aku merapatkan mantra nya dalam hati. Tiba-tiba, ada yang ingin keluar dari tangan kana ku dan yang keluar adalah, kerikil yang hanya seukuran jempol kaki.
"Loh ... Coba skill yang lain ah"
Aku membaca mantra skill yang kedua dan ada yang keluar dari tangan kananku lagi. Yang keluar adalah, patung kodok yang terbuat dari tanah liat.
Aku menoleh ke Alvina, dia tampak berpura-pura tidak tau. Aku berjalan mendekatinya tapi, dia berjalan mundur. Dia berhenti mundur, karena dia sudah mentok menatap pohon.
Aku dengan cepat langsung melakukan kade-don (memukul dinding atau cari sendiri aja di google untuk gambarannya) kulakukan dengan kedua tangan. Aku sengaja melakukan itu biar, Alvina tidak pergi kemana-mana lagi.
Aku trus bertanya "Alvina ... Bisa jelasin, kenapa aku hanya membuat hal-hal yang konyol?"
"Ka-kamu kan baru level 1, jadi..." Kata Alvina.
"Jadi?"
"Jadi...., Cuma segitu lah yang bisa kamu lakukan"
Entah mengapa, saat ini aku merasa telah menjadi orang yang tidak berguna sama sekali.
"Ri-Riko, bisa ... Di hentikan yang kamu lakukan ini" suara Alvina makin mengecil dan aku baru sadar kalo muka kita sangat dekat.
Aku dengan cepat menjauhkan diri ku dari Alvina. Aku berbalik arah trus, mengambil nafas dalam-dalam. Karena saat ini muka ku memerah.
"Ah, akhirnya muncul juga" kata Alvina sambil melihat ke langit.
Di langit ada tulisan, Pergi ke kota Efar dan kumpulan item goool
Biar ku tebak, itu adalah misi yang harus kita lakukan. sangat mudah untuk di tebak.
"Jadi, apakah kamu tau kota Efar itu ada diman?" Pertanyaan ku.
"Mana aku tau tentang kota itu. Aku baru bermain game ini 2 kali" jawaban Alvina.
"Jadi kita harus bertanya ke NPC? Seperti game MMORPG pada umumnya ya"
"NPC? NPC itu apaan?" Alvina malah bertanya.
"Woi, jangan pura-pura tidak tau lah" -Alvina memasang wajah seperti orang bodoh - "jangan kira kamu memasang wajah seperti itu bisa menipu ku"
"Tapi aku beneran tidak tau loh, NPC itu apa?" Alvina memiringkan kepalanya.
"Sudah lah lupakan, kalo ketemu nanti akan aku jelaskan. Ayo, kita selesaikan misi ini" ajak ku dan Alvina mengikuti ku.
Aku berjalan lurus, meskipun melewati hutan yang lebat. Tidak ada jalan setapak, tapi aku terus berjalan lurus. Karena hanya inilah yang bisa aku lakukan ... Biar tidak tersesat.
Baru 20 menit kami berjalan. Di tengah-tengah hutan, kami tidak sengaja menemukan desa Goblin. Kami memilih jalan berputar, untuk menghindari para goblin.
Aku tau ini kesempatan yang bagus untuk aku naik level, tapi dengan jumlah goblin sebanyak itu. Perasaan ku berkata lain.
Akan tetapi, meskipun sudah berputar, para goblin itu sudah mengepung kita (aku dan Alvina), tampah aku sadari.
Alvina mengeluarkan busurnya, dan dia menarik busur itu kuat-kuat. Meskipun tadinya tidak ada anak panahnya, tiba-tiba ada anak panah yang muncul di tarikan busurnya itu.
Aku memang baru level 1, tapi aku punya Alvina yang sudah berlevel 8. Kita lagi party, meskipun aku tidak berjuang, aku akan tetap dapat Expi dan naik level.
Tarikan busur Alvina di lepas, dan anak panah tersebut mengenai kepala salah satu goblin. Akan tetapi, goblin itu masih hidup dan goblin itu mencabut anak panahnya.
"Ha... Melelahkan sekali, aku istirahat dulu ya" dia duduk dan langsung berbaring di bawah pohon.
"Woi! Goblin itu masih hidup woi! dan jangan tidur sem-" aku berhenti berbicara.
"Z... Z... Z..." Alvina sudah tertidur lelap.
Bisa-bisanya dia tidur tampah Khawatir dengan keadaan seperti ini. Salah satu goblin berlari ingin menyerang ku dengan tongkat kayu, tongkat itu adalah senjata para goblin.
