Aku bangun berdiri "Alvina, kamu baik-baik saja?" pertanyaan ku.
Alvina masih berbaring menatap ku "ah, ya... Aku baik-baik saja ... mungkin" kata Alvina yang memalingkan pandangannya dari ku.
Kenapa dia memalingkan wajahnya? Hem... Bau Alvina ternyata harum juga, padahal dia lagi berkeringat. Kalo diingat-ingat, baru kali ini aku nyium bau wanita.
Eh? Tidak-tidak-tidak, aku tidak boleh berfikir jorok disaat Seperti ini. Oke fokus, yang terpenting sekarang adalah.
Aku melihat kearah sumber ledakan, aku membuat pistol untuk berjaga-jaga. Aku berjalan menghampirinya.
"Uhuk-uhuk" suara anak kecil.
Debu-debu mulai menghilang, kelabang raksasa juga menghilang. Malah terlihat ada seorang anak kecil, cewek.
Aku mengarahkan pistol ku ke anak kecil itu "siapa kamu?" Aku terpaksa melakukan ini karena keadaannya sangat genting.
"Tolong jangan membunuh ku, aku mengaku sudah kalah" kata dari anak kecil itu.
Mengaku kalah? Tidak-tidak, jangan percaya Riko. Ada kemungkinan dia berkata seperti itu, agar membuat aku lengah.
"Kamu kira aku akan percaya begitu saja, coba buktikan" perkataan ku.
"Hah! Buktikan? Memangnya gimana caranya aku harus membuktikannya?" Tanya anak kecil
"Eh, ya... Angkat kedua tanganmu dan bilang 'aku menyerahkan diri' cepat katakan"
"Baiklah-biak" -dia mengangkat kedua tangannya- "aku menyerahkan diri"
Hehe, gini kah rasanya menjadi polisi yang telah menangkap seorang penjahat. Pistol ku kehabisan waktu dan menghilang. Aku ingin membuat pistol lagi, tapi mana ku tidak cukup.
"Wah... Apa-apaan ini!" -Alvina berlari dan memeluk sih anak kecil- "imut banget... Neh-neh, siapa nama kamu?"
"Na-nama ku Rui" perkenalan dari anak kecil itu.
"Rui kah... Nama kamu juga imut, orang tau mu pintar memberikan nama yang cocok untuk mu" pelukan Alvina semakin erat.
"Ah... bisa lepaskan aku? Aku makin sulit untuk bernafas"
"Tidak mau... Kamu sangat imut sih"
"Kakak galak yang di sana, bisa bantu aku?"
"Kakak galak? Maksudnya itu aku?" Pertanyaan ku.
"Iya kamu... Memangnya siapa lagi yang anda di situ?"
Kata-kata dari Rui, langsung menusuk hati ku. Ha... sekarang aku merasakan telah menjadi polisi yang di olok-olok.
Aku berjalan menghampiri Alvina "Oke Alvina, sudah cukup memeluknya" aku menarik bagian belakang baju Alvina.
"Ha... Makasih kak... Siapa nama kalian?" Tanya Rui.
"Aku Riko dan dia Alvina"
"Makasih kak Riko, kamu kuat juga ya... Bisa mengalahkan ku" kata Rui.
"Tunggu-tunggu, mengalahkan mu? Bukannya aku harus berterima kasih kepada mu, karena sudah mengalahkan kelabang raksasa" aku agak bingung di sini
"Kamu salah, aku tidak mengalahkan kelabang raksasa, tapi aku sendiri kelabang raksasa tadi" kata Rui.
"Maaf, otak gue lemot jaringannya sedang terganggu, bisa kamu ulang tadi kamu bilang apa?" kata ku.
"Ha... Kamu tidak akan percaya ya kalo tidak ada bukti" kata Rui.
Rui seketika berubah menjadi kelabang raksasa tadi.
"Kamu... Rui?" Pertanyaan ku.
"Ya, aku Rui" Rui kembali ke wujud manusia lagi.
Kepala ku mendadak menjadi pusing dan langsung jatuh duduk sambil memegang kepala ku.
"Riko! Kamu baik-baik saja?" Tanya Alvina sambil memegang pundak ku.
"Aku baik-baik saja, kepala ku cuma sedikit pusing ... Jadi, kamu ras kelabang gitu atau suku yang bisa berubah menjadi kelabang raksasa gitu?" Aku menatap ke Rui.
"Tidak, aku dari suku naga" jawaban Rui.
