4. keliling kota

Di pinggir jalan kota ada 2 orang yang lagi duduk. Dua orang tersebut, laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki berharap ada orang lewat yang kasihan dengan dia dan memberinya uang atau makanan.

Sedangkan yang perempuan, menatap sih laki-laki sambil senyum-senyum. Seolah-olah, tidak ada beban apa pun pada pundaknya.

Dua orang itu adalah, Aku dan Alvina. Sial aku ingin nangis saja, aku ingin pulang. Seharusnya dari awal aku tidak usah bermain ini game.

satu jam yang lalu, aku sudah bertanya kepada Alvina cara untuk kembali. Akan tetapi, kita tidak bisa kembali sebelum misi yang di berikan selesai atau tuntas.

Aku berjalan ke kota dan ingin memesan penginapan dan makanan. Namun, aku tidak punya uang di dunia ini, Alvina juga tidak punya uang meskipun dia sudah bermain ini game 2 kali.

"Mau sampai kapan kamu melihat ku, Alvina" kata ku.

"Eh, ketahuan ya? Ehek" kata Alvina sambil bertingkah sok imut.

"Ya, aku sudah tau dari tadi lah ... Ngomong-ngomong, kota ini seperti kota di Eropa abad delapan belas ya? Sama sih dengan game MMORPG"

"Aku tidak tau kota-kota di Eropa abad 18 dan game MMORPG, tapi menurut ku kota ini terasa aneh, bukan kah ini terlalu sepi"

"Hem, Kamu juga menyadarinya toh. Ini baru Jam 8 malam, tapi dari tadi tidak ada orang yang lewat satu pun"

"Memangnya kenapa kalo ada orang yang le...., Ah, itu tidak boleh loh Riko, uangnya itu tidak baik" kata Alvina dengan muka serius.

"Kayaknya kamu salah paham deh. Kalo ada orang yang berlalu-lalang, ada kemungkinan salah satu orang akan kasihan dengan kita dan memberi kita uang atau makan meskipun cuma sepotong roti"

"Riko!" -muka Alvina makin serius- "Kalo cita-cita setelah lulus nanti menjadi pengemis, aku yang sebagai calo istri mu akan menasehati kamu dari sekarang. Pengemis itu juga tidak baik"

"Mana mungkin lah cita-cita ku seburuk itu! Dan mana ada orang yang punya cita-cita menjadi pengemis!" -aku menghela nafas- "ngomong-ngomong soal cita-cita, apa cita-cita mu Alvina?"

Aku bertanya seperti itu karena penasaran, apa sih cita-cita orang-orang pintar? Kemungkinan sih lanjut kuliah dengan biaya siswa.

"Aku ingin menjadi ibu rumah tangganya Riko" kata Alvina sambil tersenyum dan wajahnya memerah.

Aku senang mendengarnya bahkan Waja ku ikutan memerah. Aku berusaha menenangkan diri ku dulu dan baru berkata.

"Le-lebih baik kamu cari pekerjaan yang lain saja. Dengan kepintaran mu itu, pasti gampang kan cari pekerjaan"

Alvina membuka mulutnya lebar-lebar, wajahnya berubah menjadi sangat senang.

"oh... Maksudmu, aku yang kerja dan kamu yang di rumah menjadi bapak rumah tangga. Baik lah kalo itu yang kamu mau, akan ku la-" Kata Alvina yang aku potong.

"Bukan begitu!" -aku berdiri- "Ah... Baik lah, aku akan cari pekerjaan besok pagi biar kita bisa makan dan dapat tempat tinggal"

"Gre..." Ada suara di atas rumah di depan ku.

Serigala!? Tidak, itu adalah monster. Aku bisa lihat levelnya gak ya? Ah, bisa-bisa, monster itu berlevel.

24! Mustahil dah untuk mengalahkannya. Alvina baru berlevel 9 sedang kan aku sendiri baru berlevel 4. Jadi monster itu enam kali lebih kuat dari pada aku.

