Sebuah kertas bertekstur kasar mulai di bentangkan hingga menutupi meja yang saat ini berada di hadapannya, beberapa rekannya mulai terperanjat kaget saat melihat Nana mulai menandai kertas tersebut dengan beberapa warna spidol, "Ini yang kalian butuhkan jika kalian ingin melanjutkan rencana kalian tadi" ujar Nana mengedarkan pandangannya ke arah rekan-rekannya saat ini.
Meski sejak awal Nana sudah tidak setuju akan usulan Leon bukan berarti ia akan menolak mentah-mentah usulan tersebut, ia sudah mengetahui niatan Leon serta rekan-rekannya yang lain sejak lama oleh karena itu ia pun menyiapkan kejutan.
Leon mulai penasaran, "Apa itu?" tanya Leon mulai bangkit menghampiri Nana, "Ini adalah sebuah kunci yang aku dapatkan dari seseorang" kata Nana sedikit bergumam.
"Baiklah" kata Leon mulai memasang bentangan kertas tersebut di dinding hingga memperlihatkan keseluruhan dari isi kertas tersebut, "Wah besarnya" gumam beberapa orang mulai terperangah.
Ada banyak tempat yang sudah di tandai di sana, mengenai letak, nama jalan, struktur batuan hingga tentang kemungkinan terbesar yang terjadi sudah tersaji di sana, "Apa kau yang membuat ini?" tanya Raffif memberanikan diri tatkala dirinya sudah tak bisa lagi membendung rasa penasarannya.
Sejenak Nana hanya diam, "Yah sebenarnya ini bukan buatanaku tapi aku hanya menambahkan beberapa saja di sini" menunjuk ke arah tulisan berwarna merah yang apa bila di baca mengatakan 'Rencana tanpa cacat' membacanya sekilas membuat Rafif kembali berpikir, "Aku tidak paham tapi sepertinya aku mulai paham akan apa yang coba dia sampaikan pada kami" kata Rafif dalam hati.
Seorang anak kecil yang memimpin sebuah kelompok pastinya memiliki sesuatu yang menjadi keunggulannya, oleh karena itu Rafif hanya mengangguk pertanda paham, "Kita akan mulai dari sini" ujar Leon kembali mengambil alih.
Pada akhirnya topik utama pembahasan baru akan di mulai, "Kita akan membagi semuannya yang dua puluh orang ini akan di bagi menjadi sembilan kelompok yang mana terdiri dari beberapa orang, namun seperti biasanya kita hanya akan melakukan pengawasan, tidak ada yang namanya penyerangan maupun penjarahan seperti dulu, di sini kita akan mengawasi saja" Ujar Leon mulai membagi tugas.
"Aku butuh tiga orang untuk bisa ikut denganku ke wilayah utama" ujar Nana menyerobot sembari menunjuk ke arah sebuah gudang yang terletak di tengah-tengah pusat kota, "Aku akan ikut" kata Leon mengajukan diri, "Tidak kau di sini saja, karena ini akan sedikit berbahaya jadi aku butuh dirimu untuk menangani beberapa hal lain" ujar Nana menolak Leon.
Akhirnya ada beberapa orang yang mengangkat tangan untuk mengajukan diri ikut dalam operasi yang akan Nana lakukan, "R1 dan R7 kalian ikut denganku karena kalian sudah terbiasa dengan hal semacam ini" ujar Nana tersenyum ke arah dua rekannya yang tadi mengajukan diri.
"Baik" sahut mereka berdua kompak.
Sebagai catatan sebenarnya semua rekan-rekannya memiliki nama serta julukannya masing-masing, semua itu bertujuan agar bisa mempermudah mereka dalam membagi tugas sekaligus penyamaran.
