17. makanan yang mahal

"Ya aku ambil lah, kenapa tidak" kata ku.

"Tapi, kita tidak tau apa yang menyebabkan orang-orang itu menghilang" kata Rui.

Aku juga tidak tau sih tapi, pasti ini ada sangkut pautnya dengan monster penghuni sungai Kett. Lagian, meskipun tidak ada quest ini, aku harus tetap pergi ke sungai Kett.

"Tenang saja, kamu kuat kan? Jadi pasti kamu bisa melindungi kami berdua" kata ku untuk membujuk Rui.

"Ok-oke, kalo Kamu bilang begitu"

hehe seperti dugaan, dai gampang banget di bujuk "Sudah di putuskan, quest ini ... Aku ambil"

Sebelum menuju ke sungai Kett, aku menjual semua biji goool, yang masih ada di inventori ku dan Alvina. Namun.

"Mohon maaf, sekarang goool tidak ada harganya lagi" Kata sang penjual obat-obatan.

"Hah, apa maksudnya tidak ada harganya lagi?" Tanya ku.

"Sekarang ya, karena goa sudah tidak ada lagi monster yang berbahaya, kabarnya para petualang berbondong-bondong mengambil goool. Namun, karena goool sudah sangat banyak.

"sampai-sampai, harganya makin menurun dan sekarang kami tidak membeli goool lagi" penjelasan panjang dari penjualan obat.

Aku langsung keluar dari toko obat dan pergi menuju tempat pembakaran sampah kota. Di sana, aku membuang semua biji goool ku dan meninggalkan begitu saja.

Ha... lagi-lagi aku kepikiran, usaha ku sia-sia begitu saja. Takdir macam apa ini?

Sekarang gimana coba? Uang ku cuma 47 koin emas, kalo untuk membeli perbekalan sih lebih dari cukup. Tetapi, aku juga butuh perlengkapan.

Aku tidak tau sekuat apa monster yang akan aku lawan nanti. kayaknya Untuk sekarang ... Makan dulu, biar bisa bekerja nih otak.

Kami bertiga pergi ketempat makan yang pertama kali aku kunjungi. Aku duduk di paling pojok dan hanya kami bertiga yang duduk di sana.

Seng pelayanan memberikan menu makanan seperti sebelumnya. Akan tetapi, aku masih belum bisa baca tulisan ini. Tolong... Aku juga ingin makan enak dengan harga pas-pasan.

"Kenapa cuma dilihatin dong? Gak pesan?" Tanya Rui.

"Bukan begitu... Aku ... Aku butuh huruf" kata ku.

"Oalah... Bilang dari tadi kek" Rui mengambil buku menunya.

"Eh, emangnya kamu bisa baca?" Tanya ku.

"Kamu kira aku sudah disini berapa lama untuk menunggu mu, aku sudah terbiasa dengan tulisan manusia" kata Rui.

"Wah... Hebat, Rui kamu terlihat keren saat ini' pujian Alvina untuk Rui.

"Hem, baru sadar? Kalo aku keren dari dulu. Eh tunggu, kamu juga butuh huruf Alvina?" Tanya Rui.

"Haha, sangat memalukan sih mengakuinya ... Aku sama seperti Riko, butuh huruf, ehek" kata Alvina sambil menjulur kan lidahnya.

Kalo berkat ehek, gak usah di ikutin lidah keluar bisa gak? Sumpah, bukanya tambah imut, tapi malah tambah bikin orang emosi lihatnya.

Rui memangil salah satu pelayan "permisi, kami mau memesan"

Sang pelayan itu pun menghampiri kita "em... Riko, kamu mau Yuti atau Deti?" Tanya Rui.

"Aku Yeti saja" Yeti itu makanan apa coba?

"Kalo kamu Alvina?"

"Aku sama dengan Riko" kata Alvina sambil tersenyum melihat ku.

"Oke, kalo gitu Yeti tiga"

Sang pelayan pergi dengan membawa lagi buku menunya.

"harganya berapa?" Pertanyaan ku.

"Yeti tadi? Em... Cuma 1 koin emas" jawab Rui yang langsung membuat selera makan ku hilang.

Makanan itu pun datang, Alvina dan Rui sangat menikmati makanya. Namun aku, hanya memandanginya, karena tidak tega untuk memastikannya.

Aku mencoba satu sendok dan rasanya sangat enak. Aku ketagihan dan terus memakannya. Dilain sisi, aku ingin menangis, karena mengingat harga makanan enak ini.

Setelah makan, kami bertiga langsung keluar dari tempat makan. Kami berjalan menuju ke Utara, untuk menuju ketempat Tuan Crox (penjual perlengkapan).

Tentu saja, aku bertujuan untuk membeli perlengkapan di tokonya. Siapa tau, aku dapat diskon di sana, karena kami saling kenal.

Sesampainya di toko perlengkapan tuan Crox, aku langsung masuk kedalam dan bertanya kepegawaian toko.

"Apakah tuan Crox ada?" Tanya ku kepegawaian toko.

"Tuan Crox? Maaf, tetapi dia... Sudah mati dua tahun yang lalu dan sekarang, tempat ini dikelola sama anaknya" jawab sang pegawai toko.

Aku terkejut mendengarnya. Dua tahun yang lalu, padahal saat itu kami baru saling mengenal.

"Apa penyebab tuan Crox mati? Karena penyakit kutukan penyihir? " Pertanyaan ku.

"Aku juga tidak tau, anda bisa bertanya langsung saja ke anaknya. Oh apa perlu aku panggil?"

"Ya, kumohon panggilkan anak tuan Crox"

"Baiklah, ayo kemarin, akan ku atar kalian dulu keruang tamu"

Kami bertiga mengikuti sang pegawai toko, kami di antara ke ruangan untuk tamu.

"bersantai lah, anggap saja rumah kalian sendiri. Oke kalo gitu, ku panggil bos mudah" Kata sang pegawai toko.

Bos mudah? Apakah dia masih anak-anak? Belum tentu lah, panggilan bos mudah juga bisa mengarah orang dewasa yang belum menikah.

Sifat tuan Crox saja sangat menyenangkan dan penuh dengan kewirausahaan, gimana dengan putranya ini ya.

Selama satu jam, anaknya tuan Crox masih juga tak kunjung datang. Alvina dan Rui sampai ketiduran di kursi, aku juga sudah sangat mengantuk sih, tapi aku harus tetap terjaga, karena tidak sopan tidur di rumah orang.

"Ah... maaf aku terlambat, aku tadi sedang bereksperimen sampai lupa kalo ada tamu" suaranya seperti seorang wanita.

Pintu terbuka dan benar saja, seorang wanita yang masuk kedalam ruangan.

"Oh, sudah pada tidur, aku lama ya..." Kata wanita itu.

Aku tersenyum sambil menahan emosi ku "em, santai saja, tidak lama kok, mereka tertidur karena kelelahan"

"Begitu ya, bagus lah kalo begitu, terkadang kelelahan menang bisa bikin mengantuk" kata wanita itu dan langsung duduk di sebelah ku.

Sumpah, aku ingin menonjok mukanya. Padahal sedang aku sindir, kenapa dia tidak peka sama sekali.

"Perkenalkan, aku anak dari Crox Geran dan nama ku Silvi Geran. Salam kenal" Silvi menjulurkan tangannya.

"Salam kenal Silvi, aku Riko Hendra. Mereka berdua adalah teman-teman petualangan ku, Alvina dan Rui" aku menjawab jabatan tangan dari Silvi.

Selvi berambut putih, tinggi, cantik, dan dadanya lumayan besar. Dari melihatnya saja aku tau, pasti ibunya jauh lebih menawan dari Silvi. Tak heran sih, kalo orang seperti tuan Crox mendapatkan istri cantik dan menawan.

"Jadi, ada perlu apa tuan Riko kesini?" Tanya Silvi.

"Aku adalah temanya almarhum tuan Crox, bapak kamu. Saat aku pergi berpetualangan selama dua tahun, apa yang terjadi kepada almarhum tuan Crox? Dua tahun yang lalu" pertanyaan ku.

"Jangan panggil ayah ku dengan tambahan Almarhum! Ayah ku masih hidup tapi cuma tidak pernah pulang gitu saja" bantahan Silvi.

"Eh? Ma-maaf, aku tidak begitu tau detailnya ... Jadi, apakah kamu tau? Penyebab tuan Crox tidak pernah kembali?" Pertanyaan ku dan berhenti tersenyum.

"Itu semua dimulai saat ... Ayah ku pergi ke sungai Kett"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!