Bab 9
Elen membawa Jessica masuk ke kamar yang berada di seberang kamar bayi sementara Tom masuk ke kamar Son di mana Kathy masih menunggu di dalam.
Begitu Tom masuk, Kathy langsung menatapnya. "Lama sekali, Tom," katanya. "Apakah baby sitter-nya sudah datang?"
"Iya, sori, Kath. Tadi minum teh manis hangat sebentar," jawab Tom jujur. "Sudah. Baby sitter untuk Son sudah datang. Elen membawanya ke kamarnya untuk menaruh tas."
"Oh, syukurlah," Kathy pun bernafas lega. Dia melihat kembali wajah bayinya yang sedang tidur.
"Son masih tidur?" tanya Tom sambil duduk di ranjang bayi bersama Kathy yang tampak terus memandangi Son sedari tadi.
"Iya," jawab Kathy. Senyum tipis mengambang di bibirnya. "Lihatlah wajahnya. Sangat menakjubkan. Aku tak percaya aku sudah melahirkan seorang bayi laki-laki yang begitu tampan dan lucu. Sembilan bulan dia berada di dalam kandunganku."
"Tentu saja, Kath. Bayi kita sangat tampan dan lucu. Dia akan tumbuh menjadi anak yang sehat, kuat, dan pintar. Dia juga akan mewarisi sifat-sifat baik yang kamu miliki," balas Tom.
Kathy tertawa kecil. "Bukankah yang memiliki sifat-sifat baik dan sabar itu kamu, Tom?" ledek Kathy. "Sedangkan aku keras kepala dan semaunya. Untung ketemu kamu yang selalu bersedia mengalah untukku," senyum Kathy.
"Haha," Tom pun tertawa lepas. Tapi tawanya hanya berupa tawa kecil dan singkat. Dia tak ingin suara tawanya mengganggu tidur Son kecil yang sedang lelap.
Tom berada di kamar bayi menemani Kathy sampai Elen masuk ke sana bersama Jessica, baby sitter untuk Son.
Pandangan Tom dan Kathy segera mengarah pada mereka berdua saat Elen dan Jessica berjalan mendekat.
Jessica berhenti saat langkahnya sampai di dekat ranjang bayi dan di depan Kathy.
Kathy melihatnya lekat seolah ingin memastikan kalau baby sitter yang akan menjaga Son ini memang benar-benar bisa dipercaya.
Dia harus terampil melakukan pekerjaannya dan berpengalaman melakukan tugasnya. Harus rajin, bersih, sabar, lembut, dan penyayang. Dan tentunya harus memiliki tubuh yang sehat dan kuat. Juga stamina yang bagus karena menjaga bayi yang baru lahir itu sangat melelahkan dan menguras tenaga sebab menjaganya tiada henti kecuali waktu sang bayi tidur.
"Ini baby sitter yang akan menjaga Son kecil, Kath," kata Elen yang berdiri di depan Tom dan di samping Jessica.
Kathy mengangguk. "Iya, siapa namamu?" tanya Kathy langsung pada gadis muda di depannya.
"Jessica, Bu," jawabnya ligat.
"Jessica, ini Bu Kathy, mamanya Son," Elen memperkenalkan Kathy pada Jessica.
"Iya, Bu Elen," Jessica mengangguk lalu menatap Kathy yang duduk di ranjang bayi bersama Tom.
"Iya, baguslah, Jessica. Akhirnya kamu datang juga untuk menjaga Son kecil-ku," kata Kathy sambil tersenyum lega.
"Aku boleh melihat bayinya, Bu Kathy?" tanya Jessica sopan.
"Iya, lihatlah, Jes. Dia sedang tidur. Tadi sudah minum susu sekitar setengah jam yang lalu. Satu setengah jam lagi dia harus minum susu lagi," kata Kathy.
"Iya, Bu Kathy. Aku yang akan membuatkan susu untuk bayinya nanti," kata Jessica sambil melongokkan wajahnya memandang Son kecil.
"Iya, Kath. Ayo kita balik ke kamar kita sekarang. Biar Jessica yang menjaga Son dan membuatkan susu untuknya nanti," kata Tom.
"Aku harus memberitahunya dulu berapa sendok susu yang harus dibuat berikut takaran airnya," kata Kathy sambil bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah meja di mana ditaruh susu bubuk dalam kaleng dan termos air panas.
Jessica mengikutinya karena Kathy memberinya isyarat.
"Biarkan Elen yang memberitahunya," kata Tom.
Sepertinya Tom tidak ingin Kathy menunda-nunda lagi untuk balik ke kamar mereka beristirahat setelah dari tadi menolak terus. Tom takut Kathy akan menghabiskan waktu yang banyak untuk memberitahu Jessica cara membuat susu atau menjaga Son padahal Jessica seorang baby sitter dan pastinya mengerti melakukan hal-hal yang berkenaan dengan keperluan bayi. Kalaupun harus diberitahu biarlah Elen yang memberitahunya, pikir Tom yang sudah merasa sangat lelah dan ingin segera beristirahat di kamarnya.
Sebenarnya dari tadi sepulang dari rumah sakit Tom bisa langsung beristirahat di kamarnya. Tapi Tom tak melakukannya karena Kathy masih bersikeras menemani Son. Jadi mau tak mau Tom pun menemaninya sampai baby sitter yang akan menjaga Son datang.
Sekarang baby sitter-nya sudah datang, seharusnya Kathy bisa segera menemani Tom balik ke kamar mereka sendiri. Tom tidak ingin menunggu lagi sampai Kathy selesai memberitahu Jessica ini dan itu. Bukankah Elen bisa memberitahunya atau bahkan Jessica pun tahu sendiri karena toh dia seorang baby sitter yang sudah berpengalaman.
"Iya, Kath. Kamu baliklah ke kamar bersama Tom," kata Elen. "Biar aku yang memberitahu Jessica segala hal yang berkenaan dengan tugasnya."
"Kamu tidak menjaga Son kecil di rumah sakit, bagaimana kamu bisa tahu apa saja kebiasaannya? Jam biasanya dia minum susu atau tidur atau saat dia menangis dan sebagainya?" Kathy melirik Elen dengan mata bertanya.
Sepertinya Kathy pun sudah lelah tapi belum bisa beristirahat juga karena masih harus memastikan segala yang terbaik untuk Son. Dia ingin baby sitter yang datang ini menjaga Son dengan sebaik-baiknya seperti yang dilakukannya sendiri di rumah sakit.
Elen menarik nafas panjang. Sering dia harus mengalah pada keinginan Kathy. Sama seperti Tom.
Elen melirik Tom yang balas memandangnya. Tom mengangkat bahunya pertanda dia tidak berdaya dan harus mengalah juga. Sementara Kathy pun berbincang-bincang dengan Jessica atau tepatnya menginterogasinya. Berusaha mengetahui lebih jauh seluk beluk dan keterampilannya. Termasuk pengalaman Jessica menjaga 2 bayi sebelumnya dan alasan kenapa dia berhenti.
"Masa kontrakku sudah habis di 2 tempat itu," jawab Jessica. "Kedua bayi yang kujaga sebelumnya yang satu sangat rewel suka menangis walaupun tidak sedang lapar, haus, dingin, atau ngantuk. Yang satunya lagi rewel karena sering sakit. Jadi memang kewalahan menjaga mereka berdua," cerita Jessica terus terang saat Kathy ingin tahu.
"Oh, begitukah?" reaksi Kathy. "Semoga saja Son tidak begitu. Serasaku, selama di rumah sakit bayiku ini sangat baik dan tidak macam-macam. Tidak juga rewel atau suka menangis tanpa sebab. Dia menangis saat dia merasa lapar, haus, atau kurang nyaman saja."
"Iya, Bu Kathy. Bayi memang akan menangis karena hal-hal itu. Biasanya dia akan berhenti menangis saat hal-hal yang dibutuhkannya itu dipenuhi. Kalau popoknya basah dan tidak segera diganti dia juga akan merasa kurang nyaman dan menangis. Atau kalau ada suara berisik yang mengganggu tidurnya," beri tahu Jessica layaknya seorang penjaga bayi profesional yang sudah berpengalaman.
"Betul, Jes. Aku setuju!" seru Kathy lalu tertawa lebar. Sekarang, dia merasa bisa mempercayai Jessica dan mempercayakan Son kecil dijaga olehnya.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Erni Sari
Rindu pelukanmu hadir kembali Thor.
semangat, di tunggu upnya
2022-08-20
1