Hingga tak terasa dirinya mulai sedikit paham akan apa maksud Aldo tadi, "Pijakan yah?" bergumam.
Di hari berikutnya Nana yang tak memiliki pengalaman maupun hasrat untuk memimpin pun kahilangan ide, "Hah ini benar-benar menyebalkan" gumam Nana meletakan kepalanya di atas meja kerjanya.
Semua tugas serta segala sesuatu yang mengenai Nana sudah sepenuhnya di handle oleh Aldo Sekretarisnya, "Heh" gumam Nana memanggil Aldo yang kini tengah membaca sesuatu di selembar kertas di tangannya, "Ya?" melirik ke arah Nana.
"Katakan sesuatu untuk bisa menghilangkan rasa bosan ini" gumam Nana yang rupanya tengah di landa kebosanan tingkat dewa.
"Eh maaf?" mendengar hal semacam itu dari sosok pemimpinnya membuat Aldo tak kuasa menahan senyumnya, "Hahaha kau ini adalah pemimpin kami, lakukan apapun yang kau inginkan" kata Aldo yang malah membuat Nana kesal, "Heh ayolah, kau sudah tua maka setidaknya ceritakan sesuatu yang menarik padaku" kata Nana lagi.
Aldo diam sejenak memikirkan apa yang akan ia lakukan kali ini, "Cerita yah? Hem ada sih" kata Aldo ragu, hanya melihat raut wajahnya yang penuh keraguan tersebut sudah bisa Nana pahami dengan jelas, "Ah lupakan saja" kata Nana menghela nafas panjang karena mungkin saja cerita yang akan Aldo ceritakan itu seram atau sebagainya.
"Heheh maafkan saya" menggaruk belakang kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
Kalau di pikir-pikir sosok Aldo sang sekertaris nya lumayan tampan juga, namun bukan berarti ia akan menyukainya, bahkan sebaliknya ia terkesan begitu menyebalkan, "Aku ingin bebas" gumam Nana yang tanpa sengaja di dengar oleh Aldo, yang mana membuatnya memasang wajah datar.
--
Di kesempatan berikutnya Aldo mengatakan pada Nana kalau dirinya akan mengadakan sebuah pertemuan antar dua kelompok yang akhir-akhir ini sedang bersitegang.
Sesaat setelah acara di mulai Laura yang sebagai pemimpin kelompok lain mulai angkat bicara "Kenapa kalian mengundang kami" tanya Laura to the point sesaat setelah Nana membuka acara kali ini.
Aldo yang bertindak sebagai moderator dalam pertemuan kali ini mulai memperkenalkan diri sekaligus memperkenalkan yang lainnya, "Maaf sebelumnya tapi mari kita awali dengan jamuan seperti biasa" ujar Aldo mempersilahkan siapa saja yang datang untuk sekedar meminum minuman yang tersedia di hadapan mereka kecuali Nana yang kini hanya duduk diam mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
Ada sekitar sepuluh orang yang hadir pada pertemuan kali ini, dimana Aldo sang sekertaris bertugas untuk semua hal, sementara Nana hanya duduk diam memperhatikan.
"Di pikir-pikir ada benarnya juga, bagaimana kalau semua ini hanya perantara saja" gumam Nana memikirkan sesuatu di sela-sela perbincangan yang tengah mereka lakukan, Aldo yang melihat Nana sedari tadi diam mulai curiga, "Apa terjadi sesuatu?" bisik Aldo mulai mendekat ke arah Nana, "Kenapa?" tanya Aldo khawatir.
"Eh, tidak ada" sahut Nana cepat karena kaget melihat semua orang yang ada di sana tengah menatapnya heran, "Maaf semuannya" ujar Nana memasang wajah kaku, Aldo pun kembali melanjutkan apa yang tengah ia sampaikan tadi, "Maaf semuannya mari kita lanjutkan" ujar Aldo kembali ke topik pembahasan sebelumnya.
Pada intinya, pertemuan yang melibatkan dua kelompok itu, memiliki sebuah tujuan yang akan terwujud apabila di lakukan secara bersama, sebenarnya Nana tidak mengetahui apapun tentang pertemuan yang Aldo buat ini, namun Aldo menjelaskan semuanya secara detail membuat siapa saja yang mendengarnya mengangguk paham seakan-akan sudah Aldo perkiraan sebelumnya, dan apabila ada sesuatu yang tidak mereka pahami mereka bebas bertanya sampai menerima jawaban yang paling membuat mereka puas.
Sebenarnya apa yang tengah mereka bicarakan? mereka tengah membicarakan mengenai pembagian wilayah kekuasaan yang kian hari kian meluas, "Kami mengajukan wilayah A sebagai wilayah kekuasaan kami" ujar Aldo menyerahkan sebuah peta beserta tanda yang Nana yakini sebagai tempat yang memang akan menjadi milik mereka, agak membingungkan memang namun ia hanya mengangguk paham saja.
Tanpa di sadari Aldo rupanya menginginkan wilayah yang akan menjadi tempat kekuasaan mereka, Aldo juga menjelaskan alasan mengapa ia menginginkan hal tersebut, "Kami akan melakukan yang terbaik supaya wilayah ini akan kembali seperti dulu" begitulah yang Aldo katakan pada Laura.
Namun bukannya setuju Laura malah mengatakan "Maaf ini tidak bisa kami lakukan" ujar Laura yang menolak mentah-mentah rencana Aldo yang sudah ia susun sedemikian rupa.
