Aryan merebahkan tubuhnya di atas rerumputan hijau. Kacamata hitam membingkai kedua netra tajamnya, melindungi kedua manik indah itu dari terpaan sinar matahari.
Sang Prince memejamkan kedua mata, menikmati semilir angin siang ini. Setelah Nadara meninggalkannya, Aryan memutuskan untuk menjelajah tempat itu, dan berakhir di padang rumput hijau yang tidak jauh dari perkebunannya.
Sejuknya cuaca di Kashmir, membuat Aryan enggan untuk beranjak. Bahkan sekedar membuka kedua matanya saja rasanya malas. Aryan ingin berlama lama dalam posisi seperti ini.
Namun, entah mengapa saat ini Aryan merasa ada seseorang tengah mendekat ke arahnya. Sang Prince bangkit, kacamata yang bertengger di kedua netra nya dia lepas. Netra tajamnya menyorot seseorang yang tengah berjalan pelan ke arahnya, saree putih yang berkibar di tiup angin membuat Aryan semakin membatu.
Terlebih saat si pemilik saree semakin dekat, dan kini berdiri tepat di hadapannya. Aryan menelan saliva susah payah, saat melihat senyuman tipis di bibir semerah cherry itu.
Perlahan Aryan bangkit, namun gerakannya terhenti- kala kedua pundaknya ditahan. Tubuh Sang Prince kembali terhempas ke atas rerumputan. Kedua matanya tidak dapat berkedip, kala tubuhnya semakin terhimpit.
"Na-Nadara?" panggilnya canggung.
Aryan menahan napasnya sebisa mungkin, saat wanita yang dia sukai semakin merapat padanya. Manik mata Sang Prince terpejam, kala jari jemari Nadara mulai bergerilya- membelai wajahnya, menyelusuri setiap lekuk tubuhnya.
"Aryan?" panggilan lembut itu membuat Aryan semakin terlena.
Bahkan rasanya saat ini dia ingin berjingkrak di atas rerumputan. Andaikan ini nyata, Aryan tidak ingin mengakhirinya- dan kalau pun ini hanya mimpi tolong jangan bangunkan dia.
"Aryan!"
Panggilan itu kembali terdengar, Aryan semakin melebarkan senyumannya. Bahkan Sang Prince memajukan bibirnya- saat merasakan napas hangat menerpa wajahnya. Dia yakin kalau Nadara akan menciumnya, bibir Aryan berkedut- berharap kalau bibir Nadara segera meraup bibirnya. Perlahan, sedikit demi sedikit, sabar jangan terburu buru- biarkan ciuman pertama mereka menjadi kenangan in-,
"ARYAN! ASTAGA!"
Kedua mata Aryan terbuka lebar, bahkan hampir saja keluar dari tempatnya saat melihat Rama sudah berada diatas tubuhnya.
"HUAAAAAA!" pekiknya keras.
Bruuk!
Aryan mendorong tubuh Rama tanpa perasaan, bahkan pria berkacamata itu sampai berguling di rumput.
"MAU NGAPAIN LO RAM! JANGAN GILA LO YA, GUE MASIH NORMAL!" Aryan menunjuk. tajam pada asistennya, bahkan Sang Prince mengusap tubuhnya jijik, seakan banyak noda kotor yang membandel disana.
Tanpa sadar Aryan bergidik ngeri, saat mengingat bagaimana posisi mereka tadi. Aryan mengusap wajahnya kasar, ternyata apa yang dia alami tadi hanyalah mimpi- dan ciuman itu?
'Rama sialan!' umpatnya dalam hati.
"Kalau mau dorong kira kira dong Boss. Lagian di panggil gak denger, mana bibir di monyongin lagi. Lagi mimpi nyium siapa? jangan bilang lagi mimpiin jan-,"
"APA!" tukas Aryan memotong ucapan Rama.
Kedua mata Sang Prince menatap tajam pada pria berkacamata itu. Bukan hanya kesal, namun malu yang Aryan rasakan sampai tulang sumsumnya.
Malu banget ya Tuhan!
"Mau ngapain lo kesini?" sinis Aryan.
Pria itu kembali merebahkan tubuhnya di rerumputan, Aryan menggeser tubuhnya jauh dari Rama. Bayangan mengerikan tadi masih menghantui jiwa lelaki tulen nya.
"Nyari Boss Aryan lah. Aku kira hilang kemana, kalau sampai Tuan Muda Dewangga hilang di perkebunan- bisa hilang bonus ku dari Tuan Radja,"
Aryan berdecih pelan, Rama memang pandai jadi mata mata si mata duitan. Padahal dirinya sudah membayar mahal, tapi Rama tetap saja menerima pekerjaan konyol dari Papanya.
"Ini sudah waktunya makan siang Boss. Ayo, sudah tidak sarapan- nanti kalau sakit lagi aku juga yang repot."
Pria bertubuh besar itu mendelik, menatap tak bersahabat pada asistennya. Rama memang terkadang makin kurang ajar padanya, terlebih setelah pria itu mendapatkan tugas mata mata dari Papanya.
"Beli tiga bungkus nasinya? gue pesan tiga kan tadi!"
Langkah Rama terhenti, pria berkacamata itu kembali menoleh pada Aryan.
"Empat Boss, hehe aku belinya empat." Rama menggaruk kepalanya kikuk.
Aryan menghela napas kasar, pria itu bangkit- berjalan mendahului Rama yang mulai mengikutinya dari belakang.
"Umum'in sama semua karyawan perkebunan, hari ini kita lembur. Buah pisang sama sayuran harus dipanen semua hari ini!" tegasnya.
"Siap Boss!" sahut Rama patuh.
**DEMI PRIPERPISANGAAAANNN AKUUU OLEEENGGG RAMAAAAAA 😍😍😍
SEE YOU NEXT TOMORROW
BABAYYY MUUUAAACCHH😘😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Surtinah Tina
😂😂😂😂😂😂😂😂. mimpi ternyata
2023-10-19
0
Alexandra Juliana
Pakai bajunya Ram...ntar masuk angin 😁😁😁
2023-08-21
0
Alexandra Juliana
Yg diimpikan si janda kembang, eehhh kenyataannya malah Rama..
2023-08-21
0