Bab 11
Sementara Tom dan Kathy istirahat di kamar utama, Elen dan Jessica bersama Son kecil di kamar bayi.
Saat Tom dan Kathy tertidur lelap di kamar mereka, Son kecil terbangun dari tidurnya.
Elen yang sedang menanyai Jessica pun menoleh ke arah Son. Begitu juga Jessica. Mereka segera mendekati ranjang bayi untuk melihat Son.
Jessica menggendong Son dengan 2 tangan. Bayi itu terbangun tapi tidak menangis. Matanya melihati Jessica yang sedang menggendongnya. Tentu saja Son kecil belum bisa membedakan yang mana mamanya dan yang mana orang lain karena umurnya baru 5 hari. Butuh waktu lebih lama berada di dekat seorang bayi sampai dia mengenali siapa orang yang selalu menjaganya.
Elen yang berdiri di dekat Jessica melongokkan wajahnya melihat Son. Dia menggerakkan jari-jari tangannya untuk mencoel pipi Son. Bayi itu tampak sangat lucu dan menggemaskan. Elen hampir tak kuasa untuk tidak menciumnya namun dia tahu itu tidak bagus bagi bayi dicium sembarang orang. Barangkali hanya papa atau mamanya yang lebih leluasa melakukan itu.
"Lihat, dia sangat tampan," kata Jessica yang tak mampu menyembunyikan rasa kagumnya saat memandang Son kecil yang ada di gendongannya.
"Iya, dia mirip Tom. Tapi Son lebih tampan karena bentuk rahangnya tegas," kata Elen. "Kelak dia akan tumbuh menjadi seorang laki-laki yang berhati kuat."
"Itu pasti," Jessica setuju dengan kata-kata Elen.
"Kenapa dia tidak menangis digendong olehmu?" heran Elen. "Tadi dia menangis digendong papanya."
Jessica tersenyum. "Bayi tahu siapa yang sudah biasa menggendong hingga merasa nyaman. Karena itulah dia tak menangis.
"Oh, benarkah begitu, Son?" tanya Elen pada Son kecil yang tentu saja belum mengerti apa yang sedang diperbincangkan 2 orang di dekatnya.
Son kecil cuma menatap Elen dengan tatapan tak mengerti. Tapi itu cukup membuat Elen gemas.
"Kamu buatkanlah susu untuk Son. Biar aku yang gendong dia," kata Elen. Dia merasa penasaran karena sedari tadi belum sempat menggendong Son.
"Baiklah," Jessica pun mengoper Son kecil yang sedang digendongnya ke gendongan Elen. "Kepalanya didempetkan ke lengan bagian atas sedangkan punggungnya bertumpu pada pegelangan tangan," Jessica memberi tahu Elen cara menggendong bayi yang benar.
Walaupun dulu Elen pernah menggendong dan menjaga anak tetangganya, tapi itu sudah lama sekali dan dia hampir lupa. Sekarang, saat Jessica memberitahunya, dia seperti diingatkan kembali.
"Iya, aku ingat sekarang. Aku bisa," kata Elen saat Son diserahkan Jessica ke tangannya. Elen tentu saja menggendongnya dengan hati-hati karena Son adalah buah hati Tom, laki-laki yang diam-diam dicintainya sejak dia dan ibunya diterima tinggal dan bekerja di rumah ini.
Setelah Son digendong Elen dengan baik, Jessica pun berjalan ke meja yang di kamar bayi untuk membuatkan susu untuk Son.
Dia ingat apa yang dipesan Kathy tadi. Berapa sendok susu bubuk harus dia taruh di botol susu berikut berapa ml air minum sebagai campurannya. Tentunya, Jessica melarutkan dulu susu bubuk yang sudah disendoknya ke dalam botol susu dengan campuran air panas sebanyak 20 ml dari termos. Setelah itu baru menambahnya dengan air minum sampai pas 150 ml sesuai takaran yang tertulis di botol susu tersebut.
Elen menggendong Son dengan senang sementara Jessica membuat susu untuk Son.
Setelah susu itu selesai dibuat, Jessica membawanya kepada Son.
"Biar aku saja, Bu Elen," kata Jessica sambil mengambil alih Son ke dalam gendongannya.
Elen melihat Jessica menggendong Son dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya memberi minum Son.
