12. Sebuah hadiah

Aku berada di dalam tabung dan tabung itu tak lama terbuka. Aku keluar dari tabung, Alvina juga lagi keluar dari tabung.

Layar kaca besar di depan ku seketika menyala "Selamat... Kalian telah menyelesaikan misinya dan selamat bisa kembali lagi ke sini" kata seseorang dalam layar kaca.

"Tunggu, lu siapa? Perasaan saat pertama kali main ini game, gak ada lu dah" perkataan ku sambil menunjuk-nunjuk orang di dalam Layar kata.

"Oh... Maaf-maaf, aku belum memperkenalkan diri ku ya? Perkenalan nama aku adalah! Fendor Standar!" dia memperkenalkan dirinya sambil berteriak.

"Maaf, aku tidak butuh nama samaran anda, kasih tau saja nama asli anda" perkataan ku.

"Riko, itu adalah nama aslinya" ucapan Alvina sambil mengepalkan tangannya di bawah leher.

"Oh... Itu nama aslinya toh, terus"

"Tuan Fendor adalah sangat pembuat game ini"

"Oh... Sang pembuat game ini... Maaf tuan Fendor, aku tidak tau"

"Oke, perkenalan sudah selesai, jadi sekarang ka-"

Aku memotong perkataan Fendor "sebelum itu, aku bole mengkritik sedikit gak, tentang game tuan"

"Iya, boleh silahkan" kata Fendor.

Aku menarik nafas dalam-dalam "kalo buat game gotak dikit lah an***g. Sebenarnya bagus sih, kita bisa merasakan sakit, lapar, kepanasan, dan rasa-rasa kenyataan lainnya. Tapi karena rasa-rasa itu! Aku jadi takut untuk melawan monster! Dan lagi,

"Saat baru pertama main game, kasih lah sedikit uang atau senjata yang sangat berguna. Aku sampai bingung, ini game survival atau RPG!"

"Oh itu, maaf aku tidak bisa mengubahnya" kata Fendor.

"Kenapa coba?" Tanya ku.

"Kalo dapet bonus banyak, jadi tidak serukan?"

Hem, aku tidak bisa menyangkalnya, karena itu benar.

"Kalo gitu, aku minta satu hal, tambahkan pengaturan untuk log out" permainan ku.

"Aku tidak akan menambah pengaturan log out dan tidak akan pernah, aku tidak akan menjelaskan alasannya kenapa, maaf ... Sebagai gantinya, aku menghentikan waktu di dunia nyata "

Aku langsung melihat jam pada HP ku dan benar saja, aku kembali pada saat, game di mulai. Teknologi apa yang dia buat pada game ini?

"Oke, karena kalian sudah menyelesaikan misi yang aku berikan, akan aku beri kalian hadiah" kata Fendor.

"Wih... Apa hadinya?" Tanya ku.

"Kamu belum tau ya? Hadiahnya adalah, kalian bisa bertanya apa saja, tapi hanya satu kali" jawab Fendor.

"Heh, itu sama saja Dong tidak dapat hadiah" kata ku.

"Dah-dah, aku hanya bisa memberikan itu. Jadi, terima saja lah"

Hem... Aku kepikiran sih sama alasannya, kenapa tidak akan ditambahkan pengaturan log out. Tapi, kalo aku bertanya itu, bodoh banget dah aku kalo bertanya itu, aku hanya punya satu kesempatan.

"Alvina, apa yang kamu tanyakan saat pertama kali?"

"Em... Apa yang aku dapat saat selesai bermain game dan jawabannya"

"Bisa bertanya apa saja, ya kan? Buat apa kamu bertanya yang sudah ada jawabannya ... Yaudah lah, pertanyaan kedua kamu apa?"

"Kalo pertanyaan kedua 'boleh kah aku mengajak teman? ' dan jawabannya boleh, tapi hanya 3 teman"

"Karena itu, kamu langsung mengajak aku ... Ha... Kalo boleh jujur, dua pertanyaan kamu itu tidak berguna"

" Riko jahat!" Terikan Alvina.

Ha... Aku jadi tidak yakin, kalo Alvina juara satu seluruh sekolahan. Oke, untuk saat ini, aku akan bertanya itu.

