Disinilah Aryan sekarang, berjalan pelan mengikuti setiap langkah yang Nadara ambil. Sebenarnya Nadara segera pergi saat Aryan kembali masuk kedalam rumah, tapi ternyata usaha kaburnya sia sia. Pria bertubuh tinggi yang terlihat aneh di kedua mata Nadara- kembali mengejarnya.
Padahal Nadara sendiri sudah berusaha berjalan cepat, bahkan sedikit berlari agar dirinya bisa segera menjauh dari tempat itu. Namun nyatanya, semua usaha yang dia lakukan sia sia. Aryan berhasil menyusulnya, bahkan penampilan pria itu sudah berubah.
Nadara sempat terkejut setengah mati, pakaian Aryan sudah rapih- begitu pula dengan tubuh pria itu yang terlihat lebih segar.
"Emm- boleh aku bertanya pada mu?"
Aryan mulai bersuara, menghilangkan keheningan diantara keduanya. Jalanan cukup sepi, mungkin karena masih terlalu pagi- jadi tidak ada yang memperhatikan interaksi keduanya saat ini.
"Anda mau bertanya apa, Tuan Aryan?" Nadara menjawab tanpa menghentikan langkahnya atau pun menoleh pada pria yang ada di belakangnya.
Nadara memfokuskan pandangannya ke arah depan, kedua tangannya mencengkram erat wadah bekal yang dia bawa. Jujur, ada rasa takut yang menghampiri hatinya. Pria yang tengah mengikutinya ini terlalu agresif untuk Nadara, padahal mereka baru kenal.
Nadara takut? tentu saja bodoh!
"Eemm- jadi bocah itu bukan putra mu? dia putra Nona Salima?"
Langkah Nadara terhenti, entah kenapa Nadara merasa semakin tidak nyaman saat Aryan bertanya soal Raviq.
"Kenapa anda menanyakan itu? apa itu mengganggu anda, Tuan Aryan?!" raut wajah Nadara terlihat datar, suaranya pun terkesan dingin tak tersentuh.
Aryan menggeleng cepat, pria itu mengusap tengkuknya yang terasa meremang. Tatapan dingin yang Nadara berikan membuat seluruh bulunya berdiri.
"Tidak- aku hanya memastikan saja," ujar Aryan tidak yakin.
Pria itu mengalihkan tatapannya, bisa gawat kalau Aryan terlalu lama menatap kedua netra indah Nadara. Bisa bisa Aryan tidak dapat bergerak dari tempatnya hingga besok pagi.
Nadara tetap datar, wanita itu terlihat menghela napas pelan- kemudian berbalik, kembali melangkah meninggalkan Aryan yang mematung di tempat.
"Raviq memang bukan putra ku, tapi aku sudah menganggapnya sebagai putraku sendiri!" tegas Nadara.
'Karena, sampai kapan pun aku tidak akan pernah memiliki putra dari rahim ku sendiri,' lanjutnya dalam hati.
Nadara menyeka air matanya kasar, tanpa ingin menoleh- dia segera mempercepat langkahnya. Nadara menyembunyikan air matanya dari siapa pun, kedua tungkainya yang terasa lunglai- dia paksa sebisa mungkin agar tetap kuat
Nadara terisak kecil, setiap langkah yang dia ambil- disanalah air matanya jatuh. Nadara berusaha menghapus cairan bening itu, namun tanpa permisi kristal beningnya terus saja berjatuhan.
Greep!
Gerakan tangan Nadara terhenti saat dia hendak menyeka air matanya, bahkan tubuh Nadara membatu- kedua netra nya terpejam erat saat merasakan sebuah tangan menyeka lelehan air matanya dengan lembut.
"Maaf, sudah membuat mu menangis,"
Napas Nadara tercekat, kesadarannya kembali- wanita itu memundurkan tubuhnya, kedua matanya terbuka lebar saat mendengar bisikan lembut tepat di depan wajahnya.
Dengan kasar, Nadara kembali mengusap lelehan air matanya sendiri. Nadara mengalihkan pandangannya kearah lain, menghindari tatapan sendu yang di arahkan pria itu padanya.
"Nadara?"
Panggilan itu kian membuat Nadara memundurkan langkahnya. Bahkan Nadara tetap membuang wajahnya ke arah lain, dengan mata yang memerah menahan tangis.
"Aku tidak apa apa. Tuan Aryan bisa pergi, tolong tinggalkan aku sendiri!" pintanya dengan suara serak.
Langkah Aryan terhenti, pria itu menatap dalam pada Nadara. Aryan dapat merasakan penolakan secara tidak langsung dari Nadara. Aryan paham dan mengerti, kenapa Nadara selalu menjauh dari makhluk yang bernama pria.
Keadaan, status serta kepercayaan yang Nadara anut, membuat wanita itu menganggap kalau para kaum pria sudah mati di hidupnya.
Kedua tangan Aryan mengepal, tatapan sendunya berubah serius- terlihat tajam dan sarat akan arti.
Perlahan Aryan melanjutkan langkahnya, mendekat pada Nadara yang masih sibuk dengan pemikirannya. Aryan sudah berdiri tegap di hadapan Nadara, jarak yang memisahkan mereka hanya satu jengkal saja.
Aryan perlahan menunduk, mendekatkan bibirnya pada telinga Nadara.
"Aku akan menentang tradisi mu, kau lihat saja nanti Nadara. Nikam di belakang nama mu, akan berganti dengan Dewangga- kau lihat saja nanti!" bisiknya penuh penegasan.
Tubuh Nadara semakin membeku, kedua matanya terbuka lebar- wanita itu reflek menoleh hingga tanpa sengaja ujung hidung keduanya bersentuhan. Terlihat intim, dan sangat dekat- membuat seseorang yang sedari tadi memperhatikan interaksi mereka berdua semakin berspekulasi buruk.
"Ternyata wanita itu diam diam mendekati pengawas perkebunan! pantas saja semua pria yang mendekatinya dia tolak, dasar munafik!" cetusnya.
AKU AKAN MENGHILANGKAN NIKAM DARI BELAKANG NAMA MU!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Surtinah Tina
pasti bibi yg kemarin itu ...
2023-10-19
0
Bundanya Pandu Pharamadina
Aryan Nadara❤❣💕💞💓💗💖💘💝
2023-09-03
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝘨𝘰𝘰𝘥 𝘫𝘰𝘣 𝘈𝘳𝘺𝘢𝘯 👍👍👍👍👍
2023-04-27
0