20. melawan mati-matian

Sosok di depan ku setinggi empat meter dan sebesar traktor. Di punggungnya terdapat banyak tentakel, sampai-sampai aku tidak tau berapa jumlahnya.

Kita panggil saja sosok didepan ku ini adalah raksasa, karena dari rambut sampai kaki seperti manusia.

Aku ingin pergi dan lari secepat mungkin kalo aku mau. Namun, saat aku bangun tidur, Rui sudah tidak ada hanya Alvina saja yang tadi mau di makan oleh raksasa itu.

Aku tidak tau pasti, tapi kemungkinan besarnya, Rui telah di makan oleh raksasa. Entah kenapa, aku sangat ingin sekali menolong Rui.

Aku membuat senjata sebuh yaitu AK-47 beserta enam puluh peluru. Aku menembak raksasa tampa henti.

*Dre-detdetdet ...*

AK-47 adalah senapan serbu yang dirancang oleh Mikhail Kalashnikov, diproduksi oleh pembuat senjata Rusia Izhmsh, dan digunakan oleh banyak negara Blok Timur semasa Perang Dingin.

Peluru ku sudah habis dan begitu juga dengan AK-47 menghilang. Raksasa itu terlihat baik-baik saja, seperti tidak terjadi apa-apa pada dirinya.

Raksasa itu menyerang ku dengan tentakelnya dengan sangat cepat, aku belum sempat untuk menghindar. Tentakel itu sudah berada di samping mata ku.

*Wes*

Anak panah yang sekeliling ada cahaya runcing melintasi depan mata ku. Anak panah h yang bercahaya itu menebas tentakel sebelum menghantam ku.

Dengan cepat aku berlari menuju ke Alvina. Aku menggandeng tangannya dan berlari agak lebih jauh dari raksasa.

Kami berdua berhati berlari "terimakasih Alvina atas pertolongannya tadi" ucapan ku.

"Tidak, seharusnya aku yang berterimakasih, kalo tadi tidak kamu selamatkan, aku mungkin sekarang berada di Perut raksasa itu" kata Alvina sambil menatap wajah ku dengan sangat dekat

"Hehe, tidak ada waktu untuk berdebat lah" ucapan ku sambil menjatuhkan wajah Alvina.

"Sekarang gimana Riko? Apakah kamu punya rencana?" Tanya Alvina.

"Aku punya banyak rencana"

"Kalo gitu ap-"

"Tapi percuma saja, kita akan membuang mana kita sia-sia"

"Riko..."

Raksasa itu berjalan pelan mendekati kita berdua. Kemungkinan raksasa itu bisa menyerang lagi, sekitar 25 menit lagi.

Aku berfikir keras untuk rencana baru. Jangan menyerah, terus pikirkan suatu rencana, pasti ada jalan keluarnya.

Sepuluh menit berlalu ku gunakan untuk berfikir. Aku memiliki satu cara, namun ini tergantung oleh gerakan tentakel raksasa itu.

"Alvina, apakah kamu takut raksasa itu?" Pertanyaan ku.

"Tidak, apakah kamu punya rencana?"

"Ya... Aku memiliki satu rencana"

Alvina berlari menghampiri raksasa, dan aku dari belakang dengan berusaha untuk membuat pesawat tempur dengan sisa-sisa mana ku.

Alvina bertarung dengan raksasa untuk mengulur waktu. Dengan kata lain, dia aku jadikan tumbal. Emang agak jahat, tapi ini lah rencana ku.

Sesekali aku melihat kearah Alvina, dia berulang kali terpukul dan terbang, karena kena pukulan dari raksasa.

Aku tidak tega melihatnya, aku memilih untuk menunduk dan fokus membuat pesawat tempur.. Aku berulang kali mendengar suara Alvina yang lagi Kesakitan.

Dua puluh menit berlalu, aku kelelahan karena kehabisan mana. Disisi lain, aku berhasil membuat pesawat tempur. Aku melihat Alvina, dia sedang berdiri dan penuh luka.

Melihat Alvina yang seperti itu, aku berdiri sekuat ku dan berusaha menaiki pesawat tempur.

Aku menaikinya dan menyalakan mesinnya. Aku pernah menerbangkan pesawat sebelumnya, tapi cuma di game. Semoga saja ini sama seperti di game simulasi pesawat.