"Jangan membuat beban pikiran ku bertambah, jawab yang sebenarnya bisa kan?" Kata ku.
Rui langsung berubah menjadi naga dan langsung kembali lagi menjadi manusia. Aku yang melihat itu, rasanya kepalaku sudah meledak, mata ku berkunang-kunang inggin ping-
"Riko!" Terikan Alvina.
Aku membuka mata ku. Pemandangan yang aku lihat pertama kali adalah, dada perempuan di atas ku.
"Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Hem, sempurna dan sangat in-" -aku sadar akan sesuatu- "wo...!" Terikan ku sambil bangun.
"Riko, jangan bangun dulu" -Alvina menarik ku kembali tiduran di pahanya- "kepala mu masih pusing kan?"
"Ti-tidak, sekarang sudah agak mendingan ... Ngomong-ngomong, sudah berapa lama aku pingsan"
"Hem... Baru setengah jam"
"Setengah jam kok baru, cukup lama itu lah ... Oh ya, Rui mana?"
"Ada apa? Memanggil nama ku ... Kamu ini sebagai cowok bisa-bisanya pingsan dua kali dalam waktu dekat, aku malah merasa bodoh telah mengaku kalah sama orang payah seperti mu" kata Rui.
"Maaf saja ya, ini lah aku apa adanya"
"Tenang saja Riko, meskipun kamu payah, aku masih cinta sama Riko" kata Alvina.
"Makasih Alvina, kata-kata mu membuat aku bahagia, tapi juga membuat aku frustasi" -aku bangun berdiri- "yuk Alvina! Kita harus melanjutkan perjalanan kita, masih ada banyak lagi monster"
"Monster? Maaf membuat kamu makin frustasi, tapi monster di goa ini sudah aku makan semua" kata Rui.
"Eh? Memakan semuanya?" Pertanyaan ku.
"Apa? Kepala mu pusing lagi? Mau pingsan lagi?" Pertanyaan Rui.
"Tenang saja, otak ku sudah berevolusi saat pingsan. Jadi, sudah terbiasa dengan semu ini"
"Boleh aku tau, apa tujuan kalian kesini?" Tanya Rui.
"Kami sedang mencari biji goool"
"Hem... Biar ku antara kalian" kata Rui.
Kami mengikuti Rui berjalan makin kedalam goa dan makin gelap. tapi Rui mengeluarkan api dari tangannya untuk menerangi jalan.
"Apakah yang itu?" Kata Rui.
Aku mengunakan pemandangan ku untuk mengidentifikasi item. Benar saja, biji-biji berwarna putih bercahaya yang menancap di bebatuan itu adalah goool.
Kerena pingsan, mana ku sudah pulih kembali dan langsung membuat RPG-7 untuk mengambil goool yang menancap itu.
"Hentikan, kalo kamu mengunakan itu, bisa-bisa goool itu juga ikutan hancur. Ledakan senjata mu itu sangat luar biasa" kata Rui.
Rui berubah menjadi naga, dia mengambil goool itu dari bebatuan, seperti mengambil pasir. Dia *******-***** dan bebatuan menjadi kerikil kecil. Rui berhasil memisahkan goool dari batu.
Aku memasukkan goool itu satu persatu kedalam karung, sambil menghitungnya.
"Alvina, berapa jumlah goool dalam quest?" Tanya ku.
"Tunggu sebentar" -Alvina mengambil kertas quest dari inventori nya- "em... Harus mengambil 23 goool"
"Ini ada... 51, 52, 53. Ini ada 53 goool"
"Wah, lebih dari cukup" kata Alvina.
"Tidak... Ini belum cukup, goool di sana masih banyak bukan? Jadi ... Rui, bisa kamu ambil semua goool yang ada di sini?" Aku tersenyum lebar
"Baik lah, sesuai perintah" kata Rui.
"Ta-tapi Riko, ini kan sudah lebih dari cukup" kata Alvina
"Aduh... Kamu ini ya... Kita berikan ke guild 23, sesuai quest dan sisanya. Kita jual sendiri saja, dengan begitu, kita bisa kaya mendadak. Hahahaha"
"Riko..."
Aku tertawa lepas berjam-jam, sampai-sampai rahang ku terasah nyeri. Semu goool sudah di ambil Rui.
Kami bertiga keluar dari goa dan ternyata sudah malam, kami membuat api unggun di depan pintu goa.
Aduh, tidak sabar untuk segera kembali ke kota Efar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments