Pagi menjelang, Geisha atau Raisa sudah bangun dan melakukan olahraga pagi. Gadis itu mulai melakukan gerakan-gerakan kecil untuk membiasakan otot-otot kakunya.
"Baju ini menyulitkan sekali!" dumalnya kesal.
Gaun panjang mengembang, Geisha selalu kesulitan dengan apa yang dikenakannya. Ia melihat para pengawal yang berlatih menggunakan celana ketat.
"Mereka sepertinya juga kesulitan bergerak karena celana mereka," gumamnya.
Geisha yang tidak tau ia berada di jaman apa, lalu mulai mencaritahu. Ia memanggil pelayan yang sedang berjalan membawa banyak kain.
"Hei kamu ke sini!" pelayan itu datang dengan kaki gemetar.
"I—iya Yang Mulia," jawabnya gugup.
"Coba katakan tahun berapa ini?" tanya Geisha.
"Tahun?'
"Iya ini era apa?" tanya Raisa.
"Ini di tahun 1898 Yang Mulia!" jawab pelayan itu.
Raisa pun mengangguk tanda mengerti. Ia pun pergi ke kamarnya di sana para pelayan mengganti sprei.
"Yang Mulia, air hangat sudah tersedia!" ujar salah satu pelayan.
"Siapa kepala pelayan di sini?" tanya Raisa.
"Saya Yang Mulia!" sahutnya lagi.
"Siapa namamu?"
"Elijah, Yang Mulia!"
Raisa mengangguk tanda mengerti. Satu persatu pelayan memperkenalkan diri. Dua pelayan membantu Raisa untuk mandi.
Usai mandi gadis itu menolak baju-baju yang disodorkan oleh pelayan. Geisha memilih sendiri baju yang lebih ringan dan simpel menurutnya.
"Pakai ini Yang Mulia!" sebuah mahkota kecil disematkan di kepala gadis itu.
Rambut Raisa yang kemerahan begitu halus dan lembut. Ia sangat cantik dengan riasan sederhana. Setelah merasa puas. Geisha atau Raisa pun berdiri.
"Antarkan aku ke pustaka kerajaan ini!" pintanya.
"Baik Yang Mulia!" sahut Elijah.
"Mari Yang Mulia!" Elijah memimpin jalan.
Raisa mengikuti kepala pelayannya. Banyak pengawal dan staf istana menundukkan kepala mereka ketika ratu mereka berjalan.
"Ini tempatnya Yang Mulia!"
Pintu terbuka, begitu mewah dan sangat luas juga nyaman. Gadis itu masuk ke ruangan itu dan memandang deretan-deretan buku yang tersusun rapi.
"Yang Mulia, ini Sir Anthony, beliau adalah staf pustaka yang mengetahui buku apa yang ingin Yang Mulia cari!" ujar Elijah.
"Baiklah, bawa buku tentang sistem kerajaan dan juga pertahanan!" pinta Geisha atau Raisa.
Sir Anthony langsung mengambil enam buku tebal. Geisha mengamati dari mana buku itu berada
"Tolong siapkan camilan dan air putih di sini!" pintanya.
"Baik Yang Mulia!"
Tak lama apa yang diminta sang ratu telah tersedia. Geisha meminta semua tak mengganggunya. Pintu perpustakaan tertutup dan di jaga oleh dua pengawal.
Raja Henry mendengar jika ratunya ada di ruang perpustakaan. Kening pria itu berkerut heran. Selama berada di istana, Raisa sang ratu tak berani melangkah kaki keluar dari kediamannya.
"Marquez Albert!" panggilnya.
"Yang Mulia!" sahut pria gagah nan tampan itu.
"Apa yang terjadi?"
"Yang terjadi?" Albert sedikit mengerutkan kening.
"Ah ... Yang Mulia Ratu memang berubah semenjak kemarin Yang Mulia!"
"Apa perubahannya?"
"Yang Mulia seperti tak mengenali dirinya ketika awal bangun tidur. Lalu ia berubah menjadi lebih kasar dan galak," jelas Albert. "Hukuman pada pelayan karena mereka menggosipi Yang Mulia Ratu!"
"Lalu?"
"Para pelayan mendukung Selir dibanding Yang Mulia Ratu!" jawab Albert pelan.
Henry berdehem. Keberadaan selir tercium oleh ratunya. Pria itu sedikit takut jika sang ratu mengadu pada ayahnya Duke Albert Horton. Kekuatannya mengusung selir menjadi permaisuri akan sia-sia.
"Sebar orang untuk mengawasi gerakan Ratu!" titahnya.
"Yang Mulia Ratu ada di ruang perpustakaan Yang Mulia!" sahut Albert.
"Lalu apa masalahnya? Biarkan saja!" sahut Henry.
"Yang Mulia Ratu membaca sistem kerajaan dan juga kekuatan militernya Yang Mulia!"
"Apa?!" tanya Henry gusar.
"Mau apa dia membaca itu? lanjutnya.
Henry berdiri dan mulai berjalan, Albert mengikuti rajanya. Mereka menuju ruangan di mana Raisa ratu mereka berada. Dua pengawal membuka jalan dan pintu.
"Yang Mulia Raja Henry tiba!" pekik pengawal.
