Bab 1
Suatu hari di bulan Mei 2003, di sebuah rumah sakit mewah di kawasan pemukiman elit di kota Medan, terdengar tangisan bayi menggema dari sebuah ruang operasi.
Seorang bayi tampan telah dilahirkan ke dunia melalui perjuangan berat seorang ibu yang mengandungnya selama 9 bulan.
Bayi laki-laki tampan itu lahir lewat operasi cesar karena posisinya yang sungsang. Sebelumnya, seorang dokter anestesi menyuntikkan obat bius lokal pada daerah punggung ibu bayi tersebut yang membuatnya merasakan kenyerian yang amat sangat, lebih nyeri daripada kontraksi bayi dalam rahim.
Setelah itu, dokter kandungan melakukan operasi menyayat 15 sentimeter pada dinding perut di bagian rahim untuk mengeluarkan bayi tersebut. Para suster di ruang operasi membantu jalannya persalinan dengan berdiri di dekat dokter dan mengelilingi ibu itu.
"Selamat ya, bayimu laki-laki. Sangat tampan," begitu dia mendengar suster berkata di sampingnya sambil mendekatkan bayi yang baru dikeluarkan dari dalam rahim.
Dia pun menoleh ke samping kanan untuk melihat wajah bayi yang didekatkan di samping wajahnya. Dia tersenyum lega mengetahui bayinya baik-baik saja dan melihat wajah bayinya itu memang sangat tampan.
"Bayi Ibu akan kami mandikan dulu," kata suster lalu menjauhkan bayi tersebut darinya.
Dia pun hanya bisa memejamkan mata karena merasakan kantuk yang amat sangat sementara dokter menutup kembali luka sayatan di dinding rahim dan dinding perutnya.
Saat dia terbangun, hari sudah menjelang malam. Dia melihat para suster bersiap-siap memindahkannya ke ruangannya sendiri di lantai 8 ruang VVIP.
Tubuhnya sama sekali terasa kaku. Nyeri mulai terasa di bagian bekas sayatan pisau operasi. Suaminya yang menunggunya sedari tadi segera menyongsongnya dan mengikuti arah jalannya ranjang beroda yang sedang didorong keluar oleh beberapa suster.
"Anak kita laki-laki, Kath. Sehat dan tampan," begitu kata suaminya sambil tersenyum bahagia di samping ranjang beroda yang terus bergerak.
Para suster mendorong ranjang itu memasuki sebuah lift diikuti suaminya. Setelah seorang suster menekan tombol 8, lift pun bergerak ke atas.
Sampai di lantai 8, ranjang beroda itu terus didorong hingga sampai di depan pintu sebuah kamar VVIP yang begitu dikuakkan terasa sangat dingin dan nyaman. Ada ranjang besar yang sedang menanti, ditambah sofa, kursi dan meja.
Para suster mendorong ranjang beroda mendekati ranjang besar yang ada di ruangan yang lumayan besar dan luas. Dengan memakai alas kain lebar yang ditaruh di belakang punggungnya, dia pun dipindahkan ke ranjang besar.
Setelah itu seorang suster berpesan padanya kalau dia baru boleh meminum sedikit air setelah buang angin. Lalu mereka pun keluar dari ruangan itu dan membiarkannya dengan suaminya di dalam ruangan. Sekarang, mereka bisa berbicara dengan bebas.
"Syukurlah, akhirnya kita punya seorang bayi. Bayi laki-laki yang sehat dan tampan. Terima kasih ya, Sayang," Tom menggenggam tangan istrinya yang terbaring di ranjang pasien.
Istrinya, Kathy menjawab dengan senyum kecil. Hatinya terasa lega. Semburat kebahagiaan merona di pipinya. Bila diperhatikan, istri Tom ini berwajah sangat cantik. Matanya besar dan indah, hidungnya mancung, dan bentuk mukanya agak lonjong.
"Maaf, Sayang, telah membuatmu menunggu lama," bisik Kathy dengan suara kecil dan serak.
"Tidak. Jangan bilang begitu," jawab Tom. Dia masih menggenggam tangan istriya. "Beberapa jam menunggumu keluar dari ruang operasi rasanya lebih lama daripada 2 tahun menunggu kehamilanmu. Tapi semua itu tidak lagi masalah sekarang karena kamu sudah melahirkan seorang bayi laki-laki untukku. Bayi laki-laki kita. Terima kasih, Kath. Aku mencintaimu," Tom menundukkan wajahnya mendekati wajah istrinya lalu mengecup kening dan pipinya.
"Aku mencintaimu juga," balas Kathy dengan senyum bahagia.
Rasanya, tidak ada lagi yang kurang dalam keluarga Tom Simon Selain kaya-raya, memiliki perusahaan besar, istri cantik, anak laki-laki tampan, dia juga memiliki keluarga kecil yang rukun dan harmonis karena keduanya, Tom dan Kathy adalah suami istri yang saling mencintai, menghargai, dan memahami satu sama lain. Tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan dalam keluarga kecil mereka selain tentunya tugas dan tanggung jawab membesarkan sang buah hati yang barusan dilahirkan ke dunia.
"Aku ingin melihat bayi kita," kata Kathy.
"Sabar, Sayang, sebentar lagi suster akan membawakannya kepada kita setelah diberi minum," kata Tom.
Kathy tersenyum. "Aku ingin minum sedikit," katanya lagi.
"Oh, kamu sudah dengar pesan suster tadikah?" tanya Tom.
"Sudah," jawab Kathy. "Berikan aku air sedikit."
Tom segera melangkah mendekati meja di mana terdapat piring, mangkuk, sendok, dan cangkir. Dia mengambil sebuah cangkir yang ada di atas meja dan membawanya menuju dispenser air yang ada di ruangan itu. Diambilnya secangkir air dari dispenser panas dan dingin supaya istrinya bisa minum air hangat. Setelah itu dibawanya mendekati Kathy. Tak lupa dia mengambil sebuah sendok untuk menyendoki air di dalam cangkir supaya Kathy yang sedang terbaring lebih mudah meminumnya.
Tom memberi Kathy beberapa sendok air hangat dengan tangannya. Dia memperhatikan wajah istrinya masih terlihat lelah dan pucat.
Setelah Kathy meminum air hangat yang disodorkan Tom, Tom menaruhnya kembali ke atas meja.
"Kamu pasti lapar," kata Kathy. "Belum makan ya, Sayang?" tanyanya.
"Belum," jawab Tom.
Sesaat setelah Tom berkata begitu, pintu ruangan dibuka dari luar. Seorang pramusaji perempuan yang bertugas di bagian dapur rumah sakit membawa masuk 2 piring nasi berikut lauk dan buah yang sudah ditaruh di dalam piring. Kedua piring itu ditutupi plastik putih transparan yang direkatkan ke sisi-sisi piring sebagai penutup makanan dari debu. Pramusaji itu mengambil 2 piring nasi dari meja yang didorongnya menyusuri sepanjang koridor rumah sakit dan diberhentikan di depan kamar pasien.
Dua piring nasi itu tentunya untuk yang menjaga pasien dan pasien itu sendiri. Juga ada jus buah yang ditaruh dalam cangkir. Semua itu diletakkan pramusaji di atas meja yang ada di ruangan Kathy.
Sementara para suster mengurus para bayi yang baru dilahirkan di kamar bayi; memberi mereka susu, menidurkan, atau menggendong saat dokter memberi mereka imunisasi, para ibu yang melahirkan memulihkan diri mereka sendiri di kamar pasien.
Bila ada dokter atau suster yang bertanya, apakah para ibu itu memilih untuk menyusui bayi mereka sendiri ataukah memberikannya susu formula, dan mereka menjawab menyusui sendiri, maka bayi itu akan dibawakan ke ruangan mereka untuk digendong pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Pastinya, ibu yang baru melahirkan akan memproduksi ASI sendiri secara alamiah karena dorongan hormon prolaktin yang dilepaskan setelah dia melahirkan.
Pastinya, semua antibodi yang dimiliki ibu yang menyusui akan berpindah ke bayinya dan menjadi antibodi alami bayi tersebut hingga dia dewasa.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Ucy (ig. ucynovel)
bulan lahirku 😊
2023-03-01
0
Rosni Lim
Iya sama 🤗
2022-08-17
0
Inru
Alhamdulillah, bayi sudah keluar. Ikut seneng bacanya😊
2022-08-17
1