18. senjata baru

dua tahun yang lalu, Crox pergi ke sungai Kett untuk tujuan mengambil item yang langka. Kata sih Silvi, Crox dapat informasi item tersebut dari salah satu petualang.

Silvi menguping pembicaraan antara Crox dan petualang tersebut.

"Sudah aku bilang... Besok aku harus menjalankan quest ini" kata sih perulangan

"Tolong lah, besoknya lagi saja kamu jalani quest itu" kata Crox.

"Aku benar-benar minta maaf, tapi quest ini ada batas waktunya" kata sih perulang.

"Gini aja, kamu akan aku bayar lebih tinggi, tapi... Kamu batalkan saja quest tersebut. Gimana?" Crox sudah membulatkan ucapannya.

"Tapi... Biarkan aku berfikir sebentar" sih perulang berdiri dan berbalik badan.

Lima menit kemudian "hem... Oke, akan aku terima" kata petualang.

"Oke sepakat ya, ka-"

"Tapi, kamu bayar mukanya dulu, baru aku percaya"

Dari kesaksian silvi, ayahnya (Crox) beneran mengambil beberapa uang dan langsung diserahkan ke perulang.

"Empat belas koin emas dulu, untuk uang mukanya. Gimana? Mau kan?"

Sih perulang itu tersenyum "oke, gak papa, yok kita berangkat sekarang"

"Loh, kok kita?"

"Ya jelas kan, aku akan mengantar mu saja. Setelah itu, aku mau langsung menjalankan quest ini"

"Tapi di sungai itu..."

"Itu cuma rumor saja, para pemancing yang tidak pulang itu, karena mereka mati karena monster di perjalanan. Bukan karena di sungai"

"Kalo gitu, sama saja dong kalo aku cuma di antara"

"Tenang saja, saat perjalanan nanti, aku akan membunuh banyak monster. Jadi, kamu pasti masih aman saat balik dari sungai"

Setelah itu Crox dan sih perulangan pergi bersama. Saat ayahnya pergi, Silvi sudah memiliki perasaan tidak enak.

Empat hari Crox belum balik kerumah, dua Minggu masih belum balik, dan sampai satu bulan, Crox masih belum balik.

Setelah itu lah, para karyawan meminta silvi untuk mengantikan ayahnya. Karena, kalo tidak ada bos, kinerja kerja akan menurun.

"sampai dua tahun tidak balik juga" Ucapan Silvi.

Di pikir gimana pun, orang yang tidak balik kerumah selama dua tahun, sudah pasti dia dinyatakan meninggal.

Ada yang aneh dengan cerita Silvi. Pertama, mengapa sih perulangan itu memberi informasi ke Crox tentang item legendaris, kenapa tidak dibawah saja dari awal kalo dia tau.

Kedua, item apa itu? Sampai-sampai membuat Crox sangat menginginkannya? Dan yang ketiga, quest apaan sih di batasi dengan waktu segala?

Tadi saat aku lagi mencari quest yang cocok, gak ada tuh satu pun quest yang dibatasi oleh waktu. Kalo dipikir-pikir, dari semua game yang pernah aku mainkan juga sama, tidak ada quest yang dibatasi waktu.

"Makasih atas infonya" -aku berdiri, tapi aku kepikiran sesuatu- "oh ya, tadi kamu bilang lagi melakukan eksperimen, kalo boleh tau eksperimen apa?"

Silvi ikutan berdiri dan wajahnya langsung mendekati wajah ku. Tiga centimeter lagi, wajah kami berdua menempel.

"Ah, kamu penasaran? Pasti penasaran ya kan?" Kata Silvi.

"Ya... Gitu lah. Wajah, wajah mu terlalu dekat" aku memundurkan wajah ku sedikit, tapi wajah Silvi mendekati wajah ku lagi.

"Mau lihat? Pasti mau lihat kan... Karena penasaran" kata Silvi yang lebih dekat lagi.

"Ya, Aku mau lihat, jadi tolong jauh kan wajah mu dulu" ucapan ku yang khawatir kalo nafas ku bau.

Silvi menjauhkan wajahnya "oke kalo gitu, ikutin aku" Silvi berjalan membuka pintu.

Aku merasa lega karena wajah Silvi sudah menjauh. Tetapi, hawa ingin membunuh terasah begitu kuat. Aku menoleh kearah Alvina, karena firasat ku merasakan hawa membunuh ini dari Alvina.