Aku menghindari serangannya dan mengambil tongkat itu. Aku memukul goblin yang tadi menyerang ku.
Aku tidak pernah belajar beladiri apapun. bahkan, aku tidak pernah latihan beladiri. Akan tetapi, aku selalu ikut tawuran saat SMP dan berhenti saat masuk SMK. Tak ku sangka pengalaman bertarung gaya bebas masih bisa aku lakukan, setelah 3 tahun tidak pernah tawuran.
aku mengarahkan tongkat yang aku pegang kedepan "oke kalian semua, akan aku beri kalian permen ... permen rasa sakit"
Para goblin pun beneran pada maju menghampiri ku. Tampa harus menahan diri, aku membantai semua goblin yang maju kearah ku.
Ada tiga goblin yang sudah lumayan terluka berat yang lari ketakutan aku membiarkan mereka kabur, karena aku sendiri sudah sangat capek.
Aku kecapekan, aku pun jatuh berbaring sambil mengatur pernafasan ku. Tapi aku juga merasa senang, karena aku mendapatkan banyak Expi dari membantai para goblin tadi dan sekarang aku suda berlevel empat, sedikit lagi mau level lima.
Nafas ku sudah mulai tenang, karena hari mulai sore, aku terpaksa berdiri dan harus meneruskan perjalanan ku, tapi ada satu masalah. ya, Alvina masih tidur dengan lelap.
Aku sudah berusaha dan mencoba berbagai cara untuk membangunkannya, tapi tetap saja dia masih tertidur. seketika aku mendapatkan ide yang sangat merepotkan, menggendong dia sampai ke kota atau desa terdekat.
"Ha... Ngerepotin saja" kata ku sambil mau mengangkat Alvina.
Alvina berhasil aku gendong trus aku berjalan meneruskan perjalanan. Selagi Alvina aku gendong, aku sesekali menyentuh pantatnya dan berharap dia akan bangun.
satu jam sudah berlalu, yang tadinya menyentuh sekarang menjadi *******-***** pantatnya. Akan tetapi, Alvina masih tidak bangun juga.
Hari mulai gelap dan kira-kira sekarang sudah jam enam sore dan akhirnya Alvina terbangun, di lihat kanan-kiri sebelum dia sadar kalo aku gendong.
Tak lama, tiba-tiba dia memukul kepalaku di bagian ubun-ubun. saking kencangnya dia memukul, kepala ku hampir membentur tanah.
Alvina melompat dan agak menjauh dari ku, di memenangi pantatnya yang tadi aku remas-remas. dia menatap muka ku dengan wajah memerah.
"A--apa yang kamu lakukan!" Teriakan Alvina.
Dah lah, aku pasti sudah di camp orang mesum olehnya. Tunggu, ada satu cara untuk mengalihkan pikirannya.
"seharusnya aku yang marah bukan kamu" Kata ku sambil menunjuk-nunjuk.
"Apa! Kamu yang melecehkan ku, kenapa juga harus kamu yang marah" Alvina masih berteriak.
"Hah! Melecehkan? Mana sudah aku melecehkan orang seperti kamu!" Aku ikutan berteriak.
Setelah aku berteriak seperti itu, Alvina duduk meringkuk dan menangis. Aku berusaha tidak peduli dengan dia yang lagi menangis. Tapi...
"ya-ya maaf, maaf telah melecehkan mu. aku tidak punya pilihan lain untuk membangunkan mu tadi" permintaan maaf ku.
Aku berjalan mendekati Alvina dan terus mengelus-elus kepalanya "sudah-sudah jangan menangis, aku kan sudah minta maaf"
"Padahal bukan itu yang membuat aku nangis" kata Alvina dengan nada sangat kecil.
"Eh, kamu tadi ngomong apa?" Karena terlalu kecil aku tidak bisa mendengarnya jelas.
"Bukan apa-apa" Kata Alvina sambil berdiri.
"Oh ya, kita keasikan main game ini sampai lupa untuk kembali. Aku harus kembali sekarang, kalo tidak cepat pulang nanti aku bisa dimarahin" perkataan ku.
Alvina terdiam, dia lagi-lagi memasang wajah aneh. sekarang seolah-olah seperti ada yang disembunyikan.
"Alvina, gimana caranya kita keluar dari game ini?" Pertanyaan ku.
"Ah... sebelumnya maaf dulu ya Riko ... Kita tidak bisa keluar dari game ini kalo misinya belum selesai" jawaban Alvina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments