Mau bagaimana pun juga perintah adalah perintah, tak ada yang bisa mereka lakukan jika situasi sudah tegang seperti ini, aura yang Nana tunjukan mulai membuat Laura terdiam begitupun dengan Aldo sang sekretaris nya.
"Jangan tegang seperti itu" kata Nana mencoba mencairkan suasana sembari menghela nafas.
"Ayolah, jangan terlalu pusing memikirkannya, bukankah jawabannya sudah bisa kalian lihat dengan jelas? saat seseorang menginginkan sesuatu dan ingin menggapai nya bukankah akan sangat menyakitkan jika ia tidak mendapatkan nya?" ujar Nana mulai membual.
"Sama halnya dengan situasi saat ini, kami menginginkan wilayah yang sudah Aldo sampaikan pada kalian, itu adalah tempat yang bahkan tidak sebanding dengan total keseluruhan wilayah kalian, apakah kalian benar-benar tidak mau menyerahkan nya?" sambung Nana yang membuat mereka diam.
Ekspresi datar di campur dengan kegelisahan Laura mulai bisa Nana rasakan dengan jelas , "Ternyata begini rasanya membuat orang takut, ah sangat menyenangkan" batin Nina menghirup udara dalam-dalam mencoba menghirup semua aroma ketakutan yang mereka pancarkan.
"Bagaimana pun juga pada awalnya kita semua adalah masyarakat biasa pada umumnya, namun akhir-akhir ini ada sesuatu yang membuat kita menjadi seperti ini, jadi apa boleh buat kan" memberikan kesempatan pada siapa saja yang mau menanggapinya namun tak ada seorang pun dari mereka yang menjawabnya.
"Kita hanya kalah kekuatan saja, kalau saja kita memiliki kekuatan serta finansial yang sama maka sudah bisa di pastikan kalau semuannya akan rata dengan tanah, bukan masalah perang namun masalah hasrat dari mereka yang ingin menghancurkan tempat ini namun kalian sebenarnya juga tahu akan yang sebenarnya aku maksud bukan?." Mau di sangkal bagaimanapun juga apa yang di katakan oleh Nana hampir semuanya benar, bahkan Aldo sendiri agak kaget saat mendengar semua itu dari mulut anak kecil yang kemarin mengeluh akan tugasnya, namun kini ia sadar kalau Nana sebenarnya memiliki potensi yang akan sangat berguna jika ia memanfaatkannya dengan benar.
"Ah, jadi begitu" gumam Laura menghela nafas panjang seakan-akan sudah mengetahui apa yang akan ia lakukan selanjutnya.
"Bagaimana kalau kita melakukan sebuah perjanjian?" ujar Laura mengajukan saran yang sepertinya membuat Nana tersenyum lebar, "Apakah itu?" tanya Nana antusias.
Dalam hati Laura tertawa terbahak-bahak tatkala dirinya merencanakan sesuatu yang sepertinya akan berjalan dengan lancar.
Perlahan tapi pasti Laura mulai mengeluarkan secarik kertas kosong yang akan menjadi sarana perjanjian tersebut, "Sangat mudah, kau hanya perlu tanda tangan di kertas kosong ini, maka kami bisa menyerahkan wilayah itu pada kalian" ujar Laura santai yang tentu saja membuat Aldo berbinar-binar begitupun dengan Nana yang langsung mengambil media perjanjian tersebut.
Mungkin Laura mengira kalau hanya mengiming-imingi mereka dengan apa yang mereka inginkan sembari mengajukan perjanjian yang jelas akan menguntungkannya akan langsung membuat mereka menyetujuinya namun ia salah.
Saat secarik kertas kosong beserta pena sudah ada di tangannya Nana langsung berkata, "Meski tubuhku masih kecil tapi otakku sama sekali tidak kosong, apa kalian bisa membodohi ku heh?" gumam Nana yang langsung menyobek kertas tersebut tepat di hadapan Laura yang sontak membuat Aldo panik.
"A-apa yang kau lakukan hah, padahal ini adalah satu-satunya cara agar kita-" menghentikan kata-katanya saat Nana menatapnya tajam, "Apa kau sama sekali tidak punya otak hah!" gumam Nana dengan nada yang ditekan membuat Aldo diam.
"Mereka mungkin bisa mengelabuimu tapi tidak denganku" kata Nana yang langsung meremas sekaligus melemparkannya tepat ke wajah Laura saat ini, "Bawa kembali benda itu dan katakan pada bos kalian kalau kami akan mendapatkan apa yang seharusnya menjadi milik kami, jadi jangan khawatir" ujar Nana menatap mereka semua datar.
Laura yang semula mengira akan bisa mengelabui Nana dengan secarik kertas tersebut pun tak mampu menahan rasa malunya, "Mari pergi dari sini" ujar Laura mengajak rekan-rekannya untuk segera pergi dari hadapan Nana dan Aldo yang kini menatap mereka tajam.
Namun sebelum ia pergi Laura melirik tajam ke arah Nana sembari berkata, "Suatu hari" yang kemudian di balas anggukan oleh Nana dengan wajahnya yang datar.
Setelah mereka pergi Aldo langsung terduduk lemas dengan tangan yang gemetar, melihat Aldo yang bersikap seakan-akan sangat ketakutan membuat Nana tak kuasa menahan tawa, "Hahaha apakah kau sama sekali tidak bisa mengetahuinya?" kata Nana menggoda Aldo yang kian lama semakin pucat.
"Kau kenapa?" tanya Nana yang langsung menghampiri Aldo yang kini semakin gemetaran.
"HEY ALDO!!!" dan tak lama kemudian Aldo langsung terjatuh dari kursi sembari kejang-kejang, Nana pun panik serta memanggil siapapun yang ada di dekat mereka, hingga tak terasa sudah satu hari Aldo tak sadarkan diri, dan saat di tanya apa yang terjadi pada Aldo mereka sama sekali tidak mengetahuinya, namun ada satu orang yang entah dari mana datangnya tiba-tiba saja mengatakan pada Nana kalau Aldo sebenarnya mengalami sebuah phobia yakni 'phonophobbia' atau rasa takut berlebih pada suara tertentu yang membuatnya collapse.
Mendengar hal tersebut membuat Nana berpikir sejenak, "Kau boleh muncul sekarang" gumam Nina memanggil Nana yang semenjak tadi ia tahan di otaknya, "Apa yang terjadi?" tanya Nana saat melihat Aldo tengah tergeletak di atas ranjang dengan wajah yang pucat.
"Dia punya phonophobia" kata Nina singkat, setelah mendengar apa yang terjadi akhirnya Nana memutuskan untuk mengajak kerja sama dengan Nina , alias kepribadian gandanya sendiri, "Jadi katakan apa yang harus kita lakukan" tanya Nina, "Mudah saja , kau hanya perlu melakukan apa yang aku katakan maka aku akan membiarkan mu memimpin tubuhku dalam kurun waktu tertentu, bagaimana?" kata Nana mengajukan perjanjian dan langsung di setujui oleh Nina, "Baiklah".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
🇮🇩 ♏🌹🅰️ 🇵🇸
Jangan lupa Boom Like, Rate 5⭐, hadiah sama Votenya yaaaa...
꧁☞︎︎︎𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉✍︎꧂
2021-03-13
0