka di bohongi seperti ini. Tolong beritahu padaku apa yang terjadi?" cecar Ray. "Jawaaaab!!" sambung bentaknya.
"Ya sebenarnya tadi aku bilang ke dia, kalau wajahnya mirip dengan My Mam, terus aku nanya apa wajahnya itu hasil Operasi plastik karena dia sangat mengidolakan My Mam, lalu tiba-tiba dia kesal terus keluar." jelas Kimberly.
Ray tersentak mendengar penjelasan Kimberly.
"Kau tahu, dia pengasuhku yang paling berharga, wajar dia marah seperti itu karna ucapanmu keterlaluan Kim! Aku sangat mengenal Zuy wajahnya memang cantik dari dulu tidak pernah berubah, tapi kenapa kamu sangat keterlaluan sampai melukai perasaannya?! aku benar-benar sangat kecewa dengan kamu Kim." lontar Ray dengan nada keras.
"Ay, I am really Sorry. aku benar-benar menyesal. Ay, please jangan marah padaku!" ucap Kimberly.
Ray menghela nafasnya.
"Jangan minta maaf padaku! Minta maaflah pada Zuy, karna kamu yang sudah menyinggung perasaannya..!!"
Tanpa membantah Kimberly langsung mengangguk.
"Baiklah Ray aku akan minta maaf padanya, Thanks Ay," ucap Kimberly.
Sementara itu Zuy pun mengemudikan motornya sedikit kencang dengan darah di kakinya yang terus menetes.
*****************
Rumah Bi Nana
Tak berapa lama ia pun sampai ke Rumah Bi Nana, Zuy lalu turun dari motornya dan berhenti sejenak.
"Kenapa aku malah lari kesini? Harusnya aku pulang ke rumah atau ke rumah sakit. Kalau bi Nana liat keadaan ku seperti ini, pasti Bi Nana khawatir. Lebih aku baik pulang saja sebelum Bi Nana menyadari kedatangan ku," lirih Zuy.
Zuy pun memutar motornya, saat hendak menyalakan mesin motornya, bi Nana dan Nara datang.
"Kakaaaak!" seru Nara.
Zuy mengangkat kepalanya. "Nara, bi Nana!"
"Lho Zuy, kapan datang?!!" tanya Bi Nana.
"Baru aja Bi." balas Zuy.
"Lalu kamu mau kemana lagi?!!"
"Zuy mau pulang." jawab Zuy.
Tanpa sengaja pandangan Nara mengarah ke kaki Zuy.
"Kaki kakak berdarah! Mami liat kaki kakak.." Nara menunjuk ke arah kaki Zuy.
"Ya ampun Zuy apa yang terjadi, kenapa darahnya banyak banget? Ayo masuk biar Bi Nana obati kaki kamu..." kata bi Nana.
Kemudian mereka pun masuk ke dalam, Zuy lalu duduk di atas sofa.
"Apa yang terjadi sehingga kakimu terluka gini?!!" tanya Bi Nana mengambil kotak P3k. namun Zuy hanya terdiam.
Kemudian bi Nana pun langsung membuka perban di kaki Zuy dan mengobati luka di kaki Zuy.
"Ya ampun, kenapa lukanya lebar gini sih! Zuy apa yang terjadi?!!" Bi Nana kembali bertanya ke Zuy,
Namun Zuy tetap saja tertunduk diam, sesaat bi Nana pun selesai membalut Luka Zuy.
"Bi Nana nggak tau apa yang terjadi denganmu sampai kamu seperti ini, tapi Bi Nana merasa kalau kamu sedang punya masalah. Walaupun begitu cobalah cerita ke bibi jangan diam aja! Bi Nana nggak pernah merasa di repotin kamu, Zuy." lontar Bi Nana membereskan kotak P3k,
Zuy pun tetap saj terdiam tidak mau membuka suara.
Sehingga membuat bi Nana menghela nafasnya sembari bangkit dari duduknya.
""Hah, yaudah lah kalau kamu nggak mau bicara, bibi nggak akan maksa. Kalau gitu bibi akan menyiapkan makanan untukmu, tunggu sebentar jangan kemana-mana!"
Lalu kemudian...
"Bi, apa benar wajahku itu mirip dengan desainer terkenal itu?!!" cecar Zuy dengan pelan.
"Apa Zuy? Bibi gak dengar suaramu terlalu pelan," kata Bi Nana.
Zuy menengadah menatap wajah bibinya.
"Bi, apa benar Wajahku mirip dengan desainer Mrs. Maria Lestari Fuca?!!" tanya Zuy dengan nada sedikit keras.
"Apa!!" Bi Nana terkejut dengan pertanyaan Zuy.
Tiba-tiba....
Braaaak...
***Bersambung.....
Hai Guys, maaf ya Cintaku Untuk Pengasuhku baru bisa Updet, soalnya Author habis dari MENDAKi GUNUNG, LEWATI LEMBAH, ehh Ninja hatori dong, hehehe.. kemaren bener2 habis pulang walau sehari, jadi sinyal di sana sedikit susah. bahkan sampai gak ada sama sekali. hehehe
Selamat membaca semoga terhibur ya Guys. maaf kalau ada salah, Terimakasih banyak semua..
salam dari Author.. ✌✌✌😁😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Suwito Suwit
sangat terhibur cusss bangeeettt
2021-07-18
1
Lia
Brak suara apa tu
2021-01-16
1
Neng Yuni (Ig @nona_ale04)
Mampir lagi kak, semangat 😊
2020-12-06
0