Aku menjalankan pesawat dan berusaha untuk menerbangkan pesawat ini. Ajaibnya, aku berhasil menerbangkannya.

Aku mengendalikan pesawat ini dan terbang agak rendah. Setelah Alvina melihat ku yang telah berhasil, dia seketika terjatuh dan tidur di tanah.

Kerja bagus Alvina. Setelah ini selesai, akan aku beri kamu hadiah apa pun itu, aku berjanji.

Aku juga membuat seratus peluru dan hanya tiga bom. Pesawat ini juga hanya bisa bertahan selama satu setengah menit, atau lebih tepatnya satu menit 25 detik.

Raksasa itu melihat ku dan dia berusaha menyerang ku. namun, serangannya sia-sia, aku terbang agak tinggi, jadi serangannya tidak sampai.

Aku menyerang balik dengan menembakinya, meskipun aku tau ini percuma saja. Saat aku tepat berada di atas kepalanya, aku menjatuhkan satu bom.

*Boom*

Bom itu meledak tepat di mukanya, Raksasa itu nampak kesakitan. Tetapi, itu hanya berpengaruh kecil padanya.

Aku terus menembakinya dan dia juga terus berusaha menyerang ku. Saat berada di atas kepalanya, aku menjatuhkan satu bom lagi dan bom itu meledak tepat di kepalanya lagi.

Aku menembaknya dan berusaha mengulanginya. Namun kali ini, dia berhasil menangkap ku dengan tentakelnya.

Aku langsung menjatuhkan bomnya, sedangkan aku, mengunakan tombol darurat melontarkan kursi.

Aku terlempar sangat tinggi dan Bom yang aku jatuhkan, membuat tentakel raksasa putus. Aku berusaha semampu mungkin untuk membuat parasut.

Tapi aku tidak bisa membuatnya, aku lupa kalo mana ku sudah tidak tersisa. Aku jatuh dari ketinggian sepuluh meter.

"Ah...! Game over dah!" terikan ku.

Raksasa itu lagi kesakitan karena tentakelnya putus. kemungkinan, aku akan jatuh langsung ketanah.

Aku menutup mata ku untuk tidak melihat dan pasrah akan keadaan. Aku dengan cepat menatap sesuatu yang sangat keras.

"Rasanya sakit juga terjatuh dari ketinggian. Haha, gini kah rasanya mati, aku merasa terbang dengan bebas" ucapan ku dari mulut.

"Kamu memang lagi terbang dan apanya yang sudah mati, buka matamu dan lihatlah" aku mendengar suara Rui.

"Ouh, sekarang aku mendengar suara Rui ... Begitu ya, Rui ternyata juga sudah meninggal" perkataan Ku.

"Aku masih hidup lah, makanya buku dulu itu mata mu!"

Aku perlahan membuka mata ku, aku sangat terkejut dengan yang aku lihat. Yap, aku sedang berada di punggungnya Rui yang berubah menjadi wujud naga.

"He... Kamu masih hidup!? Gimana bisa?" Perkataan ku yang masih bingung dengan keadaan ini.

"Dah lah males jawab ... Ngomong-ngomong dimana Alvina?" Tanya Rui.

"Oh Alvina, dia berada di Utara empat belas meter dari raksasa ... Kamu bisa melihatnya?" Jawaban ku.

"Oh... Ya-ya, aku melihatnya"

Rui langsung terbang menghampiri Alvina, raksasa itu yang melihat Rui, dia berusaha mencoba untuk menyerang Rui.

Rui bisa menghindari semua serangannya dan bisa mendarat didekat Alvina. Aku turun dari punggung Rui untuk mengangkat Alvina.

Aku kembali lagi ke punggung Rui sambil menggendong Alvina dan Rui langsung terbang lagi sebelum raksasa itu makin dekat.

Kami terbang menjauhi raksasa sejauh mungkin, Rui membawa kami di Padang rumput yang lumayan luas. Aku turun dari punggung Rui dan Rui langsung berubah menjadi wujud manusia.

"Kenapa dia bisa terluka separah ini?" Pertanyaan Rui.

"Dan kamu sendiri, katanya kamu menjaga malam. Tetapi apa, kamu malah pergi entah kemana, kalo kamu tadi tidak pergi, Alvina tidak mungkin akan menjadi seperti ini!" Aku berteriak sangat kencang.

Aku tidak tau, kenapa aku bisa sangat emosi sekarang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!