Keesokan harinya,
Kematian Teo yang sudah lama di idam-idamkan banyak orang sudah terjadi kemarin, tak ada lagi yang namanya penindasan maupun penyiksaan terhadap rekan-rekan meski demikian bukan berarti mereka semua memiliki pemikiran serta tujuan yang sama, "Ini terasa sangat kosong" kata Rehan salah satu dari orang yang mulai kehilangan sosok pemimpin yang mereka cari, "Kalau saja ada orang yang bisa-" menghentikan kata-katanya saat dirinya lupa kalau saat ini ada seseorang yang berada di antara mereka tengah duduk manis dengan makanan yang tersaji di hadapannya, "Lanjutkan saja aku tidak ikut" kata Nana dengan mulut yang penuh dengan makanan.
Setelah kejadian kemarin semua orang yang terbebas pun mulai menjalin kembali apa yang dulu sempat mereka tinggalkan yakni impian mereka, mereka juga menemukan sosok yang sepertinya agak pantas dengan apa yang mereka inginkan yakni sosok gadis kecil tangguh, "A-anu" tak ada yang mampu membuka bicara padanya, karena saat ia menatapnya maka ada aura kegelapan yang serasa menyelimuti Nana dengan kuat.
"Bubar saja" kata Nana yang langsung membuat semua orang yang ada kaget bukan main, "Apa maksudmu" pekik beberapa orang yang tak terima akan apa yang mana katakan barusan, meskipun sedikit bergumam namun ia juga memikirkan apa yang ia katakan tadi, "Kalaupun di lanjutkan kalian akan tambah sengsara, di tambah lagi pemimpin yang kalian cari tidak pernah kalian temukan bukan? bubar saja" kata Nana memprovokasi mereka yang sudah kesal.
Melihat mereka semua mulai menatapnya tak suka membuat Nana tersenyum menyeringai, "Apa kalian pikir hanya dengan menatapku saja akan bisa menyelesaikan masalah ini heh?" membelalakkan matanya dengan ekspresi wajah yang menakutkan, "Kalian semua bo**h" tertawa cekikikan.
Memang benar apa kata Nana bahwa mereka saat ini tengah mencari sosok pemimpin yang bisa membawa mereka pada terangnya cahaya sehabis tenggelamnya kegelapan kemarin ,namun di antara mereka semua tak ada satupun yang bisa melakukannya, semua cahaya yang mereka miliki sudah redup sejak lama sampai-sampai tak mampu lagi memperlihatkan cahayanya.
Namun masih ada satu cahaya yang sangat terang tengah bersinar menampakan dirinya pada mereka yang tengah kehilangan harapan, "Bagaimana kalau kau saja yang menjadi pemimpin kami" kata Rehan tiba-tiba tanpa memikirkan apa pendapat rekan-rekannya yang langsung membuat semua orang di sana berteriak kaget ,"HAAAAH... APA MAKSUDMU HAH!" tidak terima.
Semuannya menjadi saling berselisih tidak terima akan apa yang Rehan katakan tadi karena itu sama saja membawa mereka pada lubang kematian, "Apa kau gila" pekik Indra rekan Laura yang juga ikut campur akan apa yang di katakan Rehan barusan.
Meskipun ia sudah tahu kalau ucapannya tadi sama sekali tidak bisa di percaya namun di sisi lain ia juga percaya akan apa yang dia lihat dalam sosok gadis kecil di hadapannya itu, "Dia lah pemimpin kita" gumam Rehan masih kekeh akan apa yang dia putuskan sebelumnya.
Sementara Nana yang menatap Rehan datar hanya bisa berkata dalam hati, "Kau pikir aku mau? mustahil" cibir Nana dalam hati lalu kembali menyantap sisa makanan yang tersedia di hadapannya.
Namun setelah melewati perselisihan serta perdebatan yang sangat panjang pada akhirnya mereka memutuskan bahwa, "Kami mohon, jadilah pemimpin kami" semua orang berbaris serta menunduk tepat di hadapan Nana yang kini masih belum menyelesaikan makanannya, "Eh?" pekik Nana yang kaget saat tiba-tiba saja dirinya di tunjuk menjadi seorang pemimpin mereka, "Kalian mabok?" tanya Nana memicingkan mata tak percaya akan apa yang ia saksikan saat ini.
Bagaimanapun bagi seorang Nana menjadi pemimpin dari sebuah organisasi adalah sesuatu yang sangat merepotkan, dan selain itu ia bahkan tidak tahu menahu mengenai hal tersebut "Aku menolak" kata Nana terus terang.
"Tidak bisa, ini adalah keputusan kami" ujar Rehan masih saja kekeh terhadap pilihannya meskipun semua rekan-rekannya sangat tidak setuju akan keputusan sepihaknya tersebut.
"Tetap saja aku menolak" masih tidak mau.
Laura hanya memperhatikan sosok anak kecil yang tak jauh darinya itu, "Bagaimana menurut kalian?" tanya Laura pada rekannya.
"Tidak buruk jug, tapi-" "Apa?" memicingkan mata, "Apa menurutmu dia tidak terlalu bar-bar?" gumam Dewa menghela nafas, mendengar pernyataan Dewa barusan rupanya berhasil membuat Laura cekikikan, "Hahaha justru bar-bar sejak dini itu bagus kan?" kata Laura iseng.
Mau di sangkal bagaimanapun juga Dewa akan kalah dengan Laura karena dirinya juga mengalami hal tersebut, dimana pemimpinnya saat ini yakni Laura juga bar-bar sejak dini, "Hadeh..." menghela nafas.
Setelah melalui perdebatan yang panjang mau tidak mau Nana harus menerimanya, karena kalau tidak Rehan akan terus saja memaksanya.
"Hah baiklah" tak ada yang bisa ia lakukan saat ini kecuali mengikuti apa mau mereka toh itung-itung mengisi kegabutan setelah pembalasan dendam kemarin, "Anu aku tidak tahu tapi, yah baiklah " mau tidak mau ia harus menerimanya dengan lapang dada, bukan karena ia mau melainkan ia juga punya sesuatu yang sepertinya akan terwujud jika ia yang mengendalikan semuanya.
"Hah" menghela nafas, namun ia melupakan satu hal dimana dendam yang ia balaskan kemarin rupanya menimbulkan dendam baru, "Aku pasti akan membunuhmu" ujar seorang anak laki-laki yang mengepalkan tangannya erat tatkala melihat bahwa sosok yang sudah membunuh kakaknya kemarin secara resmi menjadi seorang pemimpin, pengganti Kakaknya, "Aku pasti akan membuatmu tersiksa melebihi kakakku itu" tersenyum bringas.
Bibit dendam yang telah ia tabur kemarin mulai menampakkan tunasnya meskipun ia sama sekali tidak mengetahui hal tersebut namun perlahan tapi pasti ia akan segera melihat buah dari bibit yang sudah ia tabur kemarin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Faika Pertiwi
tetaplah semangat dalm berkarya kk
2021-03-15
0
🇮🇩 ♏🌹🅰️ 🇵🇸
Jangan lupa Boom Like, Rate 5⭐, hadiah sama Votenya yaaaa...
꧁☞︎︎︎𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉✍︎꧂ 💜💜💜
2021-03-13
0
Zhuang Na
suka
2020-12-23
6