"Farah kenapa Ka?" tanya Bunda Ririn khawatir. Dia dapat melihat sang menantu di gendong oleh anaknya.
"Abis nangis Bun, Nanti Arka jelasin ya" jawab Arka pelan agar sang istri tidak terganggu tidurnya.
Arka membaringkan sang istri di tempat tidur. Dia melepaskan khimar yang melekat. Ada rasa tidak rela melihat mata sembab yang tercetak begitu jelas.
"Jangan buat Mas khawatir lagi ya dek" bisik pelan Arka.
Setelah di rasa sang istri sudah nyaman dalam tidurnya. Arka segera menghampiri orang tuanya.
"Om ngapain ke sini, mau buat istri Arka nangis lagi iya? Om ada hubungan apa sama istri Arka? Istri Arka baru ketemu Om dan dia gak kenal siapa Om kenapa Om-"
"Jangan emosi dulu nak, Ayo duduk dulu" Ayah Arka langsung memotong perkataan anaknya. Dia paham bagaimana khawatirnya seorang Arka.
"Gimana mau tenang Yah? Om Irfan yang buat istri Arka nangis histeris bahkan dia sampai ngeluarin kata yang enggak-enggak" Arka masih tidak mau diajak untuk bicara secara tenang.
"Maksud Arka apa? " tanya Bunda Ririn.
"Pokoknya kata kata yang gak mau Arka dengarin lagi seumur hidup. Sebelum istri Arka bangun, sebaiknya Om pulang"
Arka tidak perduli jika di anggap tidak sopan, dia hanya tidak ingin sang istri kembali syok.
"Ayah kenal Om Irfan nak, dia gak mungkin nyakitin mantu Ayah. Jadi, biar Om Irfan jelasin dulu ya" Ayah Arka mencoba membujuk sang anak. Bagaimanapun segala teka teki harus dipecahkan.
"Oke, Silakan Om jelaskan kenapa Andi dan Istri Arka nangis di toko tadi" ucap Arka to the pont.
"Begini Ka, Om sebenarnya masih belum yakin, tapi entah kenapa Om merasa bahwa istri Arka sangat mirip sama Om"
Arka sebenarnya tidak ingin mendengarkan lebih jauh lagi, dia bisa menebak arah pembicaraan ini.
"Maksud Kamu apa Fan? " tanya Ayah Andi sedikit bingung.
"Saya masih belum bisa menjelasakan detailnya sekarang, Tapi Saya mohon untuk kalian mengizinkan kalau Farah melakukan tes DNA" ucap Om Irfan.
"Ma-maksud Mas Irfan Apa? Apa hubungannya Farah dengan Mas? Apa lagi bawa bawa tes DNA segala"
Bunda Ririn tidak dapat berpikir secara jernih untuk saat ini.
"Setelah tes DNAnya keluar, Saya akan jelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Saya mohon untuk diizinkan" Om Irfan masih tetap ingin melakukan tes DNA.
"Enggak bisa, Om jangan mengada-ngada. Istri Arka gak ada hubungannya sama Om" tolak Arka mentah-mentah.
"Ka Om minta tolong, semuanya harus jelas dulu baru Om akan jelaskan"
"Baik, Saya izinkan untuk melakukan tes DNA" Ayah Arka langsung memotong perdebatan anak dan temannya itu.
"Ayah, Arka gak setuju. Dia istri Arka Yah, jadi Arka yang memutuskan"
"Kamu mau semuanya semakin rumit Ka?" tanya Ayah Arka.
Arka menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin semua menjadi rumit, akan tetapi dia juga belum bisa menerima kenyataan yang bisa saja berdampak buruk.
"Sekarang kamu ambil rambut Farah biar semuanya cepat selesai"
Arka akhirnya menuruti perintah sang Ayah. Dia mengambil dengan prlan rambut sang istri.
"Maaf kan Mas ya Sayang. Semoga dugaan kita salah. Mas akan selalu ada apapun yang terjadi" bisik pelan Arka. Dia mengecup kening sang istri.
"Ini Om" Arka menyerahkannya.
"Terima kasih Ka, Saya akan usahakan mendapatkan hasil lebih cepat"
Om Irfan segera pergi untuk menuju ke rumah sakit. Arka pun beranjak ke kamarnya untuk menemani sang istri tidur.
"Ka jangan banyak pikiran ya" ucap Bunda Ririn.
