“Siapa?” tanya Bibi Liria pada sang suami yang mendapat telepon malam-malam.
“Irena.” Paman Berto menjelaskan pada istrinya.
“Memang kenapa dia?” Bibi Laria begitu penasaran sekali.
“Dia diculik.” Paman Berto kembali menjelaskan. Namun, tangannya sambil mencari kontak di nomor teleponnya.
“Kamu jadi menculiknya?” Bibi Laria melemparkan pertanyaan itu. Dia ingat sang suami ingin menculik Irena. Jadi dia memastikan pada sang suami apakah sudah menjalankan misi itu.
“Aku belum menculiknya.” Paman Berto mengalihkan pandangannya pada sang istri.
“Lalu siapa yang menculiknya jika bukan kamu?” Bibi Laria justru bingung. Siapa gerangan yang menculik keponakannya itu.
“Aku belum jadi menyuruh anak buah kita melakukannya. Karena itu aku juga bingung. Ini aku akan coba hubungi mereka. Memastikan apa mereka yang menculik Irena.” Paman Berto segera menghubungi seseorang di sana. Saat sambungan telepon terhubung dia langsung melemparkan pertanyaan. “Apa kamu menculik Irena?”
“Kami belum melakukan tindakan apa-apa.” Seseorang di seberang sana menjelaskan pada Paman Berto.
Paman Berto segera mematikan sambungan telepon. Dia benar-benar bingung. Jika anak buahnya tidak melakukan apa-apa, Lalu siapa yang melakukan semua ini?
“Kenapa?” Bibi Laria menatap sang suami. Menunggu jawaban dari sang suami.
“Anak buah kita tidak menculik Irena, lalu siapa yang menculiknya?” Paman Berto benar-benar bingung. “Apa kita harus lapor polisi?” Dia yang dalam keadaan panik memikirkan akan hal itu. Mengingat tadi dia berjanji pada Irena.
Bibi Laria langsung memukul suaminya. “Kenapa harus lapor polisi? Bagus jika dia diculik. Jadi kita sudah tidak susah-susah untuk menculiknya.” Dia merasa ini justru keuntungan untuknya.
Paman Berto pun merasa jika memang benar yang dikatakan sang istri. Tanpa susah-susah dia tidak perlu mengotori tangannya. Tinggal menunggu sampai Irena pulang sebagai mayat saja.
“Baiklah, ayo kita tidur kalau begitu.” Paman Berto segera meletakkan ponselnya di atas nakas. Dia segera kembali untuk tidur. Dia tidak peduli Irena diculik siapa. Yang jelas ini sangat menguntungkan untuknya.
...****************...
Ivana menunggu cukup lama, tetapi tidak ada satu orang pun yang datang. Hal ini pun membuat Irena bingung.
“Kenapa paman Irena tidak datang?” Pertanyaan itu menghiasi kepala Ivana. Namun, sejenak dia memikirkan sesuatu. “Jangan-jangan paman Irena yang melakukan ini.” Ivana merasa bodoh sekali. Harusnya dia sadar jika bisa jadi paman Irena yang melakukan hal ini. Jadi akan percuma saja jika dia menghubungi pria itu.
Ivana mencoba mengambil ponselnya lagi. Dia bingung siapa yang harus dihubungi. Dia tidak tahu nomor polisi London. Jadi dia tidak bisa menghubungi. Di saat itu dia memikirkan siapa yang harus dihubungi. Hingga akhirnya dia menemukan satu orang yang pastinya dia bisa hubungi. Siapa lagi jika bukan Savero.
Dengan segera dia menghubungi Savero. Dia berharap pria itu mengangkat teleponnya. Karena Ivana tidak tahu siapa lagi yang bisa membantunya.
“Halo.” Suara serak terdengar dari seberang sana. Terdengar sekali jika Savero sedang tidur.
“Savero tolong aku.” Ivana langsung meminta tolong.
“Kamu kenapa?” Savero masih terdengar malas sekali. Seolah belum terkumpul nyawanya.
“Aku diculik.” Ivana menjelaskan pada pria di seberang sana.
“Apa?” Seketika Savero berteriak. “Siapa yang menculikmu?” Pria itu ingin tahu siapa gerangan yang menculik Ivana.
“Mana aku tahu.” Ivana kesal. Kenapa pria itu harus bertanya akan hal itu.
“Oke-oke. Lalu kamu di mana sekarang?” Savero akhirnya memilih menanyakan itu.
“Aku tidak tahu.” Ivana mengedarkan pandangan. Tidak tahu di mana gerangan dirinya.