Setiap kelompok terdiri dari tiga orang dan empat orang, yang mana mempunyai tugasnya masing-masing, ada yang bertugas untuk menyamar serta berbaur dengan beberapa orang yang memiliki keterikatan dengan para penguasa hingga seorang eksekutor, sampai ada yang hanya berjalan-jalan saja demi bisa mengamati keadaan sekitar, meski terlihat sepele namun sangat berguna.
"Baiklah kita akan segera berangkat" kata Leon setelah selesai membagi tugas untuk para rekan-rekannya.
"Terimakasih atas kerjasamanya" sahut mereka semua kompak mulai bergegas menuju tempatnya masing-masing.
Dalam hitungan detik semuannya sudah berada di kelompok yang sudah di tempatkan, "Hati-hati" kata Nana mendahului rekan-rekannya yang lain.
Kali ini Leon bertugas untuk mengumpulkan semua informasi yang ia dapatkan dari para mata-mata yang sebelumnya mereka kirim, sementara Raffif dia yang juga sebagai anggota baru pun di tempatkan di kelompok 7 yang bertugas untuk mengawasi sebuah pasar tak jauh dari tempatnya berada di sini.
"Hati-hati" kata Leon mulai melihat kepergian rekan-rekannya, saat semuannya sudah pergi ia langsung kembali ke tempatnya tadi, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang memanggil namanya, "Leon" panggilnya sontak membuat Leon berbalik badan, "Siapa?" gumam Leon, namun betapa terkejutnya ia saat mengetahui siapa sosok yang saat ini tengah berdiri di depannya, "K-kau".
Sementara di tempat Rafif berada, sebuah bekas pasar yang dulu sangat ramai dengan teriakan para pedagang pun sudah dalam keadaan yang memprihatinkan "Kenapa aku merasa sedikit aneh yah, gimana keadaannya yah" gumam Rafif saat mulai mengingat sosok manis adiknya yang sudah seharian ini tidak ia temui sembari memasuki sebuah pasar.
Keadaannya sudah hancur berantakan sejauh mata memandang sudah tidak ada lagi yang namanya pedagang maupun tempat untuk berdagang.
"Sepertinya kita akan bertemu dengan sesuatu yang menarik" gumam salah satu rekannya mulai mengambil sesuatu dari saku celananya.
"Hey apa yang kau lakukan" pekik Rafif kaget saat rekannya tersebut mulai mengeluarkan pisau di sakunya, "Kau anak baru, lebih baik kau sembunyi karena ini tidak akan menguntungkan mu" katanya mulai mengambil sikap waspada.
Harus di akui kalau suasana di pasar saat ini begitu mencekam, bau tak sedap akibat busuknya sisa-sisa sayuran pun mulai membekap Indra penciumannya, "Ini sangat menyengat" gumam Rafif menutupi hidungnya.
Dan benar saja tak beberapa lama kemudian, tiba-tiba saja terdengar suara beberapa tembakan yang datang entah dari mana, Alvin yang tak lain adalah R6 rekannya, langsung mendorong Rafif sampai terjatuh ke lantai, "LARI!!" bentaknya langsung berlari bersama yang lainnya, Rafif pun berlari terbirit-birit tatkala tangannya di tarik paksa oleh Alvin, "E-eh tunggu sebentar" kata Rafif hendak melepaskan tangannya namun beberapa saat kemudian saat ia berlari tanpa sengaja ia melihat ada seseorang yang amat familiar baginya tengah bersandar di tembok, "HENTIKAN!!!" langsung terlepas.
Sosok manis yang baru ia singgung tiba-tiba saja terlintas di pandangannya, "CHIKA!!" tanpa Rafif sadari ia malah terperangkap dalam perangkap yang tidak sengaja di pasang oleh mereka "Lepaskan dia!" bentak Rafif tatkala dirinya menjumpai satu-satunya adik perempuan yang ia miliki tengah di todong pistol oleh tiga orang pria tinggi.
Luka di tubuhnya pun tak bisa lagi di toleransi, wajahnya sedikit hancur akibat menerima pukulan dengan sebelah matanya yang terpejam "K-kakak" merintih kesakitan.
Melihat adik satu-satunya yang ia miliki tengah dalam keadaan yang kacau membuatnya kalap "HEH APA KAU BODOH!!" Bentak Alvin yang terus berlari meninggalkan Rafif sendirian.
"Kakak" Isak seorang gadis cilik berusia sepuluh tahun yang tengah sesenggukan akibat menahan tangisnya, "Apa yang kalian lakukan" tanya Rafif menggertakan gigi.
Luka lebam di wajah serta pakaian yang sudah koyak benar-benar membuat Rafif geram, "AKU TANYA APA YANG SUDAH KALIAN LAKUKAN HAHHH!!!" tanpa pikir panjang ia langsung saja berlari dan menyeruduk siapa saja yang ada di hadapannya.
Hingga semuanya terjadi begitu saja, rekan-rekannya pun sudah meninggalkannya, kini adik yang sangat ia sayangi bahkan tengah berada di tangan mereka entah bagaimana keadaan keluarganya yang lain, namun "Aku tidak akan pernah memaafkan mu"
"SATU-SATUNYA HAL YANG AKU SESALI HANYA SATU, YAKNI TIDAK BISA MELINDUNGI KELUARGAKU SENDIRI!!!" Bentak Rafif yang kemudian tak bisa lagi di ceritakan.
----
Satu jam kemudian.
"Hah, kerja bagus" sambut Leon membukakan pintu untuk Nana serta kedua rekannya yang baru saja sampai, "Oh kau, iya terimakasih" balas Nana tersenyum.
Ada banyak barang yang ia bawa dengan kedua rekannya tadi, "Ini tidak seperti kemarin" gumam Nana menyerahkan beberapa benda di tangannya, "Tidak apa" kata Leon tersenyum kaku, "Kenapa?" tanya Nana memiringkan kepala.
Leon hanya diam sejenak sembari meremas barang di tangannya, "Maaf" lirih Leon yang langsung menunjuk ke arah dua orang yang saat ini tengah meringkuk ketakutan.
Saat Nana masuk ia melihat ke dua rekannya tengah duduk dengan tubuh yang gemetar hebat, "Apa terjadi sesuatu?" tanya Nana iseng.
Biasanya mereka akan membalas sahutan Nana dengan riang namun kali ini berbeda,
"Anak baru itu sepertinya tertangkap" kata Leon lirih, mendengar hal tersebut Nana memicingkan matanya tak percaya, "Apa maksudnya?" tanya Nana lagi karena ia menganggap Leon tengah bercanda dengannya, " kau bisa tanya langsung pada mereka" kata Leon mengisyaratkan pada Nana untuk bertanya langsung kepada dua orang di hadapannya yang tengah gemetar itu.
"Apa yang terjadi?" tanya Nana pada Alvin salah satu rekan yang di tugaskan untuk mengawasi bekas pasar dengan Rafif tadi, namun Alvin hanya diam dengan wajahnya yang pucat, "Hey apa yang terjadi?" tanya Nana lagi kini mulai mendekatkan wajahnya ke arah Alvin.
Pupil matanya mengecil, sementara rekan yang satunya lagi tak mampu menatap Nana seakan-akan sudah terjadi sesuatu yang gawat, "Jadi? apa Rafif sudah mati?" tanya Nana santai dengan harapan itu tidak terjadi namun jawaban mereka "Sepertinya" mendengar itu langsung membuat Nana diam sejenak.
"Dan kalian meninggalkannya?" mulai bergumam, "I-itu" tak bisa berkata-kata karena itu adalah kebenarannya, melihat reaksi kedua rekannya tersebut membuat Nana semakin yakin akan apa yang baru saja menimpa mereka "Hah baiklah, sekarang katakan yang sebenarnya baru aku bisa memaafkan kalian atau tidak" ujar Nana menghela nafas panjang.
Setelah mendengarkan cerita mereka berdua Nana yang kaget sekaligus tidak percaya pun langsung tertawa terbahak-bahak "HAHAHA KALIAN INI!" namun di sela-sela tawanya ia juga langsung mengarahkan belati miliknya ke arah dahi Alvin sembari menatapnya tajam, "Bukanlah sudah kukatakan kalau ada yang mati maka janji kita tidak akan terwujud, kenapa kalian berdua sangat ceroboh hah!!" sedikit menggores dahinya yang membuat Alvin semakin gemetar, "M-maaf" mulai berkaca-kaca.
Untuk sesaat sosok yang selama ini sangat di takuti oleh semuannya mulai kembali muncul "Baiklah aku akan ke sana untuk membawa jasadnya jika itu benar-benar terjadi" gumam Nana mulia melangkahkan kakinya menjauh dari Alvin dan semua rekannya menuju lokasi terakhir Rafif.
"Jangan Nana" teriak Leon hendak menghentikannya namun gagal, "Pada akhirnya dia benar-benar menepati janjinya" gumam Leon menggertakan gigi saat teringat akan apa yang menimpanya dulu.
---
Sesampainya di lokasi terakhir Rafif, ada banyak bekas tembakan yang tersisa di sepanjang dinding yang ia lewati, "Peluru?" gumam Nana memasang wajah serius.
Sejauh mata memandang hanya ada kehancuran yang tersaji di depannya, "Raf-" namun saat akan memanggil namanya ia terkejut tatkala dirinya menemukan sesosok yang cukup familiar baginya tengah duduk dengan bersandar di dinding sembari memeluk seorang gadis kecil di pelukannya, "Ah rupanya begitu" gumam Nana menghela nafas panjang saat melihat Rafif yang ia kenal sudah dalam keadaan tewas dengan keadaan yang begitu terhormat.
"Hey kalian berdua, kesini" memanggil kedua rekannya tadi.
Saat tangannya menyentuh wajah Rafif hanya ada rasa dingin yang ia rasakan, begitupun dengan seorang gadis yang ada di pelukannya.
Matanya terpejam erat seakan-akan tengah merasakan rasa sakit yang teramat luar biasa, tak jauh dari mereka berdua juga terdapat beberapa orang yang Nana yakini sebagai kaki tangan dari para penguasa itu yang juga sudah dalam keadaan tewas.
Pedih rasanya jika harus menyaksikan jasad rekannya sendiri, apalagi ia baru saja merekrutnya kemarin.
"Jadi dia keluargamu yah, maaf karena belum bisa menepati janjiku " lirih Nana mulai menghela nafas , luka tembak tepat di bagian dada Rafif sudah bisa mengatakan apa yang terjadi, "Kau sudah berusaha keras, jadi istirahatlah" tersenyum hangat.
Hingga pada akhirnya apa yang dia inginkan tentang keadilan dan juga keselamatan tidak bisa ia wujudkan, karena seberapapun ia berusaha pada akhirnya ia akan gagal sama seperti sebelumnya.
"Aku benar-benar payah" bergumam.
Hanya dengan melihat raut wajah Rafif yang tersenyum saat memeluk adiknya yang juga tersenyum benar-benar menyayat hati Nana, "Kalau saja aku datang lebih cepat, atau bahkan tidak membawa mu kemarin pasti ini tidak akan terjadi" matanya mulai berkaca-kaca tatkala dirinya harus menelan pil pahit akibat ulahnya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Agus sulastri
baru mampir 🙏
2021-03-29
1
🇮🇩 ♏🌹🅰️ 🇵🇸
Jangan lupa Boom Like, Rate 5⭐, hadiah sama Votenya yaaaa...
꧁☞︎︎︎𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉✍︎꧂
2021-03-13
0
M⃠💃Salwaagina khoirunnisa❀⃟⃟✵
semangat thor
2021-01-09
2