Bab 5
"Siapa namanya, Tom?" tanya Elen ingin tahu.
"Son. Iya, kita sudah sepakat untuk memberinya nama Son Simon kan, Kath?" kata Tom sambil melirik Kathy.
"Iya. Namanya Son Simon. Wilson Simon," kata Kathy menyebut nama lengkap anak yang baru dilahirkannya sambil memandang Elen. Dia menjawab pertanyaan Elen dengan suara jelas seolah-olah mengingatkan kalau itulah nama bayinya.
"Nama yang bagus sekali, Tom," Elen melempar pandang ke arah Tom. "Tomas Simon. Wilson Simon," katanya menyebut 2 nama itu.
"Nama Wilson memiliki arti yang bagus," jelas Kathy.
Sewaktu hamil, Kathy sudah mencari nama yang cocok untuk calon bayinya. Dia ingin nama itu memiliki arti yang bagus. Kathy mencari arti namanya itu di buku nama bayi dan menemukan arti nama tersebut. Nama Wilson berarti anak yang selalu diberkati, memiliki kemampuan berbicara yang baik, menarik dan perhatian, memiliki jiwa pembimbing dan penyembuh, tidak dibuat-buat dan unik. Selain itu Wilson juga berarti: adil, baik hati, dan selalu ingin sempurna.
"Oh, begitukah?" Kathy manggut-manggut. "Ohya, aku lupa mengucapkan selamat pada kalian berdua," kata Elen. "Selamat ya, Tom, Kathy," Elen melihat pada Tom kemudian Kathy.
"Iya, terima kasih," jawab Kathy.
"Tampaknya aku harus ke dapur sekarang untuk merebus botol susu supaya bisa segera digunakan. Son pasti sudah lapar," kata Elen.
"Iya, bergegaslah," kata Tom.
Elen pun pamit dan berbalik menuju pintu kamar. Dia tak perlu ribet lagi mencari botol susu yang harus direbus karena segala peralatan makan bayi sudah disiapkan jauh-jauh hari sebelum Kathy melahirkan. Peralatan itu ada di dapur dan Kathy sedang berjalan menuruni tangga menuju dapur untuk mempersiapkan botol susu yang bersih dan aman supaya bisa digunakan Son.
Sementara Elen berada di dapur, Tom dan Kathy mendekati Son lalu mencium pipi mungilnya.
Entah karena mendapat ciuman di pipi dari kedua orangtuanya atau karena mendengar suara percakapan atau mungkin juga karena tidurnya sudah cukup, Son pun membuka matanya dan memandang mereka.
"Wah, bayi kita sudah bangun, Tom," kata Kathy. "Lihat, matanya indah dan hidungnya mancung sekali seperti kamu. Dia benar-benar mirip kamu, Tom. Rahangnya lebar dan jantan. Wajah laki-laki," kata Kathy bertubi-tubi memuji bayinya sendiri.
"Kurasa dia ada mirip kamu juga, Kath," kata Tom. "Kamu cantik. Dan dia tampan."
"Tapi wajahnya menyerupaimu, Tom," protes Kathy.
"Hahaha. Aku tidak setampan itu," Tom tertawa. "Dia lebih mirip kamu yang cantik."
Kathy pun tertawa senang. Keduanya berebutan mencoel dan mencium pipi Son yang mungil.
"Halo, Wilson. Son kecilku. Son Sayang," kata Kathy dengan mata berbinar menatap wajah bayinya.
"Halo, my boy. Bayi kecilku yang lucu dan tampan. Ini papamu, Sayang. Ayo lihat Papa," Tom nggak mau kalah. Dia juga mendekatkan wajahnya ke wajah Son dan menatapnya dengan mata berbinar seperti Kathy.
Pasangan yang baru menjadi sosok ayah dan ibu itu tampak sangat bahagia dan bangga berada di dekat bayi mereka.
Sementara sang bayi yang baru berusia 5 hari dan diselimuti bedong hanya bisa menatap mereka dengan mata yang terbuka tanpa bisa membalas karena dia belum pintar bicara. Kedua tangan dan kakinya tersembunyi di dalam kain bedong yang harus dipakainya setiap hari sampai dia berumur 1 bulan.
Tentu saja itu untuk melindunginya dari udara luar yang dingin. Karena selama 9 bulan berada dalam rahim ibunya sang bayi merasakan kehangatan. Perubahan ekstrem dari dalam kandungan ke dunia luar sudah pasti membuatnya terkejut dan dingin.
Karena itulah dia diselimuti bedong untuk memberinya kehangatan sampai sebulan kemudian baru dilepas setelah dia belajar menyesuaikan diri dengan suhu di luar kandungan. Namun bedong itu diganti dan dicuci tiap hari setelah bayi itu dimandikan 2 kali sehari.
Bayi itu juga dipakaikan kaos kaki dan kaos tangan supaya tidak merasa kedinginan pada ujung-ujung tangan dan kakinya.
"Rasanya aku tidak ingin berpisah dengan bayi kita walau semenit pun," kata Kathy. Matanya masih menatap Son dengan binar bahagia.
"Aku juga," kata Tom. "Dia sangat lucu, tampan, dan menggemaskan," Tom juga belum menjauhkan wajahnya dari wajah Son. Begitu juga Kathy.
"Hati-hati dengan luka bekas operasimu, Kath," ingat Tom saat melihat Kathy agak melipatkan perutnya untuk bisa mencium pipi Son yang sedang berbaring di atas ranjang.
"Iya, memang masih terasa nyeri," kata Kathy lalu dia pun ingat untuk menegakkan kembali punggungnya dengan hati-hati.
"Kalau tidak, kita tidur saja di kamar ini menemani bayi kita malam nanti, Tom," usul Kathy.
Tom tercekat. "Kurasa tidak, Kath," jawabnya. "Kamu baru melahirkan dan butuh banyak istirahat untuk memulihkan dirimu sendiri. Tidak boleh terganggu tengah malam oleh tangisan bayi kita atau untuk membuatkan susu. Nanti kamu jadi kurang tidur," tolak Tom. "Kamu harus istirahat yang cukup dan makan yang bergizi supaya lekas pulih. Apalagi kamu melahirkan dengan operasi. Setidaknya butuh 2 bulan untuk memulihkan diri."
Kathy pun tersadar setelah mendengar kata-kata Tom itu. Dia merasa harus menjaga diri dengan baik supaya ke depannya bisa mengasuh dan merawat Son kecil. Kalau tubuhnya sendiri tidak sehat, bagaimana nanti dia bisa menjaga Son kecil? Jalan masih panjang untuk hal itu. Tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu masih harus dijalani. Dan kesempatan untuk itu masih banyak asalkan dia bisa menjaga dirinya sendiri dan memulihkan tubuhnya kembali sampai benar-benar sehat.
"Jadi malam nanti kita tidur di kamar kita sendirikah, Tom?" tanya Kathy.
"Tentu saja," jawab Tom.
Son kecil yang terbangun dan memandang kedua orangtuanya mulai mengeluarkan suara mengisak. Sepertinya dia merasa lapar. Isyarat bayi kalau dia merasa lapar atau tidak nyaman pastilah menangis karena dia belum bisa bicara untuk mengatakan hal itu.
"Sebentar lagi Elen akan mengantarkan botol susunya ke sini. Aku yang akan membuatkan susu untuk Son kecil," kata Kathy sambil bangkit dari ranjang bayi yang sedang didudukinya dan berjalan ke meja yang ada di kamar itu yang mana ditaruh termos air panas dan susu bubuk dalam kaleng.
Sementara Tom menenangkan Son kecil yang mulai menangis. Dia pasti merasa lapar karena sudah 2 jam lebih semenjak dia minum susu yang terakhir kali di rumah sakit.
"Kenapa Elen lama sekali?" cetus Kathy sambil memeriksa susu formula dalam kaleng dan menyentuh termos air panas. Memang termos itu tidak menimbulkan suara air bergoyang di dalamnya karena isinya masih penuh. Elen pasti menyiapkannya tadi.
"Sabar ya, Sayang. Sebentar lagi," bujuk Tom pada Son kecil yang menangis. Dia berinisiatif untuk menggendong Son dari atas ranjang ke dalam pelukannya dan mengayun-ayunkannya supaya dia berhenti menangis.
Sementara Kathy sudah berdiri di meja di mana terdapat susu bubuk kaleng dan termos. Dia menunggu kedatangan Elen dengan tidak sabar karena botol susunya belum juga diantarkan ke dalam kamar.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Inru
Oh iya, favorit sudah mendarat ya thor
2022-08-17
1
@Kristin
lanjut Thor 💪
2022-08-16
1
Erni Sari
Lanjut terus thor.
di tunggu upnya,.
sudah masuk favorit
2022-08-15
1