“Kamu masih membawa ponsel yang kita buat ‘kan?” Savero di seberang sana bertanya.
Ivana langsung merogoh kantungnya. Mencari di mana gerangan ponsel itu berada. “Iya, masih.”
“Baiklah, nyalakan lokasimu. Aku akan melacaknya. Kita akan lihat seberapa akurat ponsel itu.”
“Baiklah.” Ivana segera mencari pengaturan lokasinya. Memastikan di mana keberadaannya.
“Aku menemukanmu.” Savero segera memberitahu.
“Cepat tolong aku.” Ivana bersyukur karena Savero menemukan dirinya.
“Baiklah, kamu tetap tenang, dan jangan melakukan apa-apa-.”
“Baiklah.”
Ivana segera mematikan sambungan telepon. Dia segera menunggu Savero. Berharap Savero akan menolongnya.
...****************...
Savero yang mendapatkan titik di mana Ivana berada. Dia segera melajukan mobilnya sendiri ke lokasi yang tertera. Dia berharap Irena baik-baik saja. Di mobil, dia meminta sang asisten datang ke lokasi yang sama. Dia meminta untuk bertemu di sana.
Mobil Savero akhirnya sampai juga di lokasi di mana letak koordinat ponsel yang dibawa oleh Irena. Saat sampai, dia melihat jika ini adalah sebuah gudang. Savero menunggu asistennya. Sayangyng sang asisten tidak kunjung datang, akhirnya Savero memutuskan masuk. Saat masuk dia bertemu dengan dua orang dengan tubuh yang begitu besar.
“Siapa kamu?” Pria itu menghadang Savero.
“Bebaskan orang yang kalian culik.”
“Enak saja.” Mereka langsung menyerang Savero.
Savero tidak punya pilihan selain melawan mereka. Walaupun tubuh dua orang itu besar, tetapi tetap saja dia melawannya. Tidak peduli kalah atau menang. Savero yang memukul sempat terjungkal. Namun, berusaha bangkit lagi. Cukup lama Savero melawan dua orang itu, hingga akhirnya dia menang juga.
Savero segera membuka gudang di mana Irena berada. Saat dia masuk, dia menemukan darah berceceran di mana-mana. Seketika Savero panik. Irena yang melihat Savero segera berdiri dan menghampiri pria itu. Dia langsung memeluk pria tampan itu karena ketakutan. Savero menerima pelukan Irena. Dia merasakan ketakutan yang dirasakan oleh Irena.
“Irena, kamu tidak apa-apa?” Savero langsung menghampiri Irena. Dilihatnya tangan gadis itu berdarah. “Apa yang terjadi?” Dia mengangkat tangan Irena. Memastikan apa yang membuat tangan Irena berdarah.
“Aku tadi berusaha untuk melepaskan ikatan dengan kaca.” Irena mengalihkan pandangan pada kaca yang sudah pecah di lantai.
Savero mengalihkan pandangan. Dilihatnya kaca pecah di lantai. Itu yang diyakini Savero dipakai Irena untuk melepaskan tali. Tidak menyangka jika ternyata segigih itu melepaskan diri.
Ivana yang sedari tadi kelelahan pun akhirnya pingsan. Tubuhnya terlalu lelah untuk melepaskan ikatan dan berusaha mencari jalan keluar. Savero yang melihat Irena pingsan langsung menerima tubuhnya.
“Irena?” Savero seketika panik. Dia segera meraih tubuh Irena. Menangkup dengan kedua tangannya. Dia segera membawa Irena ke mobil. Tepat di depan gudang, dia bertemu dengan asistennya. “Urus orang-orang itu.” Dia memberikan perintah.
“Baik, Tuan.”
Savero segera membawa Irena. Dia memilih membawa Irena ke mansionnya. Mengingat ini sudah malam dan lagi Irena harus segera diobati lebih dulu.
Sampai di mansion, Savero segera meminta maid untuk menyiapkan obat untuk mengobati tangan Irena. Dengan telaten Savero membersihkan tangan Irena. Memberikan obat luka dan perban di tangan Irena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Aidah Djafar
heeem mungkin Jane dalang penculikan itu...🤔 atau mungkin jg Carlos🤔
2023-07-27
1
Anonim
wuuaaahhh memang berjodoh neeehhhh... ketiga kalinya Irene diselamatkan Savero 👍👍
2023-01-17
0
🍾⃝ͩ sᷞuͧ ᴄᷠIͣ Hiatus🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
siapa yaa kira" yg berusaha menculik ivana selain si berto???
2022-12-29
0