8. isi dalam goa

Pagi sudah tiba, emas batangan dan besi batangan yang aku buat semalam sampai begadang, sudah hilang saat paginya.

Aku mencoba untuk membuatnya lagi dan hasilnya emas batangan itu cuma bisa bertahan selama satu menit. Sial, satu menit itu bisa apa coba? Padahal aku sudah senang-senangnya bisa menjadi kaya mendadak.

Selain itu, satu emas batangan yang aku buat membutuhkan mana yang lumayan banyak. Dan untuk memulihkan mana ku, ada dua cara.

Cara pertama adalah, meminum ramuan pemulih mana atau memakan langsung tanaman yang bisa memulihkan mana.

Cara kedua adalah, tidur yang cukup atau beristirahat tidak melakukan kegiatan apapun, dengan kata lain bermalas-malasan.

Ya wajarlah ya, aku masih level 20. Dari pada itu, jauh lebih penting untuk mencari informasi lebih banyak di dunia ini.

Aku mencuci muka ku di sungai, saat lagi mencuci muka, aku mendengar ada sesuatu didalam sungai.

"Grah..." Ada seekor monster aneh yang muncul.

Aku yang refleks karena terkejut ... Ya, karena terkejut, bukan karena aku refleks untuk bertahan diri, tapi karena terkejut. Aku melompat menjauh

Mosnter itu berwujud manusia, tapi dia memiliki delapan tentakel di punggungnya. Tingginya sekitar 190 cm.

Aku langsung mengambil tongkat di inventori. Tiba-tiba, ada yang menyerang monster tersebut, yang menyerang adalah Alvina mengunakan anak panahnya.

Monster itu menyerang kembali mengunakan tentakel. Aku bisa menangkis serangannya dengan tongkat ku, sedangkan Alvina tertangkap oleh monster tersebut.

"Kya... Riko tolong aku... Kya..." Kata Alvina yang sedang diangkat oleh Moser tersebut.

sial, kenapa dia bisa tertangkap dengan mudah. aku pernah bermain game yang dimana, ceweknya hanyalah seorang beban.

"Tunggu, kenapa kamu baru muncul saat aku cuci muka?" Pertanyaan ku kepada monster tersebut.

"Aku?" Pertanyaan sang monster sambil menunjuk dirinya.

"Iya kamu, siapa lagi yang aku tanya selain diri mu?" Kata ku sambil menunjuk sang monster.

"Ya... Karena aku lagi lapar dan sudah dua hari aku tidak makan" kata sang monster.

"Sudah berapa lama kamu di sungai ini?" Aku bertanya lagi.

"Sudah lama lah, ini kan tempat tinggal ku, aku juga tau kalo kalian tadi malam tidur di pinggir sungai ini" nada sang monster mulai agak besar.

"Nah, kalo sudah tau dari semalam, kenapa tidak menyerang kami saat tidur saja? Kenapa di saat aku cuci muka baru nongol. Bukan kah itu aneh?" aku mengeluarkan semua kata dalam otak ku saat ini.

"Lah, iya juga ya? Kenapa aku tidak menyerang kalian saat lagi tidur saja. Tapi kalo seperti itu, aku terlihat seperti monster yang pengecut" kata sang monster.

"Gak usah bawa-bawa harga diri, kalo beneran lapar dan ada makanan di meja. Langsung saja di santap, buat apa harga diri segala"

"Tapi kan..., "

"Kalo memang harga diri mu tinggi, kenapa kamu menyerang cewek segala, bukan kah itu salah satu tindakan pengecut? Kalo gitu harga diri mu masih rendah" siap, akhirnya sampai sini juga.

"Tapi aku lagi lapar bang, kalo lagi lapar tidak peduli cewek maupun cowok aku makan" kata sang monster sambil melihat Alvina dan sesekali melihat ku.

"Tuh kan, harga diri mu sebenarnya r, e, n, d, a, h. Rendah" kata ku

"Tidak! Harga diri ku sangka tinggi"terikan sang monster.

"Kalo gitu buktikan, lepas cewek itu, kalo harga diri mu beneran tinggi"

Alvina pun beneran di lepaskan. Aku melihat ke Arah Alvina dan Alvina juga melihat ku. Aku mengangguk, Alvina juga membalas dendam mengangguk. Setelah itu kami berlari sekuat tenaga kami.

