"Entah kenapa orang ini benar-benar payah" Pikir Nana yang kehabisan ide dalam menjelaskan maksudnya.
"Baiklah sekali lagi" bersiap-siap untuk menjelaskan.
"Bawakan aku kertas" kata Nana memberi perintah, "Okeh" Aldo pun mengiyakan saja, "Ini" menyerahkan selembar kertas kosong.
"Sekarang tanda tangan di sini" menunjuk ke arah pojok kertas tersebut tanpa basa-basi Aldo langsung tanda tangan di sana, melihat itu membuat Nana agak kesal, "Sudah" kata Aldo kembali menyerahkan kertas tersebut.
Sudah tidak ada cara lain untuk menjelaskannya kecuali satu hal yakni praktek, "Perhatikan ini baik-baik" mulai serius.
Tanpa berkedip Aldo menatap kertas kosong yang kini ada di tangan Nana, "Aku akan menjelaskannya melalui praktek jadi pahami ini dan jangan sampai lupa" mulai menulis sesuatu di kertas tersebut.
"Kertas putih yang tidak memiliki noda memang terkesan begitu suci tapi bagaimana kalau tiba-tiba saja menjadi hitam dan rumit?" menunjukkan sesuatu sembari memberikan isyarat pada Aldo untuk membacanya, "Disini tertulis 'Saya Aldo mengatakan dengan ini kalau saya akan menyerahkan semua harta milik saya kepada saudari Nana, yang bertanda tangan Aldo" ujar Aldo membaca, ia awalnya diam sejenak sembari meresapi apa yang baru ia katakan barusan, dan "Ah" barulah ia paham akan maksud Nana selama ini.
"Ah sekarang aku paham" percaya diri, "Syukurlah kalau paham tapi ingat satu hal ini" menggantungkan perkataan, "Apa?" mengernyitkan dahi, "Semua yang terlihat kadang tidak selalu benar, adakalanya kau harus cermat tapi tidak ada salahnya kalau kau sedikit santai dalam hal tersebut, itu akan sedikit membantumu di saat-saat tertentu" ujar Nana memberikan masukan.
"Wah, tidak ku sangka kau benar-benar paham akan hal tersebut" terkagum-kagum akan sosok Nana saat ini, "Jadi coba jelaskan yang barusan" kata Nana mengetes kemampuan pemahaman Aldo saat ini, awalnya Aldo ragu untuk menjelaskannya namun ia melakukannya, "Okeh" menghirup udara dalam-dalam.
Raut wajahnya menjadi lebih tenang dari sebelumnya, Nana pikir Aldo akan sedikit memahami maksud yang ia tujukan sebenarnya namun ia salah.
"Sebenarnya aku sudah tahu akan hal itu, tapi aku berpura-pura tidak tahu, gimana keren kan?" ujar Aldo dengan gampangnya, mendengar hal barusan membuat Nana diam sejenak.
"Apa maksudmu tadi?" memasang wajah polos karena Nana pikir ia hanya bercanda dengan mengatakan kalau sebenarnya ia mengetahuinya sejak lama.
"Yah sebenarnya aku sudah tahu tapi-" aura di sekitar Aldo menjadi hitam pekat, mulutnya pun menjadi terkunci tatkala dirinya tak sengaja bercanda dengan sosok yang seharusnya tidak ia kerjai itu, "Eh" melangkah mundur.
Pusing di kepala dengan rasa panas di tangannya benar-benar ia fokusnya pada satu titik yakni tangannya, "Kau ingat kalau aku tidak suka di permainkan kan? lalu kenapa kau" semakin mendekati Aldo.
"Eh apa aku kelewatan yah?" pikir Aldo kelabakan apalagi reaksi Nana saat ini sangat menakutkan baginya.
"MAAFKAN AKUUUUUU"Berteriak sekencang-kencangnya.
"Eh apa itu?" pekik beberapa orang di luar sana yang mendengar suara teriakan yang amat memekakkan telinga itu.
---
Tak lama kemudian, "Ah nyamannya" gumam Nana yang senyum-senyum sendiri, "M-maafkan aku" Isak seseorang yang tengah memijat kepala Nana dengan pelan, "Jangan malas agak kebawah" memberikan perintah.
Wajahnya terdapat bekas tonjokan yang nampak membekas merah dengan jelas di pipinya, "Oh iya lanjutkan yang tadi do" ujar Nana di sela-sela waktu santainya.
"Yang mana?" tanya Aldo dengan hati-hati karena takut menyinggung Nana lagi, "Masalah paket botol tadi" gumam Nana.
Sebenarnya Aldo tidak tahu apapun mengenai hal tersebut tapi ia bisa sedikit menarik kesimpulan akan hal tersebut, "Teror? atau ulah orang iseng?" gumam Aldo ragu yang tentunya menyulut rasa penasaran keduanya.
"Kalau teror, kenapa orang itu melakukannya kenapa juga harus ada darah, apa itu darahnya atau darah orang lain atau bahkan darah hewan yang ia lukai?" gumam Nana masih menerka-nerka.
"Kau ada benarnya juga tapi bagaimana menurutmu tentang yang satunya" melirihkan suaranya.
"Oh maksud mu CD itu? kalau memang iseng itu sama sekali tidak lucu, kalau memang dia sengaja melakukannya pasti dia punya alasan tersendiri bukan? dan kalau memang tidak sengaja aku rasa mustahil" gumam Nana ada benarnya juga.
Aldo sama sekali tidak memberikan pendapatnya, "Apa ini ulahmu do?" tanya Nana memastikan.
"Lah? kok aku? ya bukan lah, ya masa aku kasih CD ku sendiri buat apa hah, itu memalukan" ujar Aldo bersemu merah yang tentunya terbesit sesuatu di pikiran Nana, "Okeh biar aku saja" kata Nana mengambil alih.
Masalah sepele namun sedikit mengganggu itu membuat Nana mau tidak mau harus menanggapinya, meski di sisi lain ia juga menjalankan tugasnya sebagai seorang ketua dan tentunya di bantu oleh Aldo, "Bagaimana?" ia pikir dengan menyibukkan diri ia akan melupakan kejadian itu namun ia salah.
Hari kedua setelah kejadian botol, Nana kembali mendapatkan paket yang berisikan sebuah topi beserta CD sama seperti kemarin, "Lagi-lagi?" tanya Nana.
Aldo yang menemukannya pun sedikit heran mengenai isi paket tersebut, "Aku heran apa yang mengirim ini kurang kerjaan apa lagi buang-buang CD sih?" cetus Aldo yang membuat Nana cengengesan.
"Hahaha entahlah tapi yang jelas dia sangat percaya diri akan hal ini" tak habis pikir akan apa yang ia dapatkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
🇮🇩 ♏🌹🅰️ 🇵🇸
Jangan lupa Boom Like, Rate 5⭐, hadiah sama Votenya yaaaa...
꧁☞︎︎︎𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉✍︎꧂
2021-03-13
0