"Jangan nilai aku dari mulut mereka, karena mereka tidak tau aku seperti apa"
***
Perjalanan bandung-riau
menempuh kurang lebih 1 jam perjalanan. Sesuai dengan keinginan Arka
yang membawa sang isri ke salon terlebih dahulu. Perawatan rambut
dijalani ooleh Farah agar rambutnya tidak rusak.
"Mas takut" cicit Farah mengapit tangan Arka.
"Rilex aja lo dek, rasanya kayak naik mobil kok" Arka mencoba untuk menghilangkan kekhawatiran sang istri.
Dari awal masuk kedalam
pesawat, Farah masih setia mengapit tangan Arka. Hal itu sontak membuat
mereka menjadi pusat perhatian apalagi postur tubuh Farah yang masih
seperti anak SMA.
Pesawat mendarat dengan
mulus di bandara sultan syarif kasim II. Arka mengambil koper mereka di
tempat pengambilan barang di bagasi.
"Dek lapar gak?" tanya Arka.
"Laper sih Mas tapi kayaknya makan di sini mahal. Kita makan di warung pinggir jalan aja mas" usul Farah.
"Oke nanti kita makan pinggir jalan dulu"
Arka setia menggenggam
tangan sang istri karena takut sang istri hilang entah kemana apalagi
baru pertama kali menginjakkan kaki ke Riau.
Mereka berhenti di warung pinggir jalan yang bertulisan "Ampera 10000",
"Sambalnya apa dek? " tanya Arka.
"Ayam kecap ya mas, tapi cabenya pisah" balas Farah.
Mereka makan dengan
nikmat. Farah yang mempunyai lidah jawa tidak biasa memakan makanan
yang terlalu pedas, berbeda dengan Arka yang memang suka makanan pedas.
Dua hal yang berbeda
disatukan dalam biduk rumah tangga, bagaimana bisa bersatu? Setiap
perbedaaan dalam rumah tangga harus bisa disesuaikan satu sama lain.
Sama dengan halnya "Bisa karena terbiasa". Di dalam rumah tangga bukan
menyatukan perbedaan, tetapi bagaimana perbedaan itu tidak menjadi
konflik yang cukup pelit. Perbedaan yang ada bukan dipaksa untuk
disatukan, tetapi perbedaan itu disikapi dengan cara memahami satu sama
lain.
Ketika pernikahan
diniatkan karena Allah maka perbedaan tidak akan menjadi momok namun
akan menjadi pembelajaran seumur hidup untuk memahami pasangan
masing-masing.
Setelah menempuh perjalanan 7 jam, Arka dan Farah sampai ke perkarangan rumah yang cukup besar.
"Mas Adek takut" cicit Farah yang tidak ingin masuk ke dalam rumah.
"Takut apaan, ayo masuk" Arka menarik tangan sang istri untuk dibawa masuk ke dalam rumah.
Suasana rumah terlihat sepi karena sudah larut malam.
"Assalamu'alaikum, Ayah Bunda anaknya pulang ni" teriak Arka.
"Om Alkaaa pulang nek" anak laki-laki kisaran umur 5 tahun datang menumbruk Arka dengan kuat.
"Astagfirullah Hafiz, untung Om gak jatuh" dengan sigap Arka menangkap tumbuh gembal sang keponakan.
"Masya Allah, Arka" Sosok perempuan paruh baya memeluk Arka dengan sangat erat.
"Mana menantu bunda?"
"Ini menantu bunda, dia
takut katanya Bun jadi jangan terlalu heboh" ucap Arka sambil menarik
tangan sanga istri agar lebih mendekat.
"Masya Allah, cantiknya" heboh Ririn-Bunda Arka.
"Bunda dibilangin juga, tu jadi takut kan mantunya" Arka meninggalkan Farah sebentar karena ingin ke kamar mandi.
"Abang kemana? " cegah Farah. Dia masih belum terbiasa bertemu dengan keluarga sang suami.
"Mau ke kamar mandi bentar, mau ikut? " goda Arka balik.
"Haha udah nak jangan takut, sini istirahat di ruang keluarga dulu"
Perlahan Farah mulai
bisa untuk berbincang dengan bunda mertuanya. Ada rasa berbeda yang dia
rasakan, sudah lama rasanya dia tidak merasakan kehadiran soso seorang
ibu.
"Yah kok nangis nak?
nanti Arka marah lagi sama Bunda" Ririn memeluk menantunya dengan
sayang. Dia tidak tau kenapa sang menantu tiba-tiba menangis kala
berbincang dengannya.
"Farah terlalu senang Bun bisa kenal sama Bunda hiks. Fa-farah sayang sama bunda hiks"
Ririn sangat tersentuh dengan ucapan Farah. Dia melihat bagaimana tulus ucapan sang menantu.
