Bab 19
"Hmmm... begitu ya?" guru perempuan itu menatap Son sambil membungkukkan badannya sedikit. "Siapa namamu, Nak?" tanyanya pada Son yang duduk di bangku dengan mulut terkunci. Dilihatnya anak itu diam saja dan tak mau membuka mulut saat Jessica menyuapinya dengan bubur kacang hijau yang tersisa setengah.
Son tak menjawab.
"Siapa namamu, Nak?" ulang guru perempuan itu.
Son tetap tak menjawab.
"Siapa namanya?" guru itu terpaksa bertanya pada Jessica. Dia mengalihkan perhatiannya dari Son kepada Jessica yang berdiri di samping Son.
"Wilson, Bu. Namanya Wilson Simon. Tapi kami biasa memanggilnya Son saja," jawab Jessica. Tangannya tak lagi memegang sendok berisi bubur kacang hijau. Sendok itu sudah diletakkannya kembali ke mangkuk saat guru perempuan berjalan ke arah Son dan dia.
"Kenapa dia tak menjawab?" tanya guru perempuan pada Jessica. "Apakah dia terbiasa tak menjawab pertanyaan orang?"
"Iya, biasanya begitu juga di rumah, Bu. Jarang mau bicara bahkan saat ditanya juga enggan menjawab," jelas Jessica.
"Oh, tapi sudah pintar bicara kan?"
"Sudah. Usianya sudah 5 tahun. Dua tahun lalu dia sudah bisa memanggil papa mama dan menjawab beberapa pertanyaan singkat," beri tahu Jessica.
"Oh, jadi kenapa dia tak mau menjawab saat ditanya?" penasaran ibu guru.
"Kami juga nggak tahu, Bu. Mungkin itu pembawaan sejak lahir," jawab Jessica menduga-duga.
"Hmmm... Anak ini nggak suka bicara, nggak mau menjawab, dan nggak mau makan dengan gampang juga," dia tampak berpikir. "Baiklah, nanti setelah beberapa hari atau beberapa minggu dia sekolah di sini aku akan bisa mengetahui sebabnya. Aku akan lebih memperhatikannya," kata ibu guru.
"Terima kasih, Bu," balas Jessica.
"Iya, sama-sama. Mari, biar kubantu kamu menyuapinya makan. Mungkin dia mau," kata ibu guru sambil memegang mangkuk berisi bubur kacang hijau yang ada di meja Son dan mengambilnya.
"Ibu mau menyuapinya makan?" tanya Jessica agak heran.
"Iya. Tapi bukan di sini."
"Di mana, Bu?"
"Di luar."
Setelah berkata begitu dia pun memegang tangan Son dan menggandengnya. "Ayo, Son. Kita makan di luar saja. Biar Ibu suapi."
Son mengangkat kepala menatap ibu guru. Ibu guru tersenyum padanya. Senyum yang sangat ramah dan sepertinya bakal disukai oleh anak-anak karena senyum itu khas untuk anak-anak. Senyum yang menunjukkan rasa sayang dan sabar.
Melihat ibu guru berkata dengan lembut padanya, Son pun seperti ditarik magnet untuk mendekat kepadanya. Son bangkit dari bangku dan berjalan mengikuti ibu guru yang sebelah tangannya memegang mangkuk dan sebelah tangannya lagi menggandeng tangan Son.
Langkah mereka sampai di luar kelas. Ibu guru berkata pada Jessica yang mengikuti langkah mereka untuk berhenti di luar ruangan kelas saja yaitu di dekat jendela.
"Baiklah, Son. Kamu berdiri di sini ya, biar Ibu suapi kamu," katanya sambil melepaskan gandengannya di tangan Son. Dia menggunakan tangan itu untuk menyendok bubur kacang hijau yang ada di mangkuk yang dipegangnya.
"Nah, Son sebelum kamu makan coba kamu lihat ke sana dulu," katanya sambil menunjuk di kejauhan pada Kathy yang sedang menatap layar hp-nya sambil menunduk dan duduk di bangku taman. "Itu mamamu kan? Yang tadi di dalam kelas?" matanya melirik Jessica untuk meminta jawaban juga.
Jessica mengangguk.
