Bab 4
"Elen," sapa Tom spontan saat melihat kepala pelayan itu berjalan mendekat menyambut kepulangan dia dan Kathy.
"Iya, Tom," jawabnya ligat. Dari dulu Elen memang memanggil Tom dengan sebutan nama langsung. Tidak menggunakan "Tuan", sebab dia sudah masuk ke rumah Tom saat berusia 17 tahun atau 10 tahun lalu. Sedangkan saat itu Tom berusia 15 tahun.
"Ini bayi kami, Elen," katanya. "Kamu hendak melihatnya?" beri tahu Tom layaknya seorang yang barusan memperoleh hal baru yang sangat berharga yang harus segera dikabarkan kepada sahabat karibnya.
"Iya, biar kulihat sejenak," jawab Elen sambil tersenyum. Dia berjalan mendekati Kathy yang sedang menggendong bayinya.
Kathy pun membiarkan Elen melihat sejenak wajah sang bayi sebelum dibawa ke kamar.
"Wah... tampan sekali bayimu, Tom," seru Elen tak mampu membendung perasaannya yang bergejolak saat melihat wajah bayi laki-laki yang dilahirkan oleh perempuan yang dinikahi oleh laki-laki yang dicintainya.
"Mirip siapa, Elen?" tanya Tom dengan senyum bangga dan senang.
"Dia mirip denganmu, Tom," Elen menggerakkan sebelah tangannya untuk mencoel pipi sang bayi yang sedang tertidur pulas diselimuti bedong.
"Iya, memang mirip Tom," balas Kathy sambil tersenyum. "Kita ke kamar dulu, Elen. Aku hendak menaruhnya di ranjang bayi. Nanti kamu bisa memperhatikannya dengan lebih jelas setelah dia berada di kamar."
Elen menarik nafas panjang dan menahannya. Entah mengapa dia merasa Kathy seperti sedang menyindirnya. Padahal Kathy tidak bermaksud demikian.
Kathy memang tahu Elen bersahabat baik dengan Tom sebelum Tom mengenal dirinya. Tapi Kathy tak pernah menaruh rasa curiga pada Elen. Tepatnya kalaupun ada rasa curiga yang muncul di hatinya melihat kedekatan Tom dengan Elen tapi dia cepat-cepat mengusir rasa itu. Dia tak ingin ada prasangka buruk pada laki-laki yang diyakininya sangat mencintainya itu. Bahkan saat dia merasa Elen menyimpan perasaan khusus pada Tom pun, Kathy masih mempercayai suaminya itu yang dia yakin tidak akan mengkhianatinya. Di pikirannya, Tom pasti hanya menganggap Elen sebagai sahabat baik yang dikenalnya saat remaja.
"Mau kubantu, Kathy? Biar aku yang menggendongnya ke kamar," Elen membuka kedua tangannya, bersiap-siap menyambut bayi mungil yang mungkin akan diletakkan Kathy ke gendongannya.
Kathy terpana sesaat. Dia merasa tindakan Elen itu agak keterlaluan, seperti setengah memaksa Kathy agar mengoperkan sang bayi pada dirinya.
Tentu saja darahnya berdesir melihat gelagat kepala pelayan yang dirasanya agak kurang ajar itu. Kurang pantas Elen menawarkan bantuan yang tak seharusnya dia tawarkan. Siapa pun tahu sebagai seorang ibu yang melahirkan anaknya pasti sang ibu ingin dialah sebagai orang pertama yang membawa masuk atau menggendong sang bayi ke dalam kamar sampai meletakkannya ke atas ranjang. Tak harus meminta bantuan seorang kepala pelayan untuk melakukannya seolah-olah dialah yang berhak atau bertanggung jawab.
Kathy tak segera mengoper bayinya pada Elen yang sedang membuka kedua tangannya. Dia merasa walaupun Elen sangat tegas dan dingin pada seluruh pelayan yang diaturnya di rumah ini namun Elen tetaplah bawahannya bukan atasannya yang mana Kathy harus tunduk kepada perintahnya. Kathy tak harus takut padanya.
"Mmm... kurasa nggak usah, Elen," Tom melihat raut wajah Kathy yang agak berubah seperti kurang berkenan atas tindakan Elen itu. Namun di sisi lain dia juga melihat Elen yang berdiri kaku di depan Kathy seperti sedang menunggu Kathy menerima tawarannya.