Raisa tak menoleh sama sekali, gadis itu tenggelam dalam pikirannya. Ia menatap peta wilayah kerajaan. Di sana ada ketua pustakawan Sir Anthony.
"Luas wilayah kerajaan hanya sekitar 20km². Namun Raja Henry ingin merebut kekuasaan dan menjadi kaisar setelah pesisir dapat dikuasai. Maka gelar raja akan menjadi Kaisar," jawab Sir Anthony bangga.
"Hanya kerajaan itu saja?" tanya Geisha atau Raisa.
"Jika dilihat posisi wilayah kerajaan kita. Maka wilayah kita jauh lebih mudah dikuasai karena berada di dataran, penduduk hanya sekitar dua ratus ribu jiwa, tak ada akses apapun selain kereta dan kuda, kita benar-benar kerajaan terbelakang!" lanjutnya.
"Sok tau sekali kau!" sentak Albert. "Jangan menghina kerajaan kami!"
"Jangan bentak Ratu, Marquez!" sahut Raisa tajam.
"Kau buta atau apa?" lanjutnya.
"Lihat wilayah kita dan lihat kerajaan paling besar di bagian selatan!" tunjuknya pada sebuah peta.
"Ini kerajaan Harvey, penduduknya lebih satu juta jiwa. Di sana sudah ada penerangan listrik, pendidikan, kesehatan yang memperkerjakan para ahli!"
"Jika Raja Robin Harvey berkeinginan memperluas wilayah. Itu bukan hal mudah, bahkan tanpa peperangan!" sahut Raisa.
"Bagaimana bisa memperluas wilayah tanpa peperangan? Kau lucu sekali Ratu!" kekeh Henry meremehkan istrinya.
"Gunakan ini!" Raisa menunjuk kepalanya.
"Sekarang katakan padaku, ada berapa kerajaan yang tunduk pada kerajaan ini?" tanya Raisa lagi.
"Kerajaan Jones, Kerajaan Raymon dan kerajaan Darly," jawab Marquez Albert begitu angkuh.
Ratu Raisa menatap di mana peta wilayah yang disebut kerajaannya oleh Marquez Albert. Ia ingin tertawa tapi takut menyinggung pria besar itu.
"Lalu dampak perluasan kekuasaan itu apa? Mana data pajak yang diserahkan setiap per kuartalnya? Mana bagi hasil pendapatan, mana ada pertemuan dan laporan perkembangan setiap wilayah?" tanya Ratu Raisa beruntun.
"Oh ... astaga suamiku. Kau membayar orang-orang dungu yang hanya bisa menjilatmu l!" sindir sang ratu pada suaminya.
"Jaga ucapanmu Ratu!" tekan Raja Henry marah.
"Yang Mulia, apa membaca ini?" tanya Raisa pada pembukuan kerajaan.
"Itu sudah ada yang mengatur!" sahut Marquez Albert kesal.
"Tidak boleh menyerahkan sepenuhnya keuangan negara pada satu individu Yang Mulia!' sentak Ratu Raisa kesal.
"Yang Mulia harus memiliki tim, dari penerimaan, penanganan dan pengembangan juga anggaran belanja, Yang Mulia harus mulai memikirkan itu dari sekarang!"
"Jujur ketika aku membaca ini semua. Bisa kukatakan hanya dalam menghitung tahun. Kerajaan ini hanya tinggal nama saja!" pekiknya gemas bukan main.
"Pendataan asal-asalan, penjumlahan semua salah. Tak ada riwayat belanja kerajaan dan bayaran para pengawal dan prajurit. Apa Yang Mulia membiarkan keluarganya mati?!" lanjutnya dengan muka memerah.
Raja Henry menatap wajah kesal istrinya. Untuk kedua kalinya, ia melihat bagaimana cantiknya sang ratu terutama, memperlihatkan kecerdasannya seperti ini. Marquez Albert yang mendengar semua yang diuraikan oleh ratunya mulai gelisah.
"Yang Mulia, bagaimana ini? Semua apa yang dikatakan Yang Mulia Ratu ada benarnya, kita tak bisa terus-terusan mempercayai para staf yang tak berkompeten untuk melakukan pekerjaan ini," ujarnya penuh kecemasan.
Raja Henry menatap Ratu Raisa yang kesal. Pria itu mendekat hingga membuat gadis itu terkejut sendiri.
"Yang Mulia?"
"Kalau begitu, aku menantangmu Yang Mulia Ratu. Sembuhkan semua ini," pinta Henry.
"Aku?" tunjuk Raisa pada dirinya.
"Iya," ujar Raja Henry mengangguk.
"Lalu kau dengan santai memperkenalkan selirmu itu?" ketus Raisa membuat pria berkuasa itu terkejut bukan main.
"Apa katamu?"
"Selirmu ... bisa aku singkirkan selamanya dari dunia ini ... Yang Mulia Raja," tekan Raisa berbisik pada Henry.
bersambung.
oh ... tidak semudah itu Henry!
next?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
fitriani
good job raisa jgn biarin henry semana2 sama kamu....
2025-03-20
0
Siti solikah
bagus
2025-03-18
0
Sita Aryanti
good
2025-03-17
0