"Apa yang kalian tunggu? Cepat ikut aku" kata Silvi yang sudah dibalik pintu.

Kami bertiga mengikuti Silvi ke suatu ruangan. Setelah membuka ruangan itu, aku disambut oleh pemandangan yang sangat-sangat Ida untuk tidak di lihat.

Yap, mulai dari sampah-sampah dan beberapa benda berserakan dimana-mana. Aku berdiri diam, karena tidak ingin masuk kedalam.

"Masuk lah, ini adalah kamar ku" kata Silvi.

Kamar? Ini bisa disebut kamar? Ini seperti pembuangan sampah dari pada kamar.

"Oke, akan ku bantu kamu untuk membersihkan kamar mu" aku langsung mengambil beberapa sampah.

"Eh, tidak usah re-" perkataan Silvi yang terpotong.

"Aku juga ikutan membantu" kata Alvina.

"Mau gimana lagi ya... Aku juga ikutan, meskipun aku tidak tau cara bersih-bersih" kata Rui.

"Ah... Kalian bertiga ... Ha... Baiklah, aku juga akan ikut membantu, lagian ini juga kamar ku" Silvi juga ikut membantu.

Dua puluh menit kemudian, kamera Silvi sudah lumayan enak untuk dilihat.

"Nah... Kalo gini kan baru bisa disebut kamar" ucapan ku.

Silvi menunjukkan suatu senja "ini adalah karya ku yang baru saja tadi aku selesaikan"

Senjata itu adalah tombak, dengan memiliki dua kepala runcing yang tajam. Panjangnya sekitar satu setengah meter, dan besarnya sekepal tangan.

"Gimana hebat kan?" Tanya Silvi.

"Wah... Hebat dan bagus" ucapan ku yang tidak terlalu terkesan.

"Apa-apaan reaksi mu itu? Ini beneran luar biasa loh" Kata Silvi.

"Hebat kok, beneran hebat. Tapi... Kenapa ukurannya sebesar ini?" Pertanyaan ku.

Tiba-tiba tombak itu mengecil. Namun, panjangnya masih sama saja seperti sebelumnya.

"Lah ... Lah kok? Kenapa bisa mengecil? baterainya habis kah?" Ucapan ku yang terkejut melihatnya.

"Senjata ini bisa kita sesuaikan sesukanya, menjadi agak kecil dan besar atau lebih panjang dan pendek. Untuk bertujuan, biar kita bisa mengatur senyaman kita" penjelasan Silvi.

"Ouh... Kukira baterainya habis"

"Ngomong Baterai Mulu, baterai itu apa?" Tanya Silvi.

Aku masih penasaran dengan senjata itu. Kenapa bisa diatur? Dan dari mana dia tadi mengaturnya?

Aku memegang senjata tombak tersebut. Tombak ini sangat-sangat ringan, mungkin beratnya cuma lima kilogram.

"Aku juga mau mencobanya Riko" kata Alvina sambil menjulurkan tangannya.

Tombak itu kuberikan ke Alvina "kok, Ringan benget. Ini terbuat dari apa?"

"Aku buat dari besi semuanya kok, dari kepala sampai badannya. Itu saja sih" penjelasannya Silvi.

"Lah kok bisa seringan ini" Alvina bertanya lagi.

"Aku melapisinya dengan lelehan batu Wels"

Batu apa itu? Apakah ada di duniaku? Kalo ada, aku ingin mengoleskannya ke tas sekolah, biar tetap ringan sebanyak apa pun buku yang aku bawah.

"Trus, mengapa kita bisa mengatur ukuran dan panjangnya ini" pertanyaan ku.

"Gampang kok, didalam besi ini aku mengisinya dengan magnet pikiran. Kita tinggal berfikir untuk ukuran kenyamanan kita, terus magnet itu akan menyesuaikan yang kita pikirkan"

Agak ribet sih penjelasannya. Semoga saja kalian paham, penjelasan dari Silvi. Ya, kalian yang baca novel ini.

"Berapa harganya ini?" Aku tertarik untuk membelinya

Alvina, Rui, dan Silvi langsung menoleh kearah ku. Reaksi mereka terlihat terkejut dan terheran-heran.

"Eh? Ta-tapi ini baru saja selesai aku buat, jadi belum aku uji sama sekali"

"Gak masalah, biar ku terima apa pun resikonya"

Entah mengapa perasaan ku mengatakan, Kalo tombak ini akan sangat berguna kedepannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!