Braak!
Aryan menutup kencang pintu mobil yang dia tumpangi tadi, membuat sang pemilik mendelik tidak suka. Sementara si pelaku terlihat tidak berdosa sama sekali. Aryan lebih tertarik untuk memindai area rumah yang ada di tempati bersama Rama- asistennya.
Rumah sederhana, tidak berlantai, tapi terlihat cukup nyaman. Aryan melepaskan kaca mata hitamnya, pria berjambang tipis itu menyugar kasar rambut tebal hitam terawatnya.
Sang Prince merentangkan kedua tangannya, udara segar dari pegunungan hijau yang sedari tadi menjadi background tempat ini- membuat paru parunya bekerja lebih baik. Aryan merasa lebih hidup, pria bertubuh tinggi itu mengedarkan tatapannya ke arah lain dengan antusias.
Perlahan Aryan mendudukkan diri di sebuah batu yang ada di dekatnya, netra tajam serta indahnya menatap tidak jemu pada padang rumput hijau yang tidak jauh darinya. Walaupun sedikit berbukit, namun tempat ini benar benar sangat indah.
Berbicara tentang keindahan, Aryan kembali teringat pada wanita berpakai putih yang melintas depannya tadi. Seluruh kain yang wanita itu pakai berwarna putih, bahkan sang wanita menutup sebagian wajahnya dengan kain putih juga.
Apa semua wanita di tempat ini memang seperti itu?
Aryan bangkit, dengan gusar dia mengusap wajahnya kasar. Entah kenapa dirinya tidak mampu melupakan wanita itu, bahkan Aryan yakin kalau wajah sang wanita sangat cantik- hanya dilihat dari kedua matanya.
"Astaga Aryan! itu bini orang, gila!"
Aryan berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Dia tidak boleh berpikiran aneh aneh selama di tanah orang, dan bisa bisanya dia mengagumi istri orang lain.
Tapi kenapa Aryan bisa berpikiran kalau wanita itu adalah istri seseorang?
"Dia bawa anak Aryan! udah deh otak lo ya. Agak gila gara gara mabok minyak kayu putih!" gerutunya lagi.
Aryan bangkit, dia kembali mendekat kearah rumah, memperhatikan Rama yang tengah melakukan pembayaran dengan sopir taksi.
•❣❣❣•
Di lain tempat, seorang wanita terlihat terburu buru melipat mukena dan sajadahnya. Beberapa menit yang lalu dia mendapat kabar, kalau orang orang yang akan menyewa rumah mendiang orang tuanya sudah sampai.
"Salima, kau mau kemana?"
Wanita bernama Salima itu menghela napas kasar, dia melangkah mendekat pada Nadara yang baru saja pulang bersama Raviq putranya.
"Aku harus menemui orang yang akan menyewa rumah Ayah. Kau bisa menjaga Raviq sebentar saja, aku hanya mengambil bayaran mereka dan menjelaskan kehidupan disini,"
Nadara tersenyum simpul, wanita muda itu mengangguk. Nadara menoleh pada Raviq yang tengah memakan wortel serta buah strawberry yang mereka petik tadi.
"Pergilah, aku akan menjaga Raviq!"
"Terimakasih, aku pergi dulu!"
Nadara tersenyum tipis saat Salima menepuk kedua pipinya. Salima bergegas pergi, namun langkahnya terhenti saat Nadara kembali bersuara.
"Kau tidak memakai kerudung mu, Salima?"
Kedua wanita berbeda usia itu saling tatap beberapa saat, sebelum Nadara memberikan sebuah kain panjang dan besar yang biasa di gunakan Salima sebagai kerudung.
"Ya Allah aku lupa. Terimakasih Nadara, aku berangkat dulu!"
Senyuman tipis Nadara terus saja mengembang, kebiasaan buruk Salima disaat sedang panik dan terburu buru adalah pelupa. Nadara menghela napas pelan, wanita itu mendudukkan diri diatas kursi kayu. Tatapannya menyendu saat kedua matanya melihat cincin putih yang melingkar di jari manisnya.
"Aku merindukan mu," lirihnya.
Setitik air mata turun dari pelupuk matanya. Setahun sudah mereka berpisah, hati Nadara belum benar benar melupakan dan mengikhlaskan kepergian Sikram- mendiang suaminya.
Selama satu tahun pula dirinya tinggal bersama Salima dan Raviq. Janda satu anak yang di tinggal mati oleh suaminya saat bertugas menjadi abdi negara.
Salima dan Raviq sebenarnya tinggal di New Dehli, tapi Salima memutuskan pergi dari kota itu dan membawa Nadara ke Kashmir.
Kepercayaan yang berbeda tidak membuat keduanya menjauh. Justru mereka berdua saling mengerti, berbagi luka, dan saling melengkapi. Banyak perbedaan diantara Nadara dan Salima- terlebih pandangan orang orang pada keduanya.
Salima yang beragama islam, berstatus janda karena di tinggal mati oleh suaminya- terlihat begitu dimuliakan oleh keluarga dan orang sekitarnya.
Tapi lain dengan Nadara. Nadara yang memeluk ajaran Hindu, walaupun bernasib sama dengan Salima- tapi Nadara tidak mendapatkan apa yang Salima dapatkan. Keluarganya membuangnya, menganggapnya aib setelah suaminya tiada, ajarannya tidak memperbolehkan Nadara menikah kembali, dan semua warna menghilang dari hidupnya.
Nadara hanya di perbolehkan memakai warna putih seumur hidupnya. Sebenarnya keluarga Nikam ingin menempatkan Nadara di asrama janda, namun Salima bergerak lebih cepat- wanita baik itu tidak akan membiarkan sahabatnya terjebak selamanya di tempat itu.
Dan disinilah Nadara sekarang, jauh dari keramaian namun membuat hidupnya tentram dan tenang.
**NADARA NIKAM
HOLLA MET PAGI EPRIBADEH
JANGAN LUPA LIKE VOTE KOMEN HADIAH DAN FAVORITNYA
SEE YOU NEXT PART MUUUAAACCHH😘😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
💗 AR Althafunisa 💗
Alhamdulillah.. temennya muslim jadi ada kemungkinan jadi mua'alaf dan terus nikah deh sama Aryan 🤭
2024-10-03
1
Alexandra Juliana
Emaknya dulu mabok duda skrg anaknya mabok janda...😆😆
2023-08-20
4
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘕𝘢𝘥𝘢𝘳𝘢 𝘫𝘥 𝘮𝘶𝘢𝘭𝘢𝘧 𝘵𝘩𝘰𝘳 𝘣𝘪𝘢𝘳 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘈𝘳𝘺𝘢𝘯 𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘪𝘯 😉😉😉😉
2023-04-27
0