Sebagai seorang baby sitter yang sudah berpengalaman 6 tahun dan pernah menjaga 2 bayi, tentunya itu bukan hal yang sulit bagi Jessica untuk menggendong Son sambil memberinya minum. Jessica dengan ligat melakukannya. Tampak begitu rileks dan tidak canggung atau kaku.
Sedangkan bagi orang lain yang belum berpengalaman menggendong bayi sambil memberi minum, itu akan menjadi hal yang sulit. Apalagi bayi yang baru lahir yang baru berumur 5 hari pastilah tubuhnya masih begitu kecil dan lembut. Harus hati-hati menggendong atau mendekapnya.
Elen melihat Jessica dengan santai saja memberi minum Son. Bahkan dia berjalan ke tepi ranjang dan duduk di sana supaya lebih nyaman.
Elen mengikuti langkah Jessica dan duduk di sampingnya di tepi ranjang. Dia memperhatikan Son kecil yang sedang meminum susunya. Mau tak mau hati Elen yang biasanya keras dan tegas menjadi lunak saat melihat bayi Tom itu meminum dari botol susu. Dia merasa Son sangat lucu dan menggemaskan. Seperti malaikat kecil yang hadir ke tengah-tengah keluarga Tom Simon. Dan Elen sangat menyukainya.
"Hidungnya mancung sekali," kata Elen saat Jessica dan dia duduk di tepi ranjang berdampingan sementara Son kecil digendong Jessica meminum susu.
"Aku suka rahangnya yang tegas," kata Jessica. "Wajah laki-laki jantan."
Jessica sudah selesai memberi minum Son. Dia mengeluarkan botol susu yang sudah kosong dari mulut Son kemudian melap sudut-sudut bibirnya dengan kain kecil.
Saat Son kecil dilepas bedong yang membungkusnya selama sebulan nanti, alas kain kecil akan disangkutkan di bawah dagunya supaya susu yang sedang dia minum tidak membasahi bajunya.
"Sudah ya," kata Elen sambil matanya terus memandangi Son. Tak disadarinya kalau dia mulai suka dan sayang sama Son kecil padahal walaupun itu adalah anak dari laki-laki yang diam-diam dicintainya tapi itu juga dilahirkan oleh perempuan yang sebenarnya dibencinya.
"Iya, kamu ingin menggendongnya kembali?" tawar Jessica.
Elen mengangguk. Son kecil pun segera berpindah ke gendongannya.
Jessica bangkit dari duduknya dan berkata, "Aku mau ke bawah sebentar mencuci botol susu ini."
"Iya, pergilah," jawab Elen. "Biar aku yang jaga Son. Tapi kalau nanti kamu sendirian menjaga Son, kamu jangan meninggalkannya sendirian."
"Sebenarnya nggak apa-apa juga, Bu Elen, kalau bayinya sedang tidur kita tinggal sejenak," kata Jessica.
"Lebih baik jangan," kata Elen seperti mengingatkan. Dia ingin Son dijaga sebaik-baiknya oleh Jessica. Jangan sampai lalai sedikit pun. "Kalau kamu ingin makan atau mandi, kamu boleh memanggilku untuk menggantikanmu menjaga Son sejenak."
"Baiklah, Bu Elen," kata Jessica. "Ohya, nanti aku boleh makan malam jam berapa?" tanyanya.
"Sekitar jam 8 malam," jawab Elen. "Biasanya pun aku makan setelah menunggu Tuan Tom dan Nyonya Kathy selesai makan."
"Oh, begitu ya?" balas Jessica.
"Iya, tapi lauk kita ditaruh di meja tersendiri kok, tidak campur dengan lauk Tuan dan Nyonya," beri tahu Elen.
"Siapa yang memasak lauk kita, Bu?" tanya Jessica ingin tahu.
"Ada pelayan di rumah ini yang tugasnya khusus memasak lauk untuk Tuan dan Nyonya. Termasuk lauk untuk kita, para penghuni rumah ini," jawab Elen.
"Oh," Jessica pun manggut-manggut lalu keluar dari kamar bayi dan berjalan menuruni tangga dengan botol susu di tangannya.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Neti Jalia
mampir kk rosni🤗
2022-09-10
1
Erni Sari
like datang
2022-08-21
1