Rupanya tadi ibu guru memperhatikan gerak-gerik Son yang didampingi mama dan pengasuhnya di kiri kanan bangku. Dia juga melihat Jessica menyuapi Son saat Kathy berdiri di samping Son dan Son makan bubur kacang hijau yang disodorkan Jessica padanya Tapi saat berikutnya ketika Kathy beranjak keluar kelas dan Jessica hendak menyuapi Son lagi anak itu tak mau. Ibu guru melihat mamanya Son keluar kelas dan berjalan ke seberang yaitu ke bangku taman dan duduk di sana.
"Iya, Son. Itu mamamu?" ulang ibu guru.
Son menatap Kathy yang sedang duduk menunduk di kejauhan lalu berpindah pada wajah ibu guru yang berdiri di dekatnya. Kemudian dia mengangguk.
Ibu guru bernafas lega. Setidaknya anak ini memberikan reaksi atau jawaban atas pertanyaannya walaupun hanya berupa anggukan kepala.
"Iya, itu mamamu yang cantik, Son. Dia pasti senang kalau kamu menghabiskan bubur kacang hijau ini," kata ibu guru.
Son menatapnya terpaku. Dia mengerti apa yang dikatakan ibu guru tapi dia tak membalas kata-katanya.
"Nah, Son. Kamu makan ini sekarang ya. Biar Ibu suapi," kata ibu guru lalu mendekatkan sendok berisi bubur kacang hijau ke depan wajah Son.
Son menatapnya sekali lagi sebelum akhirnya membuka mulut.
Ibu guru segera menyuapkan bubur kacang hijau pada Son. Syukurlah, Son mau makan juga akhirnya setelah dibujuk oleh ibu guru. Bukan hanya satu sendok, melainkan beberapa sendok lagi sampai bubur kacang hijau di mangkuk benar-benar habis.
Jessica bernafas lega. Tak disangkanya Son akan makan dengan cepat sisa bubur yang disuapkan ibu guru padanya. Selama 5 tahun menjaga Son, Jessica bahkan harus selalu berusaha keras mencari berbagai macam cara untuk membujuk Son makan. Sekarang ada orang lain yang dengan mudahnya bisa membuat Son makan dengan cepat. Apa rahasianya?
"Wah, Bu Guru hebat sekali," puji Jessica tak mampu menyembunyikan rasa kagumnya pada ibu guru yang baru bertemu Son sekejap sudah bisa membuat anak itu mendengar kata-katanya.
"Nggak juga. Sebenarnya gampang saja kalau kita tahu caranya," kata ibu guru.
"Rahasianya apa, Bu?" Jessica masih memandang wajah ibu guru dengan rasa penasaran sementara tangannya mengambil mangkuk kosong yang sedang dipegang ibu guru. "Mari, Bu. Biar aku yang pegang mangkuknya," kata Jessica.
Ibu guru menyerahkan mangkuk di tangannya pada Jessica dan menjawab pertanyaannya. "Rahasianya cuma kemampuan untuk memahami jiwa, pikiran, sifat, dan karakter anak."
"Maksudnya, Bu?" Jessica kurang mengerti.
"Hmmm... maksudnya setelah kita memahami apa yang ada di pikiran dan jiwa seorang anak maka kita bisa menyikapinya dengan apa yang cocok terhadap pikiran dan jiwanya itu. Seperti tadi, aku melihat Son makan tanpa keengganan sewaktu mamanya ada di dekatnya di kelas tadi. Begitu mamanya keluar kelas dan menjauh darinya, dia langsung enggan untuk makan lagi. Jadi aku berpikir kalau mamanya adalah orang yang ada di pikiran dan jiwanya hingga mamanya pula yang bisa membuatnya melakukan hal yang dikehendaki," jelas bu guru panjang lebar.
"Oh... rupanya begitu. Aku tak memperhatikan itu tadi. Dan selama ini aku juga tidak menyadari kalau Bu Kathy adalah orang yang bisa membuat Son melakukan hal yang dikehendaki. Tadi aku berpikir mungkin Son sudah kenyang karena sewaktu di rumah juga sudah sarapan. Sehari-harinya aku juga berpikir mungkin saja Son tidak menyukai cita rasa makanan yang dimasak oleh tukang masak di rumah kami. Rupanya...," Jessica pun tertawa lepas dengan rasa getir. Sedangkan ibu guru tersenyum maklum.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments