Alhamdulillah bisa update lagi hehe
.
.
.
Arka menatap bingung
Andi karena datang ke Tokonya secara tiba-tiba. Dia dari tadi hanya diam
dan mondar mandir tidak tentu arah.
"Lo kalau cuma ganggu gue mending ke Cafe. Pembeli gue jadi takut" ucap Arka.
"Isss, Sakit kepala gue ni Ka"
"Lo kenapa sih? Aneh bener" Arka kembali melayani pembeli yang datang untuk membayar belanjaannya.
"Makasih Mbak"
"Lo ngerasa aneh gak?
bokap gue yang cuek bisa sibuk nanyain bini lo, terus lo tau pas gue
bilang gini "Pa Ko Andi perhatiin muka Papa mirip Farah" bokap gue malah
bilang gini "Wah kamu ngerasa juga ya bang". Coba lo pikir gimana gue
gak mikir kemana-mana apalagi lo pernah bilang tentang masalah keluarga
bini lo"
Cerocos Andi panjang lebar. Arka terdiam sejenak, dia paham
ketakutan yang dirasakan oleh sahabatnya. Di lihat dari manapun wajah
Papa Andi memang mirip dengan istrinya.
Tetapi Arka tidak mau berpikiran negatif. Dia tau bahwa Papa Andi tidak akan berlaku picik apa lagi tidak bertanggung jawab.
"Jangan ngelantur, Jelas umur lo sama bini gue bedanya 5 tahun. Iya kali Papa lo kayak gitu" jelas Arka.
"Ya gimana gue gak mikir ke sana Ka, puyeng kepala gue" Andi mengacak rambutnya frustasi.
Dia tidak akan bisa menerima jika tebakan benar.
"Udah ah Gak mungkin, pulang lo sana"
Setelah pengusiran yang dilakukan Arka, Andi segera pergi dengan wajah memelas. Otak dan hatinya tidak sejalan saat ini.
"Mas Jaga toko dulu Ya, Arka mau jemput Farah" seru Arka kepada salah satu karyawan kepercayaannya.
"Iya Ka, Hati-hati"
Arka segera pergi ke tempat kursus sang istri. Dia melihat ada mobil yang terparkir di sana. Mobil yang sanga dia kenal.
"Assalamu'alaikum Om" salam Arka.
"Wa'alaikumsalam, Arka" Arka dapat melihat kilatan kaget dari laki-laki didepannya ini.
"Om mau ngapain di sini? Tante kursus ya" Arka bertanya penasaran.
"Bu-bukan, Ah iya Om mau lihat lihat lokasi disekitar sini buat buka restoran baru" balas Om Irfan yang merupakan Papa Andi.
"Oh gitu toh, tambah
lancar aja ya bisnis Om hehe" Arka tabjuk dengan bisnis yang ditempuh
Papa Andi. Memang benar buah tidak akan pernah jatuh jauh dari pohonnya,
Arka bisa melihat itu. Bagaimanapun bakat berbisnis Om Irfan menurun
kepada Andi anaknya.
"Hehe Alhamdulillah Ka"
"Mas, Kok lama sih" Arka menampilkan deretan giginya.
"Maaf dek, tadi toko ramai ya gak mungkin ditinggal. Tadi buat apa aja? " tanya Arka sambil mengusap pucuk kepala sang istri.
"Buat cake coklat dicampur buah" jawab Farah antusias.
"Gak bohong ni? Bukannya buat cake buah aja ya, cuma Adek doang kan yang dicampur pakai coklat"
"Ya Kok Mas tau sih, Tapi chefnya gak marah kok hehe"
Arka menggelengkan
kepalanya, dia sudah paham kalau membuat cake sang istri tidak akan
jauh-jauh dari coklat. Dia sangat khawatir apabila sang istri sering
memakan coklat dapat merusak giginya.
"Gak boleh sering makan
coklat, nanti giginya sakit" Farah terkejut ternyata tidak hanya ada
mereka berdua tetapi ada sosok asing juga.
"Hehehe Iya Om, Tadi Mas ketemu sama Om Irfan. Sapa dulu dek"
"Assalamu'alaikum Om" salam Farah sopan.
"Wa'alaikumsalam nak" balas Om Irfan tersenyum lega.
Hari sudah mulai
meninggi, Arka segera membawa sang istri untuk pergi ke toko. Mereka
berdua pamit dengan sopan kepada Om Irfan.
***
Arka
membawa sang istri untuk beristirahat dan makan siang di ruangan kecil
yang ada di toko. Ruangan itu berada dilantai atas dengan perlengkapan
kasur, kursi dan meja.
"Mas Adek kok sering capek ya" lirih Farah yang sudah membaringkan diri pada kasur.
"Capek gimana? " Arka melepaskan hijab yang melekat pada kepala Farah.
"Pinggang adek sakit, gak kayak biasanya" keluh Farah sambil memegang pinggangnya.
