Pukul delapan pagi Biena masih bergulung di dalam selimut, gadis manja ini memang tidak pernah melakukan pekerjaan rumah, orang tuanya terlalu memanjakan Biena sang anak semata wayang tersebut.
"Bu, sarapan Biena sudah ibu taruh di kamarnya, ya?" tanya ayah Biena takut putrinya tidak sarapan lagi kerna malas ke dapur.
"Sudah, Ayah. Setelah bangun pasti dia langsung makan," tutur Sang ibu sembari meletakan aneka kue di toko kue yang berada di pasar jauh dari kediaman mereka.
"Oh Baguslah."
"Tapi, Yah, apa kita tidak terlalu memanjakan Biena? Dia tidak bisa apa-apa, bagaimana dia menikah nanti?" khawatir ibu, menghentikan tangan yang tadi sibuk.
"Berdoa saja, Bu, untuk putri kita."
Sementara itu di rumah Sairen, Gadis itu sedang memasak untuk pria yang baru saja bangun, dia jadi kikuk takut dengan pria itu. Sairen dapat merasakan tatapan tajam yang menusuknya dari belakang.
"Kau yang membawaku ke sini?" tanya pria asing itu.
Terdiam sesaat, kemudian Sairen menjawab, "Iya, bersama tetanggaku yang sekarang mungkin masih berada di alam mimpi."
"Terima kasih aku akan segera pergi tak perlu repot-repot," tuturnya kembali masuk kamar bersiap-siap untuk pergi.
Sairen jadi gelabakan, kalau pemuda itu pergi terus apa yang harus di katakan dengan Biena? pasti gadis itu akan mencari pemuda yang ia bawa pulang setelah bangun nanti.
"Tunggulah dulu sahabat ku ke sini, dia akan memarahiku jika nanti kau pergi duluan tampa pamit dengannya ... dia yang mengobati lukamu tadi malam," lembut Sairen tersenyum ramah, namun sebenarnya sangat tegang.
"Baiklah," jawab singkat pemuda itu setelah berpikir sejenak, tak masalah berkenalan dengan orang yang telah berbaik hati padanya bukan?
Tik tik tik~ Bunyi suara jarum jam yang bergerak semakin jelas kerna mereka hanya diam-diaman. Sudah satu jam lamanya mereka menunggu Biena, namun gadis itu tak kunjung datang.
Tiba tiba...
"Ren, buka pintunya!"
Mendengar suara Biena di luar Sairen bergegas membuka pintu, dia benar-benar canggung hanya berdua dengan pria yang tak di kenal.
"Ck kenapa baru datang kebo!" kesal Sairen.
"Ehehe maaf Keenakan tidur. Jadi gimana? Apa dia sudah bangun?"
"Tak perlu kau tanya! Bahkan dia sudah menghabiskan satu piring nasi goreng. Ayok cepat masuk!"
Biena masuk ke kamar tempat di mana pria itu berada dan lagi ia terpesona. "Oh astaga matanya sangat tajam seperti elang, benar benar *tipeku*!" teriak Biena dalam hati.
"Ha-halo apa kau sudah baikan?" tanya Biena dan pria itu hanya menganggukkan kepala.
"Kita belum berkenalan, siapa namamu? Aku Jea Biena."
"Ziano Xelac."
"Waw nama yang bagus, Sairen apa kalian sudah berkenalan?" Biena menatap temannya.
"Ah belum maafkan aku, Aku Sairen." Sairen begitu canggung, ia memang tipe pemalu.
"Ok sudah, kan? Kalau gitu aku pamit pergi." Ziano melangkah kan kakinya melewati dua gadis itu.
Baru saja bertemu pujaan hati tapi sang empu malah ingin pergi. Mana bisa Biena hanya diam saja. "Eh tunggu! Kau mau kemana?" Biena menghentikan pria itu.
Ziano memandang Biena dengan mata yang membuat Biena jatuh cinta itu, sambil berkata, "Pulang." Hanya itu yang dia katakan.
Tatapan Ziano benar-benar membuat Biena jatuh hati, anggap saja Biena yang baperan.
"Jangan pergi dulu, masih banyak pertanyaanku yang perlu kau jawab," tutur Biena yang mencoba menahan Ziano lebih lama.
Ziano tidak memperdulikan Biena dan terus saja melangkah keluar meski Biena terus bertanya, Ziano benar benar tidak tertarik dengan Biena, dia terlampau arogan bahkan dengan orang yang telah menyelamatkannya.
Biena mengikuti Ziano dari belakang sambil terus bertanya. "Kenapa semalam kau bisa terluka? Di mana rumahmu? siapa yang melukaimu? Dengarkan aku hei! Aku yang menyelamatkanmu, begitu 'kah caramu berterima kasih?!" teriak Biena.
"Biena hentikan, biarkan dia pergi." Sairen menahan tangan Biena yang ingin menyusul pria yang sudah jauh melangkah.
"Tidak Ren, aku menyukai pria itu aku harus mengejarnya."
Biena bersikap aneh tentu saja Sairen heran, tak biasanya dia mengejar laki-laki tapi sekarang? Lihatlah, bahkan dia seperti orang yang memaksa perasaan.
"Dari pakaiannya saja dia bukan orang yang kaya Bie, tampan saja tidak membuatmu kenyang!" ujar Sairen yang dari dulu berangan-angan akan kehidupan yang mewah.
"Ren kau benar ... bukan kah dari kecil kita bermimpi belanja di mall besar bersama dengan membawa banyak belanjaan? Kita tidak bisa apa-apa jadi kita harus mencari suami kaya, kan?"
"Kau benar itu kan mimpi kita bersama sejak dulu." Angguk Sairen antusias.
"Ya itu dulu, tapi sekarang aku menginginkan Ziano meski dia gelandangan sekali pun!" Tekan Biena si gadis cantik keras kepala itu.
Sairen memijat pangkal hidungnya, menurut Sairen, Biena gila sebab dia jatuh cinta pada pria asing yang tidak jelas asal-usulnya, terlebih bari ketemu.
"Bie! kau benar benar jatuh cinta padanya?" heran Sairen, bersama dengusan napas yang keluar.
"Iya" Biena mengangguk mantap.
"Ya sudah tidak apa-apa. Kau tenang saja aku akan mencari suami kaya, jadi aku bisa mengajakmu belanja bersama nanti." Sairen memeluk sahabatnya.
"Ok setuju, kalau gitu doa 'kan aku berjodoh dengannya," balas Biena.
"Apa pun itu untukmu, Bie."
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments