Bab 12
Tom dan Kathy terbangun saat jam menunjukkan pukul 6 sore. Keduanya menggeliat dan terbangun secara bersamaan.
Tom menguap pertanda masih ngantuk dan capek tapi lebih lumayan daripada tadi. Sementara Kathy yang berbaring di sampingnya pun ikut menguap tapi Kathy merasa lebih segar.
"Akhirnya bisa tidur sejenak tanpa beban pikiran bayi kita terbangun sewaktu-waktu," kata Tom dengan nafas lega. Dia masih enggan bangkit dari ranjang. Tangannya mendekap dan membelai kepala Kathy yang menumpu di dadanya.
Kathy tersenyum tipis. Dia merasa lebih lega juga setelah beristirahat sejenak dari lelahnya melahirkan dan memulihkan diri plus menjaga bayinya selama 5 hari. Walaupun Kathy menjaga Son secara bergantian bersama Tom dan suster di rumah sakit, namun itu cukup menguras tenaga dan waktu tidurnya.
"Jadi kita turun ke bawah menghirup udara sore di taman sebelum makan malam?" tanya Tom sambil tangannya tetap membelai kepala Kathy.
"Hmmm... aku mau ke kamar Son sebentar melihatnya sebelum kita turun ke bawah makan malam," jawab Kathy.
Dia menarik kepalanya yang bertumpu di dada bidang Tom dan bangkit dari baringnya. Digesernya duduknya hingga ke tepi ranjang lalu turun dari sana menapak lantai kamar.
"Hah... masih harus kembali dulu ke kamar Son?" tanya Tom seolah tak mengerti. Ada nada keberatan di suaranya.
"Iya, Tom. Aku mau memastikan sejenak apakah Son terbangun tadi dan sudah diberi minum oleh Jessica," jawab Kathy.
"Wah, wah, nanti kamu lama lagi di kamar Son," kata Tom yang ikut bangkit dari baringnya di atas ranjang. Dia menggeser kakinya menapak lantai juga.
"Kita sekarang sudah menjadi orangtua Tom. Tidak bisa lagi bebas lepas tanpa tanggung jawab sebagai orangtua mengawasi anak dan memberi perhatian," kata Kathy memberi alasan.
"Iya, memang," balas Tom. "Tapi tidak mesti sampai seketat itu kan karena anak kita sudah ada baby sitter yang menjaganya dan Elen yang mengawasinya."
"Bagaimanapun sebagai orangtua aku tak mau lepas tangan begitu saja membiarkan orang lain yang menjaga dan mengurus anakku," kata Kathy tegas. "Toh aku tidak ada kegiatan lain yang harus dilakukan sebagai seorang ibu kecuali ikut memperhatikan Son."
"Iya, Kath. Memang betul itu," kata Tom sambil berusaha menahan rasa tidak enak di hatinya.
Walaupun Tom menyayangi Son juga sebagai seorang ayah, tapi dia merasa ada sesuatu yang diambil darinya semenjak kehadiran Son, yaitu perhatian dari Kathy sebagai seorang istri. Tom merasa Kathy seolah lupa pada tugasnya yang dulu sejak adanya Son. Kathy seolah lupa kalau dia bukan hanya ibu dari seorang bayi tapi juga istri dari seorang laki-laki.
Apakah salah jika Tom merasa tersaingi? Itu hal yang wajar bagi seorang laki-laki muda seperti Tom. Bahkan bila mereka sudah tua nanti, Kathy pun tidak boleh lupa akan tugasnya sebagai seorang istri mengurus dan mendahulukan suami.
Sekarang saja saat Son masih bayi berusia 5 hari, Kathy pun sudah mulai lupa akan tugasnya sebagai seorang istri. Bahkan Kathy seolah menugaskan Tom juga untuk ikut serta menjaga dan mengawasi Son sebagai seorang ayah. Lalu apa lagi gunanya baby sitter yang digaji mahal dan kepala pelayan yang dipercayai untuk mengawasi pekerjaannya sekaligus bayi mereka?
Kenapa Tom tidak bisa berpikir dengan tenang semenjak adanya Son? Padahal itu adalah buah hatinya bersama Kathy yang sudah mereka nantikan sekian lama? Cemburukah dia pada bayinya sendiri? Cemburukah karena Kathy memberi perhatian yang berlebih pada bayi mereka?
"Aku ke kamar Son sebentar," kata Kathy membuyarkan lamunan Tom.
"Iya, pergilah," kata Tom. "Jangan terlalu lama karena sebentar lagi kita mau makan malam."
Kathy tak sempat menjawab karena dirinya sudah telanjur keluar dari kamar dan berjalan menuju kamar Son.
Tinggallah Tom di kamar sendirian. Mau turun ke bawah atau ke taman menghirup udara sore rasanya enggan kalau tidak ditemani Kathy. Lagipula sebentar lagi malam dan pukul 7 nanti mereka sudah harus duduk di meja makan menikmati hidangan yang dimasak oleh pelayan di rumah Tom yang bertugas memasak.
Tom menggeser duduknya mendekati bagian atas ranjang dan bersandar di sandarannya yang terbuat dari kayu jati. Dia meraih hp android-nya yang tadi diletakkannya di meja kecil yang ada di sisi ranjang.
Tom mulai mengutak-atik hp android-nya dan membaca berita-berita di media sosial. Sebenarnya dia tidak ada minat sama sekali untuk mengutak-atik hp-nya, tapi karena dia sendirian tidak ditemani Kathy jadi Tom pun membuang rasa bosannya sambil menunggu Kathy balik dari kamar Son.
Pikirannya tidak bisa fokus membaca berita di media sosial lewat jaringan internet Wi Fi yang terpasang di rumahnya. Hatinya terasa sunyi tanpa Kathy di sampingnya. Pikirannya selalu melayang pada istrinya itu dan pada perubahan yang harus diterimanya semenjak kehadiran Son.
Tak bisa dipungkiri, Tom sangat mencintai Kathy. Dia ingin semua yang terbaik untuknya. Dia juga selalu ingin membuatnya bahagia karena melihat Kathy bahagia dirinya juga senang. Namun kenapa untuk hal yang satu ini, melihat istrinya lelah mencurahkan seluruh perhatiannya Son, Tom merasa keberatan? Padahal Son adalah anak mereka juga. Tak mungkin Tom sampai harus cemburu pada anak sendiri. Apalagi anak itu masih sangat kecil dan tak berdosa. Hanya bayi berusia 5 hari yang belum mengerti apa-apa. Bahkan tubuhnya pun masih begitu mungil dan lembut.
Tom lelah sendiri dengan pikirannya. Walaupun dia merasa bosan di kamar sendirian, namun dia juga tidak ingin ke kamar Son melihat bayinya itu atau melihat apa yang sedang dilakukan Kathy. Bukankah masih ada Jessica atau bahkan Elen di kamar itu. Tom merasa tak perlu ikut bergabung dengan heboh menjaga dan mengurus Son. Menurutnya Jessica seorang pun sanggup untuk menjaga Son tanpa perlu meminta bantuan Elen atau Kathy.
Kenapa hanya untuk mengurus seorang bayi kecil saja sampai harus melibatkan 3 orang? Ya ampun. Untung saja dia tidak dimintai Kathy ikut menjaga Son seperti yang dilakukannya selama 5 hari di rumah sakit. Bisa-bisa nanti pekerjaannya di kantor perusahaan miliknya terbengkalai. Iya, Tom masih pemilik sebuah perusahaan yang harus melakukan banyak hal demi kelangsungan jalannya perusahaan tersebut.
Berpikir demikian, Tom pun memutuskan untuk menghirup udara sore sendirian di taman sambil menunggu tibanya jam makan malam.
Tom bangkit dari duduknya di atas ranjang dan berjalan keluar kamar. Dia melangkah menuju tangga ke lantai 1 dan mengabaikan bisikan hatinya untuk melihat Son sebentar di kamarnya. Biarlah, toh bayinya itu sudah dikelilingi 3 wanita cantik di dekatnya yang menjaga dan memperhatikannya. Hanya Tom yang seolah tersisihkan karena kehadiran Son kecil di rumahnya ini.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments