“Iya, Nona.” Asisten rumah tangga bertanya.
“Aku tidak mau di kamar itu.” Ivana dengan langkah angkuh berbalik. Sesuai dengan novel yang dibacanya, dia tahu di mana letak kamar milik Irena. Jadi dia langsung berlalu ke kamar Irena. Tak mau tidur di kamar yang Jane di mansion belakang.
Kamar Irena terletak di lantai atas di mansion utama. Kamar berada di paling depan menghadap ke gerbang utama. Kamar Irena memiliki pemandangan yang balik indah. Karena menghadap ke depan gerbang dan menghadap ke barat. Di mana saat matahari terbenam, akan terlihat dari kamarnya.
Kamar itu selama ini dipakai oleh Jane. Pamannya beralasan jika Jane butuh kamar dengan sirkulasi yang baik. Karena itu Paman Berto meminta Irena memberikan kamar itu. Meminta Irena untuk bertukar dengan Jane.
Ivana terus berjalan kembali ke mansion utama. Asisten rumah tangga yang memanggilnya pun diabaikan begitu saja. Panggilan itu tak menggoyahkan niatnya sama sekali. Dia terus berjalan dan menapaki anak tangga untuk mencapai kamar di atas.
Paman Berto yang sedang akan masuk kamar pun menghentikan langkahnya. Dia yang melihat Irena menuju ke lantai atas begitu penasaran apa yang akan dilakukan oleh Irena.
Irena terus berjalan hingga sampai ke kamarnya. Tanpa mengetuk, dia menerobos masuk. Di dalam kamar, tampak Jane yang sedang merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Melihat aksi sepupu Irena itu, Ivana menjadi geram sekali.
Jane begitu terkejut dengan kedatangan. Apalagi Irena itu tanpa permisi masuk ke kamarnya. Dia segera berangsur bangun dari posisi tidurnya. Turun dari tempat tidur dan menghampiri Irena. “Apa yang kamu lakukan di kamarku?” tanya Jane, “keluar kamu dari kamarku?” Jane tidak terima dengan yang dilakukan Irena yang menerobos masuk begitu saja.
“Kamarmu? Apa aku salah dengar?” Ivana mencibir ucapan Jane. Dia merasa heran dengan Jane yang menguasai kamar Irena. “Ini adalah kamarku. Jadi kamu yang harusnya keluar dari kamarku.” Ivana sedikit menaikkan nada suaranya setengah membentak. Dengan lantangnya dia mengusir Jane. Dia tidak mau kalah dengan Jane. Apalagi ini adalah kamar Irena dan dia berhak atas kamar ini.
Jane terperangah dengan apa yang dilakukan Irena. Dia tahu persis jika sepupunya itu adalah orang yang lemah lembut. Tidak pernah menaikkan nada suaranya. Namun, kali ini dia melihat Irena menaikkan nada suaranya, dan lebih mengagetkan lagi membentak dirinya.
“Ini kamarku. Jadi sekarang pergi dari sini!” Ivana kembali membentak. Sorot matanya penuh kebencian. Dia benci dengan orang-orang di dalam rumah yang begitu tidak adil dengan Irena.
Paman Berto yang mengekor di belakang Irena melihat jelas bagaimana Irena membentak anaknya. Dia cukup terkejut dengan yang dilakukannya. Setahunya keponakannya itu adalah anak yang lemah lembut. Namun, kali ini dia berubah drastis.
“Iren, ada apa ini?” Paman Berto mendekat ke arah Irena. Memastikan pada keponakannya itu.
Ivana menoleh ke arah Paman Berto. Dia semakin geram ketika melihat pria paruh baya itu ikut campur.
“Ini kamarku. Jadi aku mau tinggal di sini.” Ivana tampak tenang ketika menjelaskan pada Paman Berto.
“Iren, Jane butuh kamar dengan sirkulasi yang baik, jadi dia harus tinggal di kamar ini.” Paman Berto mencoba menjelaskan pada Irena.
Ivana menarik senyum tipisnya. Dia pikir Paman Berto itu sedang bicara dengan Irena yang akan mengalah. Sayangnya, dia harus kecewa, karena yang dilawan adalah Ivana. “Di kamar dia ada jendela. Jadi tinggal buka saja. Lagi pula kamarnya dekat taman belakang, bukankah bagus jika jendela dibuka dan udara dari taman masuk ke kamar?” Ivana jelas menolak apa yang diminta oleh Paman Irena itu.
Paman Berto tercengang. Keponakannya itu tidak pernah menolak perintahnya, tetapi kini dia menolak perintahnya dengan tegas. Hal itu membuat dia heran.
“Sebaiknya kalian segera pergi. Aku lelah dan butuh istirahat.” Ivana memegangi kepalanya. Dia berpura-pura merasa sakit kepala.
Paman Berto kali ini harus mengalah, apalagi Irena baru saja sembuh. Dia pun mengalihkan pandangan pada Jane. Memberikan isyarat untuk Jane ikut dengannya.
Jane benar-benar kesal sekali. Dia tidak rela kehilangan kamar Irena. Kamar Irena adalah kamar paling besar setelah kamar utama, sedangkan kamarnya di mansion belakang begitu kecil.
Melihat papanya yang memberikan isyarat membuat Jane tidak punya pilihan. Dia pun akhirnya memilih untuk segera keluar dari kamar Irena.
Ivana tersenyum tipis. Akhirnya dia bisa mengusir Jane dari kamar Irena. Ini baru tahap awal pembalasan atas apa yang menimpa Irena. Setelah ini, Ivana tidak akan membiarkan hal ini terjadi lagi pada Irena.
“Tolong ganti seprei ini. Aku tidak mau memakai bekas orang.” Ivana meminta asisten rumah tangga yang berada di depan pintu kamar.
Asisten rumah tangga segera masuk. Melakukan apa yang diminta oleh Irena.
“Jangan lupa pindahkan semua barang-barangku ke sini.” Ivana kembali memberikan perintah pada asisten rumah tangganya.
Jane yang diminta keluar oleh papanya, berjalan dengan kesal. Sang papa menariknya ke kamarnya untuk berbicara. Paman Berto awalnya juga tinggal di mansion belakang, dia pindah ke mansion utama setelah kepergian Chis Travis dan Sara Travis. Dia tinggal di kamar yang berada di lantai bawah di kamar utama. Kamar di mana milik Chis Travis dan Sara Travis.
Paman Berto mengajak Jane untuk masuk ke kamar. Dia tidak mau sampai pembicaraannya didengar oleh siapa-siapa.
“Kenapa Papa membiarkan Iren menempati kamar itu?” Jane merasa tidak terima ketika sang papa memintanya untuk mengalah.
“Jane, lihatlah tadi dia begitu marah. Jadi kita harus mengalah dulu.” Paman Berto memberikan pengertian pada anaknya.
“Ada apa ini?” Bibi Laria yang melihat sang anak dan suaminya berdebat merasa heran.
“Apa Mama tahu, Irena mengusir aku dari kamar.” Jane mengadu pada mamanya.
“Bagaimana bisa?” Bibi Laria cukup terkejut.
“Tidak tahu. Aku rasa setelah kecelakaan itu dia mengalami gegar otak. Jadi otaknya sedikit tidak waras.” Jane yang geram meluapkan kekesalannya.
Paman Berto terdiam. Dia juga memikirkan kenapa bisa Irena berubah. Dari gadis yang penurut jadi pembangkang. Dan lagi, gadis itu berani meninggikan suaranya. Padahal biasanya dia bicara lemah lembut.
“Aku tidak mau tinggal di kamarku, Ma. Itu terlalu kecil.” Jane merengek pada sang mama. Tidak terima dengan yang terjadi padanya.
“Sayang, sabar dulu.” Bibi Laria mencoba menenangkan anaknya. Dia beralih pada papanya. “Pa, bagaimana ini?” tanyanya.
Paman Berto sendiri bingung dengan yang terjadi. “Jane, tidurlah di kamarmu dulu.” Dia yang tidak punya pilihan pun meminta anaknya untuk mengalah.
Jane benar-benar kesal sekali. Dia tidak terima jika harus kembali ke kamarnya yang sempit itu. Dia mau kamar yang besar.
Awas, lihat saja pembalasanku! Aku akan merebut kamar itu.
Jane tidak akan tinggal diam. Dia tidak akan membiarkan Irena menikmati kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Aidah Djafar
awal mula akting c Ivana...😁 jngn kasih kendor c trio kutu kupret 🤦🤣🤣
2023-07-27
0
Siti fatimah Sifa
emang orang² modelan keluarga Berto harus segera dihempaskan
2022-09-12
1
Rahmawati Rita
sipp jangan jadi wanita lemahhhh
2022-09-08
0