"Iya Bun, tenang aja. Sekarang Arka bukan lagi anak yang membuat malu Bunda dan Ayah. Arka sudah berubah jadi suami yang baik, insya Allah" balas Arka sambil tersenyum.
"Masya Allah, Arka udah dewasa tenyata" goda Ayah.
Arka tertawa sejenak, dia pamit untuk menuju ke dalam kamar.
***
"Dek, makan dulu ya" bujuk Arka lembut. Sudah beberapa hari Farah kehilangan semangat dalam hidup. Dia hanya berdiam diri di dalam kamar dan dapur. Dia biasanya menghabiskan waktu untuk membuat kue di tempat kursus namun tidak dengan beberapa hari ini.
"Nanti aja Mas, Mas gak ke toko? " Farah mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Gimana mas bisa ke toko kalau pikiran Mas itu tentang Adek" Arka mengelus pucuk kepala sang istri dengan sayang.
"Mas adek gak apa apa kok, memang nafsu makan adek menurun akhir-akhir ini" jelas Farah. Dia sebenarnya tidak ingin membuat sang suami khawatir. Akan tetapi jika mulutnya di paksa untuk memasukkan makanan, maka akan kembali keluar.
"Kalau gak makan Adek bisa sakit, Coba adek mau makan apa? Biar mas cariin"
Dia baru ingat kalau orang sakit biasanya akan mau untuk meminta sesuatu hal yang sedang dia inginkan.
"Coklat"
Arka menghela nafas berat, sang istri tidak pernah bisa jauh jauh dari coklat.
"Hemm, Mas bukannya gak mau ngasih. Tapi makan nasih dikit ya Sayang"
"Janji kasih coklat setelah itu? " ucap Farah dengan raut wajah sedikit cerah.
"Iya sayang, Mas beliin coklat yang paling enak. Mau makan ya?
Farah menganggukkan kepalanya. Arka segera mangambil makanan di meja makan.
"Farah mau makan nak? " tanya Bunda Ririn tiba-tiba.
"Alhamdulillah Bun"
"Sayur aja Ka biar sehat" usul sang bunda. Arka mengambil sayur yang sudah tinggal setengah.
"Nah Ayo makan Sayangnya mas Arka" dia menyuapi sang istri.
"Kok sayur Mas, gak mau" tolak Farah.
"Hey dikit aja Ya dek, Masa tega liat mas yang udah ngambilin tapi gak dimakan"
Dengan segala bujuk rayu, Farah mau untuk makan walaupun hanya beberapa sendok.
"Coklatnya mana? " tagih Farah.
"Nanti malam gimana dek?" tawar Arka.
"Mas bohong, katanya dikasih coklat kalau udah siap makan tapi gak juga hiks" Farah menangis dengan histeris. Arka sama sekali tidak berpikir kalau efeknya akan sedasyat ini.
"Eh eh jangan nangis ya sayang. Iya iya mas beliin sekarang"
"Hiks bohong, Mas bohong hiks"
"Ets kalem kalem Sayang. Nanti Mas di jewer bunda lo. Diam ya" Arka mencoba membujuk sang istri agar berhenti menangis.
"Arka, Mantu bunda kamu apain? " Bunda Ririn sudah berteriak heboh di depan pintu kamar.
"Aduh Bun, masalah sepele doang kok"
"Bohong bun hiks, Mas Arka janji belikan Farah hiks coklat tapi gak jadi" adu Farah kepada sang bunda.
"Arka suka banget jailin mantu Bunda, liat aja ntar di jewer Ayah. Udah ya sayang Bunda, nanti coklatnya suruh Ayah yang beli ya"
Akhirnya dengan pelukan Bunda Ririn, Farah terdiam. Dia sampai tertidur saking nyamannya.
"Bun gimana kabar tes DNAnya? " tanya Arka pelan.
"Kata Ayah nanti malam tesnya keluar, berdoa saja semuanya bakal baik-baik aja" jawab Bunda Ririn.
"Iya Bunda"
.
.
.
Jangan lupa baca Al-qur'an every time guys 💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Sofhia Aina
Haaaaa....Farah kok cengeng sich thor....😥😥
2020-11-22
0
irma achmad
thor ceritanya bagus banget tapi tolong diperhatikan typo nya thor 😊🙏
2019-10-05
0
Mikayla Febby Nasa
bahagianya,,, saya suka ceritanya semangat kak author,,,😍😍
2019-09-30
3