"Tuan Fendor, apa tujuan mu membuat game ini?" Pertanyaan ku.

"Aduh... Itu pertanyaan yang sulit untuk dijawab" Kata Fendor sambil memegangi kepalanya.

"Kamu harus menjawabnya kan, katanya aku boleh bertanya apa saja"

"Ha... oke-oke, akan aku jawab" Fendor mengatakannya dengan muka serius.

"Apa tujuan aku membuat ini game? Tidak ada alesan lain, tentunya untuk membuat orang bersenang-senang dengan game ku" jawab Fendor, simpel, tapi mukanya serius.

"Tidak-tidak, bukan itu jawaban yang ingin aku dengar"

"Maaf, kesempatan mu untuk bertanya sudah habis, ini sebagai hadiah keduanya"

Dari bawah layar, ada mesin yang mengeluarkan uang tunai, sebanyak enam juta, aku agak terkejut tapi juga curiga, kalo uang ini adalah uang palsu"

"Oke, sampai jumpa di game selanjutnya" Kata Fendor.

"Eh tunggu!" Perkataan ku diiringi dengan hilangnya bangunan canggih.

Bangunannya perlahan memudar. Aku dan Alvina, yang awalnya didalam ruangan, tiba-tiba berada di tengah hutan.

Aku mengantar Alvin pulang kerumahnya, aku langsung memberikan semua uangnya ke Alvina dan aku langsung menaiki motor supra bapak ku.

"Kita bagi dua, ini tiga juta untuk Riko" Kata Alvina dengan memberikan uangnya

"Eh, tidak usah, itu buat Alvina saja semuanya"

"Tidak! Saat di dalam game, kamu berjuang lebih keras dari pada aku dan aku malahan menjadi beban"

"Tidak kok, aku merasa senang bermain bersama mu"

Wajah Alvina menjadi merah "ah... Pokoknya ini untuk kamu" Alvina melempar uang sebesar tiga juta dan dia langsung masuk kedalam rumah.

Aku turun dari motor dan mengambil uangnya. Setelah memungut semua uangnya, aku langsung melaju motor ku.

Selam perjalanan aku kepikiran akan suatu hal. Bagaimana kalo aku mati di dalam game? Langsung kembali ke dunia nyata atau mati juga di dalam game? Kenapa tadi aku tidak bertanya itu saja tadi.

Sesampainya aku di rumah, aku langsung mandi dan ganti baju, ini baru jam sembilan malam dan di hari yang sama sebelum masuk kedalam game. Tapi rasanya, aku sangat lelah.

Aku mengantuk dan langsung tertidur. Pagi pun tiba, aku bangun dari tempat tidur ku dan langsung mengambil hp ku.

Saat aku ingin bermain hp, jam pada hp ku menunjukkan sudah 07.35

"He...!" Aku melempar hp ku dan langsung menuju ke kamar mandi.

Ibu ku menghampiri ku "Oalah, ibu kira kamu sudah berangkat ke sekolah tadi" kata ibu ku.

"Berangkat sekolah dari mananya, Kenapa ibu tidak membangun kan ku tadi?" Kata ku sambil melepaskan pakaian.

"Biasanya Fadil kan? Yang membangun kan mu ... Dia tidak membangunkan mu ya?"

"Ah... Aku tidak tau dia membangunkan aku atau tidak. Selain itu, mau sampai kapan ibu di sini!?"

Setelah mandi aku langsung berganti pakaian, aku menuju ke depan rumah. Aku terdiam melihat ke kanan dan ke kiri.

Yap betul, motor supra bapak tidak ada, yang ada adalah motor Vario, yang biasanya di pakek oleh Fadil.

"Ah... Terserah, yang penting sekarang berangkat ke sekolah"

Aku menghidupkan kunci kontaknya, namun saat aku starter, motornya tidak menyala. Aku langsung turun dan mengecek bahan bakarnya. Benar saja, motor ini kehabisan bahan bakar

Sial-sial, jadi bisa disimpulkan, tadi Fadil tidak membangunkan ku. Dia memakai motor supra bapak, karena motor ini kehabisan bensin. dasar adik laknat!

"Dah lah, punya adik kok gini ... Kalo seperti ini, aku beneran akan"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!