Hidup Harus Berlanjut

Semilir angin menerpa wajah Nadara, wanita berparas bidadari itu terlihat memejamkan kedua matanya. Tungkai jenjangnya terendam sempurna di air sungai kecil yang mengalir dan terlihat begitu jernih.

Sudah satu tahun berlalu, dan sudah satu tahun pula dirinya di asingkan. Setelah kepergian Sikram- suaminya, Nadara di benci oleh keluarga mendiang suaminya. Bahkan tidak sedikit orang orang menganggapnya sebagai gadis pembawa sial untuk keluarga Jaferi.

Sampai akhirnya, keluarganya mengasingkan dirinya jauh dari mereka. Nadara berada di tempat terpencil namun begitu indah, yaitu Kashmir.

Tanah hijau yang menjadi surga untuknya, disini Nadara mendapat banyak ketenangan. Setelah mental dan fisiknya di hantam oleh kesakitan, bukan hanya karena kehilangan orang yang dia cintai. Tapi juga keluarga yang seharusnya ada untuknya saat ini, lebih memilih untuk menjauh dan menganggap dirinya aib untuk keluarga Nikam.

Hampir satu minggu lamanya Nadara koma, bahkan dirinya sama sekali tidak diizinkan untuk melihat abu jenazah suaminya oleh keluarga Jaferi.

Keluarga mendiang suaminya terlihat begitu membencinya, terutama ibu mertuanya. Nyonya Jaferi menganggap Nadara pembawa petaka untuk putra sulungnya.

Bila mengingat semua itu, Nadara hanya mampu menghela napas kasar. Hatinya kembali berdenyut sakit, kedua mata sayunya menatap selembar foto yang selalu dia bawa kemana pun.

Sikram Jaferi

Pria yang sudah berani meninggalkannya, tanpa pamit dan alasan. Ingin rasanya Nadara pergi menyusul suaminya, namun salah satu sahabatnya selalu mencegah ide bodohnya. Disaat semua orang menjauh, hanya sang sahabat yang mendekat. Ibu dari satu orang putra itu merangkulnya, bahkan menyanggupi untuk membawanya jauh dari keluarganya.

Saree putih yang Nadara pakai berkibar, lambang putih yang selalu Nadara pakai adalah bukti kalau dirinya adalah seorang janda dari seseorang yang sudah tiada. Nadara tidak diperbolehkan lagi untuk memakai warna lain selain putih, dan menurut ajarannya dirinya tidak akan bisa memiliki suami lagi.

Tradisi yang memang sudah ada turun temurun. Wanita itu menundukkan kepalanya, tatapannya tertuju pada cincin yang ada di jari manisnya.

Nadara tidak pernah melepaskannya, sekalipun keluarganya dan Jaferi memaksa dia untuk tidak memakainya.

"Bagaimana kabar mu? apa kau bahagia setelah meninggalkan ku?" gumam Nadara penuh luka.

Wanita yang berusia 24 tahun itu kembali memejamkan kedua matanya, gemericik air sungai semakin membuatnya larut lebih dalam.

"BIBI NADALAAAA, IBU MEMANGGIL!"

Kedua mata Nadara terbuka, kedua sudut bibirnya terangkat saat mendengar suara bocah laki laki yang memanggilnya.

Nadara tersenyum tipis, wanita itu bangkit dari atas bebatuan. Kedua kaki telanjangnya menyentuh rerumputan hijau yang indah.

"Kau menyusul kesini, Raviq?"

Bocah lima tahun itu mengangguk, dengan napas tersengal Raviq semakin mendekat pada Nadara.

"Ayo, Ibu sudah menunggu kita!"

Tangan kecil Raviq menggenggam erat jari jemari Nadara, keduanya berjalan pelan menuju rumah sederhana yang tidak jauh dari area sungai.

Di sisi lain...

Seorang pria berkemeja abu abu melangkahkan kedua kaki panjangnya kedalam rumah mewah. Dia melepaskan kaca matanya kala dirinya sudah berdiri di depan pintu utama.

"Bundaaaaaaa!"

Teriakan kencang pria dewasa berusia 26 tahun itu memekakkan kedua gendang telinga. Bahkan seorang wanita setengah baya yang tengah memakan buah pisang kesukaannya hampir saja tersedak.

"PRINCE, ENGGAK USAH TERIAK TERIAK INI BUKAN HUTAN!"

Pria itu hendak membuka mulutnya, namun kembali mengatup rapat saat mendengar suara menggelegar wanita yang paling dia sayangi.

"Hai Bunda ku sayang. Kamu enggak kangen sama aku, hm?"

Wanita setengah baya itu mencebik, dia mengabaikan putranya yang memakan pisang yang ada di pangkuannya.

"Apa yang udah kamu lakuin sampai Papa ngamuk?"

Gerakan tangan pria itu terhenti, bahkan buah Pisang yang baru saja akan dia lahap berhenti di udara.

"Enggak ada, aku cuma nonjok si cowok songong itu aja- karena udah bikin nangis kak Lora," ujarnya santai dan kembali memakan Pisangnya.

"Cowok songong itu kakak ipar kamu Prince Aryan! Daniel sama Lora cuma salah paham, kamu enggak usah ikut ikut. Kamu mau Lora ngamuk, terus nyekik kamu?!" sungutnya kesal.

"Dengar ya, selain kamu udah buat mantu Bunda bonyok, kamu juga udah bikin Papa kehilangan tendernya. Bagus Prince, pertahankan! dan bersiaplah mendapatkan kuliah subuh dari Papa. Syukur syukur Papa kamu cuma ceramah, kalau dia mutasi kamu ke tempat terpencil gimana? maaf aja Bunda enggak bakalan mau ikut cam-,"

"BUNDAAAA KOK GITU SIH?!" pekiknya tidak terima.

Kalau Sang Bunda sudah tidak berada di pihaknya, hancurlah sudah semua harapan.

Good bye Indonesia.

UUHHH OTHOR KETAR KETIR PRINCE 😫😫😫😫😫

Terpopuler

Comments

💗 AR Althafunisa 💗

💗 AR Althafunisa 💗

Kalau nantai ketemu anaknya Radja, berpindahkah keyakinan nya?

2024-10-03

0

Armhi

Armhi

😁😁😁

2024-05-09

0

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Sampai kapanpun Bell ga akan kehabisan stok pisang, perkebunannya aja dia punya..btw udh nambah lg kah luas kebun pisangnya?

2023-08-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!