Bagaimana Laura tidak menolaknya? mengingat semenjak Nana menjabat sebagai pemimpin kelompoknya, kian hari kondisi di sekitar mereka mulai membaik sementara kelompok Laura yang memang bertujuan untuk membubarkan kelompok yang mengancam pun mulai tersinggung, terlebih lagi mereka merupakan anak buat penguasa yang menginginkan wilayah ini, tentu saja Laura menolaknya mentah-mentah.
"Bukankah kalian terlalu serakah dalam menguasai wilayah ini, apakah kalian sama sekali tidak ingin membaginya dengan kami?" ujar Aldo yang mulai kesal tatkala Laura yang sebagai pemimpin sekaligus antek-antek penguasa itu tak menyetujuinya.
Sebenarnya Aldo juga paham akan situasi yang sesungguhnya namun apa boleh buat, dirinya juga ingin bangkit dari kondisi saat ini.
"Hah, kau salah bukan begitu cara kerjanya" gumam Laura memijat pelipisnya yang mulai berdenyut tatkala dirinya di hadapkan pada suatu keadaan yang benar-benar merepotkan.
"Kalian tahu sendiri bukan kalau wilayah ini sedang dalam ambang kehancuran, bagaimana pun juga kami tidak bisa berbuat apa-apa terlebih lagi kami adalah kaki tangan mereka yang dengan leluasa menghancurkan tempat ini, itu akan sangat susah" menghela nafas.
"Tapi kalau kami melakukan apa yang kalian minta maka sudah bisa di pastikan kalau semuanya akan rata dengan tanah" sambung Laura menjelaskan situasi yang sebenarnya.
Harus di akui sejauh ini mereka tidak memikirkan sampai sejauh itu, apalagi dengan Nana yang sama sekali tidak tertarik maupun berpengalaman akan hal tersebut, "Jadi ?" gumam Nana ikut menanggapi.
"Tempat yang kalian minta ini, merupakan wilayah resmi yang ada di bawah kendali kelompok kami, meski kalian merebutnya secara paksa itu sama sekali tidak bisa menjadi milik kalian, cobalah mengerti" sambung Laura mencoba menjelaskan.
Namun Aldo tetap tidak mengindahkannya, justru sebaliknya ia malah, "Alasan yang begitu klasik benar-benar membuatku muak" gumam Aldo yang tanpa sadar berhasil menarik keluar Nina dari dalam tubuh Nana.
"Wah wah wah, menarik" gumam Nina yang langsung terkesima akan apa yang tengah tersaji di hadapannya saat ini, "Seorang bawahan yang begitu antusias dalam perburuan wilayah kekuasaan benar-benar cocok untuk menjadi bawahan kita yah" gumam Nina.
"Bukankah sudah ku katakan sebelumnya agar tidak keluar dengan seenaknya?" sahut Nana yang menggertakan gigi kesal tatkala dirinya secara terang-terangan mulai bercengkerama dengan dirinya sendiri.
Untuk saat ini tidak ada yang menyadarinya karena saat ini perseteruan panas tengah tersaji di hadapannya, namun bagaimana kalau tiba-tiba saja semuanya tahu? "Sepertinya ada pemberontak di sini" bisik Nina yang langsung membuat pikiran Nana kosong seketika.
"Tetap saja kami tidak bisa melakukannya, pahamilah keadaan ini" sahut Laura masih tetap tak mau mengabulkan keinginan Aldo yang kian lama kian menjadi, "Tapi kenapa" pekik Aldo yang masih kekeh tak mau kalah.
Di saat semuanya tengah memperdebatkan topik pembahasan, Nina yang sudah resmi merebut kendali tubuh Nana pun mulai ikut menanggapi, "Wah menarik, bagaimana kalau kita lakukan saja hal ini" gumam Nina yang langsung mendapatkan perhatian semuannya.
"Apa maksudmu?" tanya Laura kurang paham akan maksud Nana sebenarnya, begitupun dengan Aldo yang kini memicingkan matanya pertanda ia juga amat penasaran akan apa yang akan Nana katakan.
"Kalau tidak bisa dengan cara halus, bagaimana kalau kita paksa saja mereka, itu akan semakin menarik bukan?" ujar Nina menyilangkan kedua tangannya di depan dada sembari tersenyum tipis.
Mendengar hal tersebut membuat Aldo serta Laura yang tengah berselisih tegang mulai membeku, "Apa maksud mu" gumam Aldo yang agak kaget mendengar apa yang baru saja Nana katakan.
"Jangan bilang kalau-" menghentikan kata-katanya tatkala dirinya tanpa sengaja menyadari sesuatu tentang anak di hadapannya itu, "Kau memang iblis" gumam Laura yang baru sadar akan apa yang terjadi pada Nana di hadapannya.
"Orang yang sama namun memiliki pemikiran serta tindakan yang berbeda benar-benar berbahaya bahkan sangat mengancam bagi kami, apabila bos tahu kalau ada anak Sepertinya hidup maka kami bisa-bisa menjadi korbannya, ah sial" mengumpat dalam hati tatkala aura kepemimpinan sekaligus kegelapan Nana mulai bisa Laura rasakan.
"Heh" menyeringai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
🇮🇩 ♏🌹🅰️ 🇵🇸
Jangan lupa Boom Like, Rate 5⭐, hadiah sama Votenya yaaaa...
꧁☞︎︎︎𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉✍︎꧂ 💜💜💜
2021-03-13
0