"Ya Allah nak, Bunda jadi ikutan nangis kan hiks"
Farah tanpa malu
menceritakan semua yang di laluinya selama ini. Dari sang ibu yang
meninggal saat melahirkannya sampai dia di rawat oleh pamannya.
"Kamu anak yang kuat
nak. Jangan pernah suuzon dengan ketetapan Allah. Kalau Farah ridho
insya Allah, Allah akan balas semua yang terjadi dengan
kebaikan-kebaikan" ujar Ririn haru.
"Iya Bunda, Buktinya Allah pertemukan Farah dengan bunda"
Farah dan bunda Ririn
semakin dekat walaupun baru bertemu. Mereka berdua seperti ada magnet
yang tarik manarik untuk menguatkan dan menyayangi.
"Eh ini siapa?" laki-laki paruh baya dengan setelan baju koko datang menghampiri Ririn dan Farah.
"Ayah ih jangan gitu liatnya, kan mantu kita jadi takut"
"Masya Allah, Arka udah balik ya? Ini ya yang namanya Farah? "
"Iya Yah, Assalamu'alaikum" Farah menghampiri ayah mertuanya kemudian mencium punggung tangannya.
"Wa'alaikumsalam nak,
Bunda sama Ayah galak ya? sampai semalam Arka chat Ayah bilang kalau
kamu takut. Hehe" ucap Aryan-Ayah Arka sambil tertawa mengingat
bagaimana rempongnya sang anak.
"Maaf Yah" Farah tertunduk merasa bersalah.
"Ayah jangan gitu, Sini Farah sama Bunda aja"
"Hehe Ayah becanda kok nak" Aryan mengelus pucuk kepala sang menantu.
"Mas Arka kemana ya bun?" tanya Farah. Arka sudah pergi ke kamar mandi selama 1 jam lebih.
"Jangam risau nak, Arka palingan ngebo di kamar" balas Bunda tersenyum.
Setelah
berbincang-bincang, Farah diantarkan ke kamar Arka. Suasana kamar agak
tidak hidup karena warna pada dinding kamar yang bertemakan gelap.
Farah dapat melihat sang suami yang tengah tengkurap dengan pakaian yang masih sama seperti sebelumnya.
"Makasih ya Bun"
"Iya sayang, Langsung istirahat ya. Kalau gak nyaman sama kamarnya, Farah bisa pindah ke kamar Tamu aja"
Ririn tau bahwa sang menantu tidak nyaman dengan suasana kamar sang anak.
"Di sini aja Bun"
Kamar Arka lumayan luas
dengan berbagai macam perabotan di dalamnya. Farah cukup terkejut
melihat Televisi yang berada di dalam kamar, apalagi ukuran nya cukup
besar. Dia kembali mengingat bagaimana kehidupannya dulu, tidak ada
waktu menonton, tidur di kasur lipat yang berada di lantai, ke
sekolah dan kemanapun jalan kaki karena uang tidak ada untuk sekedar
naik becak ataupun angkot.
180 derajat Allah
balikkan sekarang, seakan Allah memberikan paket komplit kepadanya.
Dia tidak pusing urusan perasaan sang suami, meskipun kelak cinta itu
tidak jua datang. Ada hal yang terpenting yaitu saling menghargai tanpa
menyakiti. Farah memang masih sangat muda. Dia masih berumur 17 tahun
dan baru tamat pada jenjang pendidikan menengah atas.
Jalan hidup orang
berbeda-beda, ada yang sukses di kala umur 20, ada yang menikah di umur
segitu pula, ada yang masih berusaha, ada yang masih berdiam diri
bahkan ada yang sudah wafat di umur 20. Semua sudah Allah tetapkan,
sebagai manusia kita hanya bisa menjalani dengan ikhlas dan selalu
berdoa agar terhindar dari hal yang buruk.
Farah membersihkan
dirinya sebelum istirahat. Dia sangat merindukan paman yang selama ini
dia panggil Ayah. Hidupnya memang tidak sebahagia orang lain, tetapi
hidupnya tidak sehancur orang lain. Sebisa mungkin Farah membuat
hidupnya lebih bermanfaat meski kehadirannya di benci orang lain karena
Allah ciptakan dia untuk beribadah dan akan datang masa segala macam
ujian hidupnya selesai dan saat itu Allah memanggilnya untuk pulang ke
tempat seharusnya semua umat manusia kembali.
.
.
.
Jangan lupa baca Al-qur'an every time guys 💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Sofhia Aina
The best......bunda ma ayah Arka 👍👍❤❤
2020-11-18
0
Herayanti Usman S
bagusss thorrr👍👍👍👍
2020-06-10
0
Mariana Mariana
bagus Thor,....Aya dong yg like lbh banyak lagi yah kawan2,..semangat thorr💪
2020-06-07
1