"Ya udah tiduran aja dulu, Mas mau ke Mesjid ni bentar lagi shalat"
Arka mengganti bajunya dengan setelan bersih untuk ke mesjid.
"Gak mau, Tokonya biar adek yang jaga jangan ditutup ya Mas"
"Adek kan capek, istirahat aja siap shalat ntar" cegah Arka. Dia juga tidak mau istrinya kenapa-kenapa.
"Gak apa-apa kok, Mas ke mesjid aja. Jangan lupa ajak Mas Joko juga"
Meskipun Arka khawatir tetapi dia menuruti permintaan sang istri untuk tidak menutup toko.
Setelah
selesai Azan berkumandang, Farah menunaikan ibadah shalat zuhur.
Setelah selesai shalat, dia turun ke bawah untuk menjaga toko. Suasana
toko masih sepi sehingga Farah bisa membaca Al-qur'an.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam, Iya Om. Cari Mas Arka ya, dia lagi ke mesjid" Farah terkejut dengan kedatangan Om Irfan.
"Enggak Nak, Saya Cari kamu"
"Eh,
I-iya Om ada urusan apa? " keringat dingin mulai bercucuran pada kening
Farah. Walaupun Om Irfan teman dekat Ayah mertuanya, dia masih juga
takut.
"Maaf jangan takut, Om hanya bertanya. Apa Farah berasal dari kampung x? "
Dengan Ragu Farah mengangguk.
"Ada yang ingin Om sampaikan, Apakah Ibu kamu bernama Rahma?"
Lagi dan lagi Farah mengangguk.
"Sulit
dipercaya, Kamu Om cari selama ini. Dari awal bertemu kamu Om sudah
duga apalagi siapapun yang melihat pasti tau kemiripan Kita"
Kaki Farah terasa gemetaran, dia tidak bodoh untuk paham apa yang dibicarakan laki-laki didepannya ini.
"Jangan bilang-"
"Papa" teriakan itu terdengar begitu nyaring.
"Sejak kapan abang disitu? " Irfan mencoba menenangkan diri.
"Papa
gak mungkin kan khianatin Mama? Bilang enggak Pa, bilang apa yang
Andi dengar salah Pa. Bilang" Andi terlihat frustasi. Dugaannya benar
dan itu terasa sakit sekali.
"Papa bisa jelasin, ini gak seperti apa yang kamu dengar" jelas Papa Irfan.
"Pa
kenapa baru sekarang? Sakit Pa, gimana gimana kalau Mama yang tau.
Apa kurangnya Mama selama ini sehingga tega Papa khianati" bibir Andi
terasa keluh. Air matanya tidak mampu ditahan lagi. Dia membayangkan
bagaimana sosok Mama yang selama ini terlihat begitu mencintai Papa
mengetahui apa yang selama ini di sembunyikan Papanya.
Tidak bedanya dengan Andi, Farah pun merasakan sakit.
"Kamu salah paham bang" Irfan coba menjelaskan kepada sang anak.
"Hahaha
Hari ini Andi kecewa, Sosok yang Andi kagumi lenyap. Papa jahat Papa
jahat" Andi memukul kaca yang ada di toko hingga pecah. Dia tidak
merasakan sakit sedikitpun.
"Andi lo kenapa? " Arka yang baru datang kaget dengan kondisi Andi. Dia juga melihat sang istri menangis.
"Gue hancur Ka" lirih Andi sebelum meninggalkan toko.
"Om
Ada apa sebenarnya ini, kenapa Farah dan Andi menangis? " tanya Arka
khawatir. Dia memeluk tubuh sang istri yang bergetar hebat.
"Andi salah paham Ka" lirih Irfan. Dia merasa bersalah atas kesedihan Andi dan Farah.
"Om bisa pergi? Istri Arka syok berat. Setelah tenang baru jelaskan apa yang terjadi"
Irfan juga merasa bahwa sekarang bukan waktu yang tepat. Dia segera pergi untuk mencari ananknya yang entah kemana.
"Udah
dek tenang ada Mas di sini" Arka mencoba menenangkan sang istri. Dia
masih bingung dengan apa yang terjadi, tetapi biarkan semua tenang
terlebih dahulu.
"Hiks Sakit Mas, seharusnya Adek gak pernah hidup di dunia ini"
"Astagfirullah, istigfar dek istigfar"
"Kenapa harus adek mas, Adek salah apa? "
Arka menggendong sang istri untuk di bawa kelantai atas toko. Dia tau istrinya masih syok.
.
.
.
Jangan lupa baca Al-qur'an every time ya guys 💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Sofhia Aina
Kasihan jg yaaa Andi ma Farah tapi dengar dulu penjelasan dari ayahnya.....😲😲😲😲
2020-11-22
0
Herayanti Usman S
jangan"ayah Andi dan ayahnya Farah sama tuh
2020-06-12
0