"Ehm...," untunglah Tom segera mendapat akal dan berkata, "Biar aku saja yang menggendong bayi kita, Kath. Sebagai ayahnya aku rasa aku belum menggendongnya sedari rumah sakit."
Apa yang dikatakan Tom itu tak mungkin tak dituruti oleh Elen. Karena jelas Tom adalah atasan tertinggi di rumah ini. Dan Kathy pun sebagai istri harus mematuhinya.
"Baiklah," Kathy menyerahkan bayi yang digendongnya pada Tom. Tom menggendongnya dengan hati-hati layaknya seorang ayah yang baru diberi tugas untuk menjaga bayi kecilnya.
"Oh, kalau begitu mungkin Kathy bersedia kubantu menaiki tangga ke lantai 2? Soalnya aku pernah dengar perempuan yang baru melahirkan dengan operasi sebaiknya mengurangi naik turun tangga atau harus ekstra hati-hati untuk menjaga bekas jahitan operasi atau peranakan yang masih lemah," kata Elen panjang lebar.
"Iya, Kath, biarkan Elen membantumu menaiki tangga," kata Tom.
Kali ini, Kathy tak menolak. Dia mengangguk dan berjalan ke arah tangga lebar yang melingkar. Elen mengikutinya sementara Tom berjalan di sisi mereka sambil menggendong bayinya.
Saat langkah Kathy dan Elen sampai di anak tangga, Elen mengulurkan tangannya dan Kathy menerimanya. Kathy menaiki tangga satu demi satu dengan langkah hati-hati. Tangan kirinya memegang besi pegangan tangga sementara tangan kanannya memegang Elen. Dengan demikian dia bisa melangkah menaiki tangga dengan tenang.
Langkah Kathy, Elen, dan Tom sampai di lantai 2. Mereka berjalan menuju kamar bayi yang letaknya di bagian belakang sementara kamar Tom dan Kathy letaknya di bagian depan. Kamar Elen ada di samping kamar bayi.
"Ohya, baby-sitter-nya kapan datang?" tanya Kathy bagai teringat.
"Hari ini. Sepertinya sebentar lagi yayasan akan mengantarkannya ke sini," jawab Elen.
"Syukurlah," kata Tom. "Suster di rumah sakit berpesan untuk memberi minum bayi setiap 2 jam sekali. Kupikir walaupun kami yang menjaganya berdua pun akan kesulitan untuk bangun tiap 2 jam sekali. Apalagi Kathy barusan dioperasi. Dia masih lemah. Tak boleh terlalu lelah atau kurang tidur."
"Betul, Tom," setuju Elen. "Kamu pun harus masuk kantor lagi setelah cuti seminggu," ingat Elen.
Tom pun tersadar akan tugas dan tanggung jawabnya yang lain. Selain sebagai ayah dan kepala keluarga, dia juga sebagai pemimpin perusahaan.
Langkah mereka sampai di depan kamar bayi. Elen menguakkan pintu kamar itu hingga nampak tatanan di dalam kamar yang benar-benar nyaman, adem, dan sejuk oleh embusan air-conditioner.
"Wah... sudah begitu bersih dan rapi," celetuk Tom. "Ayo, Sayang, ini kamarmu, kita masuk ke dalam ya," Tom membawa bayinya mendekati ranjang besar yang ditata sedemikian rupa dengan berbagai macam mainan bayi yang pas dan lucu.
Tom meletakkan bayinya ke atas ranjang besar itu sementara Kathy dan Elen melihatinya dari samping kiri kanan.
"Huff... Sudah...," Tom pun menghela nafas lega setelah bayi itu dibaringkannya ke atas ranjang.
"Sepertinya dia harus minum susu sekarang karena sudah 2 jam semenjak dari yang terakhir di rumah sakit tadi," kata Kathy.
"Oh, kalau begitu biar minta seorang pelayan merebus dulu botol susu dengan air mendidih sebelum digunakan," kata Tom yang teringat apa yang dipesankan oleh suster di rumah sakit.
Bayi yang baru lahir harus diperlakukan dengan ekstra hati-hati. Peralatan minumnya seperti botol susu harus direbus dulu untuk menjaga kebersihannya dan untuk menghindari kontaminasi bila sewaktu-waktu botol itu tidak bersih alias masih ada kuman atau bakteri yang melekat di dalamnya.
* * *
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Neti Jalia
mampir
2022-08-31
1
R.F
5 like dari Cinta Suci hadir kak. semangat
2022-08-25
1
Inru
Pasti lucu sekali bayinya😍
2022-08-17
1