Bryan terduduk lemas di kursi kebesarannya. Ini sudah dua hari berlalu, tapi mereka belum juga mengetahui keberadaan Arumi.
Bryan sampai menyuruh anak buahnya untuk melacak dan mencari Arumi.
Kini beban pikirannya semakin bertambah.
Belum lagi sang kakak yang sepertinya masih marah dengannya. Sang ayah yang terus menanyakan keberadaan Arumi. Amarahnya yang masih meledak pada Tara. Dan rasa bersalah nya pada Arumi.
" Dimana Arumi berada. Kenapa sulit sekali untuk menemukannya. Padahal aku sudah sampai menyuruh anak buah terbaik yang mencari keberadaannya." gumam Bryan dengan menatap kosong ke depan.
Tak lama pintu ruangan Bryan terbuka. Dan masuklah Farel dengan membawa dokumen penting.
" Tuan, ini dokumen yang harus anda tanda tangani. " ucap farel sedikit membungkuk,kemudian memberikannya pada Bryan.
" Sudahkah kalian mendapatkan keberadaan Arumi? Padahal sudah dua hari tapi kalian tidak menemukan jejaknya.!!" ucap Bryan dingin dengan menatap tajam Farel.
" Belum tuan. Maafkan kami yang lalai ini, tapi perkiraan kami. Nyonya Arumi di bawa oleh seseorang yang berpengaruh. Sehingga kita sulit untuk mencari keberadaanya. Apalagi dengan cctv rumah yang di bobol sebelumnya. Dan untuk keberadaan suster Naina juga tidak kami temukan tuan. Dan jika memang mereka hanya mengincar nyonya Arumi saja. Pasti mereka tidak membawa Naina dengan mereka. Sepertinya ini sudah menjadi unsur kesengajaan.!!" ucap Farel.
Bryan menganggukkan kepalanya seakan mengerti dengan ucapan Farel.
" Kamu benar Farel. Apa jangan-jangan Arumi yang meminta Naina untuk membawanya kabur dari rumah..Mengingat aku yang sudah sangat keterlaluan padanya." ujar Bryan.
" Sepertinya tidak seperti itu tuan. Jika Naina membawa nyonya Arumi. Lalu mereka bersembunyi dimana? Apalagi Naina bukan orang berada. Dan hanya seorang anak yatim piatu. Sedangkan nyonya Arumi juga demikian. Saya merasa ada seseorang yang mencoba membantu nyonya Arumi keluar dari sana tuan. Maaf jika pemikiran saya sedikit salah." ujar Farel lagi.
" Pemikiranmu tak meleset sedikitpun. Aku juga merasa seperti itu. Apa jangan-jangan kak Abas yang membantunya. Karena hari itu kak Abas sempat menghajar ku,karena marah dengan perbuatanku pada Arumi yang sepertinya sudah sangat keterlaluan." ujar Bryan dengan menebak.
" Saya belum bisa memastikan seperti itu tuan..Tapi kami akan berusaha untuk mencaritahu di mansion tuan besar,mungkin saja nona Arumi di bawa ke sana. "
" Yah,kau harus melacak,aku juga seperti mencurigai ayah dan kak Abas. Yang sepertinya menyembunyikan sesuatu dariku.!!"
" Baik tuan. Kalau begitu saya mohon undur diri." pamit Farel,kemudian berjalan keluar dari ruangan sang atasan.
Bryan mengambil ponselnya,kemudian menghubungi sang kakak.
Tut
Tut.
Tut
" Ada apa? kenapa kau menghubungiku.!!" tanya Bastian dengan nada dingin.
" Kak,kau masih marah padaku? Aku minta maaf. Aku tidak akan mengulangi kesalahanku padanya lagi. Dan tolong katakan dimana Arumi berada?" ujar Bryan to the point.
" kenapa kau malah menanyakan keadaan istrimu padaku? Apa yang kau lakukan sehingga Arumi pergi dari rumahmu,aku mendengar jika kau sedang mencari keberadaan Arumi.!!Dan kau tidak memberitahukan padaku dan ayah.!!" Bentak Bastian.
Bryan menjauhkan ponsel dari telinganya. Kemudian mendekatkannya kembali.
" Kak, Arumi di culik. Bukan pergi sendiri. Kepala pelayan yang memberitahuku jika seseorang telah datang ke rumah dan membawanya pergi. Aku tidak memberitahukan ayah karena takut ayah akan marah padaku.!!"
" Itu urusanmu. Cari istrimu sampai ketemu, Kalau tidak. Kau akan berhadapan denganku.!!" ujar Bastian,kemudian mengakhiri panggilan telponnya.
" Hallo kak. Hallo. Arghhhhhh!!! kenapa semua semakin kacau seperti ini. Arumi kamu dimana,jangan menyiksaku seperti ini." gumam Bryan.
" apa kak Abas tengah membohongiku? aku merasa jika mereka mengetahui sesuatu !!ini tidak bisa di biarkan. Aku harus menemuinya.!!" batin Bryan kemudian keluar dari ruangannya.