Tak lama teman-teman monster serigala itu ikut bermunculan. semuanya berlevel 24 dan sekarang mereka berjumlah lima belas.

Aku memegang tangan Alvina dan menariknya untuk berlari. Para monster itu mengejar, kami berbelok di gang-gang yang sempit.

dua puluh menit aku kejar-kejaran dengan monster serigala. Aku sudah sangat kelelahan, kalo seperti ini trus kapan selesainya.

Kebetulan aku menemukan tongkat di samping rumah, aku masih di gang-gang. Ku gunakan tongkat itu untuk melawan para monster serigala.

Dengan modal pengalaman tawuran ku di masa lalu, aku bisa melawan para monster serigala itu.

Sedangkan Alvina aku suruh pergi dulu keluar gang, biar dia aman. Dia pun beneran lari, pergi meninggalkan ku sendiri.

sepuluh menit pertarungan ku dengan monster serigala itu telah berakhir. Aku mendapatkan gigitan dan cakaran di lengan dan punggung ku. Namun, hal positifnya, aku sekarang berlevel sepuluh.

Alvina tiba-tiba lari menghampiri ku dan melihat-lihat luka pada tubuh ku "Riko, kamu baik-baik saja?" Pertanyaan Alvina.

"Seperti yang kamu lihat, Aku tidak baik-baik saja" jawaban ku.

Aku mengunakan penglihatan ku, untuk mengidentifikasi bangkit monster serigala. Mata dan gigi monster serigala itu berharga. Aku mengambil mata dan gigi monster serigala untuk aku jual nanti pagi.

Matahari telah terbit dari barat. ya, beneran dari barat, ini bukan karena kiamat, mungkin karena game ini di desain matahari terbit dari barat.

Aku dan Alvina berkeliling kota, sambil mencari toko yang bisa menjual mata dan gini monster serigala tadi malam.

"Riko, mungkin toko itu bisa" kata Alvina.

Toko yang di tunjuk Alvina adalah toko obat-obatan. Aku dan Alvina masuk kedalam toko. Sih penjaga toko itu seorang perempuan dan ada seorang laki-laki yang terlihat sedang membeli obat.

"Makasih Telah membeli obat ku" kata penjaga toko kepada orang yang baru beli obatnya dan orang itupun pergi dari toko.

Aku berjalan di depannya dan langsung mengeluarkan Mata dan gigi monster serigala "aku mau menjual ini, apakah di sini bisa?"

"Wow, ini ... Ini adalah mata dan gigi Erowof, kalian mengalahkan monster tersebut?" Tanya penjaga toko yang terlihat sangat senang.

"Ya... Begitu lah" jawaban ku.

"Hebat... Tapi maaf, aku tidak bisa membeli ini, kalian pergi saja ke toko perlengkapan, di sana kamu bisa menjualnya" saran penjaga toko.

"Kalo bisa tau, dimana tempatnya itu?" Pertanyaan ku.

Aku dan Alvina pergi ke tempat toko perlengkapan yang di beritahu oleh penjaga toko obat tadi. enam belas menit perjalanan, akhirnya aku sampai ke tujuan.

Toko perlengkapan itu lumayan besar dan luas, aku dan Alvina masuk kedalam toko. Dan benar saja, seperti yang aku bayangkan, banyak jenis pedang, baju armor, perisai dan lain sebagainya.

"Selamat datang, apakah ada yang menarik perhatian mu?" Kata Sang penjaga toko yang tiba-tiba di samping ku.

"Ah, maaf-maaf. Kayaknya sekarang gak dulu, sekarang aku hanya ingin menjual ini" aku berkata seperti itu biar bisa langsung bertransaksi. Ini adalah teknik para wirausaha.

"Aku diantarkan di suatu ruangan. Ya, cuma aku, Alvina sedang menunggu ku di depan kasir. Didalam ruangan itu seperti tempat pembuatan senjata dan Armor.

Aku duduk di tempat duduk yang sudah di sediakan. Tak lama ada seorang om-om yang masuk.

"Oh salam kenal, nama ku adalah ..."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!