"Woi" terikan sang monster.

Mustahil ... seriusan mustahil aku untuk mengalahkannya. Level monster itu saja seratus, di bandingkan dengan aku. Dia lima kali lipat lebih kuat dari pada aku.

Mending lari dari monster itu. Ingat ini baik-baik, terkadang kita lari dari suatu hal itu adalah seorang pecundang. Tetapi, terkadang lari adalah pilihan yang terbaik, kalian adalah orang cerdas.

"Ah... Dah lah, tapi benar juga yang dia katakan. Tidak usah pedulikan harga diri, yang penting aku bisa makan. Ini pembelajaran buat ku, agar tidak terulang lagi kejadian seperti ini" kata sang monster.

Aku terus berlari dan Tampa sadar, aku kelelahan dan berhenti di depan goa, aku melihat map di penglihatan ku.

Beruntungnya aku, goa ini adalah goa tujuan ku. Suasananya dari luar terasa sangat dingin. Ukuran pintu masuk goa kemungkinan bus bisa masuk kedalam goa.

"Grau!" Suaranya berasal dalam goa.

"Yap, misi selesai ... Kita pulang saja yuk" kata Alvina sambil berjalan menjauhi goa

"Aku memberhentikan dia "mau kemana kamu, kita sudah sejauh ini. Jadi, kita harus menyelesaikannya" kata ku.

"Tapi ini mustahil bagi kita, kita kembali lagi yuk, besok kalo kita sudah lumayan kuat, kita kembali lagi ke sini" kata Alvina

"Itulah masalahnya, gimana kita akan kuat? Kalo kita tidak berani menghadapi musuh yang lebih kuat"

"Aku tidak inggin mendengar itu dari mu. Kamu tadi aja kabur sama monster di sungai"

Eh, langsung di ulti. Aku menerima damage yang sangat banyak pada hati ku, dengan kata lain, aku kena mental.

"Sudah lah gak usah rewel" kata ku, aku tau perkataan itu terdengar jahat.

"Re-rewel ... Siapa yang kamu sebut rewel!" Alvina menghampiri ku dan inggin memukul muka ku.

"tenang saja, kamu akan aku lindungi" -pukulan Alvina berhenti, tinggal sedikit lagi aku kena pukulan- "kenapa berhenti? pukul saja aku kalau itu membuat kamu tenang"

Alvina menurunkan tangannya dan mundur sedikit-sedikit "a--apa? Tunggu aku salah dengar ya?" Pertanyaan Alvina, tapi mukanya memerah.

"Tidak, kamu tidak salah dengar. Tidak peduli sekuat apapun itu, tidak peduli sesulit apapun itu, yakinlah aku akan berusaha untuk melindungi mu" kata bucin ku.

Alvina pergi berjalan menuju ke dalam hutan, aku melihat dia lagi melompat-lompat dan ada suara teriakan kecil yang kurang jelas darinya.

Dalam goa itu gelap banget, hanya ada cahaya matahari dari celah-celah goa yang bisa menembus. Aku mengambil beberapa batang pohon dan aku masukkan ke dalam inventori ku.

Tak lama Alvina kembali dari hutan "suda siap?" Pertanyaan ku.

Alvina hanya menjawab dengan mengangguk, aku membakar kayu tadi untuk ku jadikan obor. Aku mengunakan job ku untuk membuat api, kayu itu pun terbakar. Aku dan Alvina masuk kedalam goa.

Alvina mempersiapkan panahnya, didalam goa terasah sangat dingin, udaranya berbau tanah, dan tak lupa nyamuk pun ikut serta.

Kami berjalan sudah sepuluh meter dari pintu masuk goa, aku berhenti berjalan karena melihat hal yang tidak masuk akal.

Ada kelabang yang gedenya seukuran bus dan sangat panjang banget. Aku menelan ludah ku sendiri, sedangkan Alvina lagi turu (jatuh pingsan) di tanah yang becek.

Dah lah, perasaan juga baru masuk goa, Kenap langsung di sambut dengan serangga yang pernah membuat aku trauma.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!