Dia telah berada di basemen dan mengambil mobilnya.
Bryan melajukan mobilnya membelah jalanan kota yang saat itu sedang sangat padat.
Dia menuju kediaman ayahnya.
" Ayah..!!" panggil Bryan.
" Tuan sedang di kantor tuan muda." ucap kepala pelayan saat mendengar Bryan yang memanggil tuan besar.
" Di mana ka Abas?" tanya Bryan dingin.
" Tuan Abas sedang keluar. Baru saja setelah tuan muda datang."
" Kemana dia pergi? apa dia tak memberitahukan mu?" tanya Bryan yang cukup penasaran.
" Tidak tuan. Kami tidak mengetahui kepergian tuan Bastian."
Bryan kemudian keluar dari mansion ayahnya. Karena percuma saja dia berada di sini tapi ayah dan kakaknya tidak ada sama sekali.
drtttt
drtttt
Ponsel Bryan berdering. Dia melihat jika Farel yang menelfon.
" Ada apa?." tanya Bryan.
" Tuan.!! Kami sudah mengetahui keberadaan Nyonya Arumi dan Naina. Mereka sekarang tengah berada di salah satu rumah sakit milik tuan besar." ucap Bryan.
Bryan mengerem mobilnya tiba-tiba. Dan untung saja kondisi jalan itu sepi. Sehingga tidak menimbulkan kecelakaan.
" A-apa!! Jadi ayah dan kak Abas mengetahuinya. Tapi mereka tak memberitahukan ku."
Bryan kemudian mengakhiri telfonnya. Kemudian memutar jalan menuju rumah sakit milik mereka sendiri.
Kini dia telah berada di depan rumah sakit. Bryan masuk ke dalam dan menanyakan keberadaan istrinya dari suster.
Kemudian mereka menunjukan dimana Arumi berada.
Bryan tiba di salah satu ruang rawat VIP. Dia kemudian berdiri di depan pintu dan sempat melihat ke dalam.
Dimana Bastian sedang duduk memperhatikan ponselnya. Dan Naina, yang merupakan suster Arumi, itu sedang menyuapi Arumi.
Wajah Arumi terlihat sangat pucat. Tiba-tiba rasa bersalah datang menghantam Bryan yang sedang terpaku di depan pintu.
Bryan kemudian membuka pintu kamar Arumi dengan perlahan. Dan membuat 6 pasang mata memandang ke arahnya dengan tatapan kaget.
" Bryan.!!" ucap Bastian dingin dengan menatap ke arah Bryan yang terus saja memperhatikan Arumi.
Sedangkan Arumi. Gadis itu menunduk dan tidak menatap Bryan. Dia marah,sedih dan juga takut bercampur menjadi satu.
" Ikut aku keluar.!!" ucap Bastian menarik tangan Bryan.
Dan Bryan yang seperti orang bodoh. Hanya mengikuti ke mana sang kakak membawanya.
Di Hempaskan tangan Bryan kasar, kemudian Bastian menatapnya penuh amarah.
" Mengapa kau datang ke sini? Ingin membalas rasa sakit hatimu pada nya lagi? Jika iya,maka jangan salahkan aku untuk bertindak lebih padamu. Arumi sudah ku anggap seperti saudara Perempuanku sendiri,jadi jangan berani sekali-kali tanganmu mengenai nya. Biar kau adik kandungku sekalipun. Saat ini aku tidak punya hak untuk melarang mu bertemu dengan istrimu sendiri. Karena itu sudah hak mu. Tapi ingat apa yang ku katakan !!" ucap Bastian, kemudian berlalu dari hadapan Bryan. Tapi langkahnya terhenti saat mendengar ucapan Bryan.
" Kenapa kau menyembunyikan ini dariku.!! Tidak seharusnya kau bertindak jauh dari kehendakmu, dia istriku dan hanya adik ipar mu. Bukan berarti kau mempunyai hak untuk membawanya pergi.!!" ucap Bryan dengan menatap sang kakak dengan tak kalah dinginnya.
" Cih,, Apa perlu dia mati di tanganmu. Baru aku bertindak? Lucu sekali ucapanmu. Bahkan kau tidak perlu mengatakan hal yang tak masuk akal itu padaku. Apa kau tuli? aku sudah mengatakan jika Arumi sudah ku anggap seperti adikku sendiri. Jadi melihat dia dengan keadaan terluka seperti itu. Maka aku akan menolongnya,mengingat dia merupakan wanita baik dan setia,tidak seperti kau yang bagaikan pencundang. Dan aku tidak membiarkan dia mati di tanganmu. Sekali lagi jaga ucapanmu padaku, ingat aku yang tertua. Jadi jangan bersikap kurang ajar padaku.!!"
Bastian berlalu masuk ke dalam ruangan Arumi. Sedangkan Bryan. Dia terdiam menatap arah pintu dengan tatapan kosong. Rasa lain timbul saat sang kakak mengatakan hal tersebut.
...
Jangan lupa like dan komen gengs🙏💪
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments