Tak ada satupun dari mereka yang mencoba menyelamatkan Nana, Teo yang melihat keluar jendela yang juga mendapati seluruh sanderanya sudah bebas pun menggertakkan gigi, "Sialan!" membenturkan tubuh Nana ke jendela yang pecah.
Tanpa kikir panjang ia pun langsung membawa Nana ke bawah dengan posisi yang sama, "Apa kau pikir bisa membunuhku dengan mudah hah" kata Teo sesekali mempererat cengeraman nya namun Nana hanya menatapnya datar seakan-akan itu tidak terasa.
Setelah sampai di bawah semua bawahannya memasang raut wajah ketakutan tatkala melihat Nana sudah dalam keadaan babak belur, "I-itu" sudah tidak di ragukan lagi kalau dia akan babak belur mengingat perbedaan kekuatan di antara keduanya di tambah lagi pemimpin mereka yang tak lain adalah Teo merupakan mantan militer yang sudah pasti memiliki ketahanan fisik yang luar biasa.
"MATI SAJA KAU" Perlahan tapi pasti Teo pun melarak Nana menuju tebing tempat dimana dulu ia melihat ada beberapa orang yang tewas di sana, tak ada yang bisa berbuat banyak, semuannya hanya diam mematung saling takut, tak terkecuali dengan Laura yang hanya memasang raut wajah pucat dengan tubuhnya yang masih gemetar.
"Dia akan mati" gumam Dewa yang mengepalkan tangannya kesal karena tidak bisa berbuat apa-apa di saat seperti ini, "Kalau saja aku bisa-" menghentikan kata-katanya saat dirinya tak mampu lagi melakukan apapun selain menyaksikan nyawa seorang gadis kecil akan melayang tepat di depan matanya.
"Hahah" tertawa terbahak-bahak saat Nana mulai mencoba melawannya namun tak bisa, seluruh tubuhnya terluka akibat tergores batuan saat di larak tadi, meski demikian ia masih bersikap tenang seakan-akan sudah merencanakan sesuatu.
"Ada kata-kata terakhir?" kata Teo memberikan kesempatan bagi Nana untuk mengutarakan apa keinginan terakhir sebelum mati, namun Nana hanya mengatakan, "Parasit" dan kemudian membelalakkan matanya lebar-lebar membuat Teo memicingkan matanya heran, "Apa kau bilang?" tanya Teo yang merasa ada yang aneh dengan gadis kecil di tangannya itu.
Perlahan tapi pasti Nana mulai mencengkeram balik tangan Teo dengan kuat sampai membuatnya meringis kesakitan, "Apa ini sakit? bagaimana rasanya?" gumam Nana semakin mempererat cengkeramannya yang bahkan mulai meninggalkan bekas di sana.
Laura serta teman-temannya pun agak kaget saat melihat Teo yang tiba-tiba saja goyah seakan-akan tengah mendapatkan serangan balik dan tak beberapa lama Teo pun tersungkur dengan Nana yang tengah menatapnya bringas, terdengar dari kejauhan kalau Nana tengah mengatakan sesuatu yang tak bisa mereka dengar dengan jelas ,"Mati" itu adalah satu-satunya kata yang bisa mereka dengar dengan jelas, baru tak lama kemudian Teo tumbang dengan luka parah di tangannya.
Semua orang yang melihat hal itu pun tak bisa berkata-kata, "Dia-" gumam beberapa orang yang tak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini mengingat selama ini tak ada satupun dari mereka yang mampu mendekati maupun melukainya namun saat ini gadis kecil tersebut bisa melakukannya.
"Haha" Teo yang tak mau menerima kekalahannya apalagi dengan anak kecil seperti Nana pun tak tinggal diam, dengan kekuatannya ia langsung menendang Nana sampai ke tepi jurang yang sebentar lagi ia pijak, "Apa maksudmu" kata Nana datar saat dirinya hampir saja terjatuh ke jurang.
Teo langsung bangkit sembari mengusap tangannya yang terluka, "Apa menurutmu aku bisa mati hanya dengan luka cakar ini heh?" menyombongkan diri, namun Nana hanya melangkah menjauh dari Teo yang kian lama kian mendekat.
"LARII!!" teriak Laura pada Nana yang kembali berada di genggaman Teo namun justru itu menguntungkan Nana, "Kau yang sudah membunuh keluargaku, jadi apa aku boleh membalaskan dendam mereka" gumam Nana dengan raut wajah yang bringas karena saat ini kepribadiannya yang gelap mulai menguasai dirinya.
"Hahaha" Teo hanya tertawa terbahak-bahak seakan-akan meremehkan Nana, "Baiklah" tanpa aba-aba Nana langsung menendang Teo dengan pelan namun di redam hanya dengan tangannya Teo, meski demikian Nana malah tersenyum menyeringai, "Orang besar sepertimu itu benar-benar merepotkan" gumam Nana yang kemudian menunjuk ke arah bawah kaki Teo, "A-apa" betapa terkejutnya ia saat mengetahui bahwa dirinya saat ini ada di batuan yang retak dan tak lama kemudian batu itupun longsor.
CRAS..
Tak butuh waktu lama agar Teo langsung terjatuh ke jurang namun, "Hahaha ... aku sudah biasa di medan seperti ini!" teriak Teo yang rupanya berhasil menggapai akar pohon yang menggantung tak jauh darinya, "Hem begitukah?" gumam Nana yang berjongkok serta tersenyum ke arahnya seakan-akan sudah mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Sampai kapan kau akan bertahan dengan tubuh besarmu itu heh" gumam Nana yang tak melepaskan pandangannya dari sosok yang kini masih tertawa dengan sombongnya.
Tak lama kemudian Laura dengan semua orang yang ada langsung berbondong-bondong menghampiri Nana, "A-apa" mereka terkejut tatkala mendapati Teo yang tak lain adalah pemimpin mereka tengah bergelantungan di akar pohon yang menggantung tengah-tengah jurang, serta Nana yang tersenyum menatap Teo dari atas.
Hawa pembunuh yang begitu kental pun tersebar dengan sendirinya, hasrat yang selama sini mereka pendam di bawah kekuasaannya pun muncul seketika, "AKU AKAN MEMBUNUHMU!" Teriak seorang pemuda yang hendak memotong akar tersebut namun di halangi oleh Nana, "Apa kau bodoh" kata Nana menatapnya tajam, "Kalau kau ke sana bukan hanya dia yang akan mati tapi kau juga" sambung Nana yang langsung membuatnya pucat.
Hanya dengan melihatnya saja siapapun bisa tahu kalau gadis kecil yang berada tak jauh dari mereka merupakan anak yang tidak biasa, ia punya sesuatu yang tak di miliki oleh mereka.
"Kita lihat sampai kapan parasit ini akan sombong dan menemui ajalnya" gumam Nana yang masih saja menunggu ajal dari Teo.
Sementara Laura yang semenjak tadi berada di belakang Nana tak bisa mengatakan apa-apa, karena baru kali ini ia melihat ada seseorang yang berani sepertinya melebihi pemimpinnya dulu, "Jadi ini adalah hal yang tak aku miliki" pikir Laura.
Sebuah senyum yang tak kunjung luntur di wajah Nana membuat Teo kesal, "Apa kah kau sudah puas! bawa aku ke atas maka aku akan melenyapkan mu bocah sialan!!" teriak Teo yang memerintahkan anak buahnya untuk menariknya ke atas namun Nana hanya tersenyum kaku, "Jadi otakmu sudah benar-benar hilang , dasar parasit" mencibir.
Bagaimanapun juga semua anak buahnya masih dalam ketakutan akibat didikan dari Teo selama ini, saat akan ada yang menolong nya Nana hanya menatapnya datar sembari bergumam, "Kalau dia hidup keluarga kalian akan mati lho" gumam Nana memprovokasi mereka yang hendak menolongnya namun mereka masih saja berniat menolongnya hingga Nana menyadari sesuatu, "Oh jadi begitu" ia pun membiarkan nya begitu saja, karena ia juga ingin lihat sampai kapan parasit itu akan menggonggong.
Saat sampai di atas Teo pun kembali berkicau dengan sombongnya "Sudah ku katakan kan kalau aku tidak mati dengan mudah" dengan begitu sombong ia mulai mengatakan omong kosongnya lagi, membuat semua orang diam tak terkecuali dengan Nana yang kini menatapnya datar sembari duduk.
"Heh anak kecil apa menurutmu kau bisa membunuhku heh?" kembali berkicau, Nana hanya mengernyitkan dahi, "Bukan aku tapi mereka" melirik ke arah sekumpulan orang yang sudah membawa tali dengan semua perlengkapan yang ada.
"A-apa-apaan kalian" tak butuh waktu lama semula kicauan busuk dari Teo yang menggelegar pun langsung diam seketika tatkala salah satu dari mereka menyumpal mulut Teo dengan kain.
"Nah sekarang pertunjukan nya baru akan dimulai" gumam Nana yang tak sabar melihat apa yang akan ia saksikan di depan mata.
"Meski dendam milikku tak bisa terlampiaskan begitu saja namun setidaknya mereka masih bisa melampiaskannya saat ini " pikir Nana yang kembali pada sisinya yang tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Fahira Febrina
anggota mmbernya banyak TAPI kok yg Like cuma Dikit
2021-03-15
0
🇮🇩 ♏🌹🅰️ 🇵🇸
Jangan lupa Boom Like, Rate 5⭐, hadiah sama Votenya yaaaa...
꧁☞︎︎︎𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉✍︎꧂ 💜💜💜
2021-03-13
0
Mutia bee🐝
suka
2020-12-24
5