Kau Cantik

Shian bagai terserang aliran listrik, jantungnya berdegup dengan kencang tak beraturan. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi, otaknya begitu sulit membedakan antara mimpi dan kenyataan.

“Ja-Janeth?” ucap Shian terbata.

“Kaukah itu?” Janeth hanya mengangguk dan tersenyum lalu menghampiri Shian dengan beberapa dokumen di tangannya.

“Pak Shian, ini adalah dokumen-dokumen saya yang mungkin bapak butuhkan,” tanpa menanggapi ketegangan Shian gadis itu bersikap sangat biasa saja.

“Tunggu, aku sedikit bingung di sini.” Shian masih berada dalam mode linglung.

Janeth berusaha keras menahan tawanya, ia tau jika Shian memiliki ribuan pertanyaan untuknya hanya saja pemuda itu tidak dapat mengungkapkan di depan umum.

Janeth, kau terlihat cantik. Dan matamu pun indah keabu-abuan. Kenapa aku begitu bodoh tidak mengenalimu saat itu, kaulah si misterius itu, kaulah Cinderella imitasi itu dan kau pun yang menolongku dari kecelakaan maut, ternyata kau tak pernah menghilang! Kau selalu melakukan tugasmu dengan benar tetapi mengapa aku tak menyadarinya! batin Shian dengan mata yang terkagum-kagum.

“Pak Shian, kapan saya mulai bekerja?” tanya Janeth sambil sesekali merapikan rambutnya.

Dia tau jika Shian terus menatapnya dengan intens. Tanpa basa-basi Shian pun meminta Sisil untuk keluar dari ruangan itu dan meninggalkan dirinya bersama Janeth.

“Baby, tapi aku masih ingin bersamamu!” rengek Sisil memandang Janeth dengan tatapan sinis.

“Sisil, tolong gunakan attitude-mu saat berada di kantor, bagaimana pun aku adalah atasanmu di sini,” ucap Shian tanpa melihat sang kekasih yang sedang menghentakan kakinya kesal itu.

“Menyebalkan!” akhirnya ulat bulu itu pun keluar.

Shian menyilangkan kedua lengannya dan berdiri di hadapan Janeth. Ia begitu menikmati sosok mantan asistennya yang kini berubah jadi indah.

“Pak Shian saya sangat tidak suka diperhatikan seperti itu,” ucap Janeth memalingkan wajahnya dari Shian.

“Janeth, maafkan aku.”

“Maaf untuk apa?” tanya Janeth.

“Kenapa kau tak mengatakan jika kau lah gadis misterius itu?” Shian menuntut penjelasan Janeth.

“Mengapa kau tak jujur padaku? Apa kau tau aku hampir gila karena rasa penasaranku padamu selama ini!” Shian semkain mendekatkan wajahnya pada Janeth, entah bagaimana ia sangat tidak bisa mengontrol diri dan ingin menerkam gadis di hadapannya saat itu juga.

“Untuk apa Shian? Seharusnya kau bisa merasakannya!”

“Merasakan bagaimana! Siapa yang bisa menebak jika gadis cantik ini adalah si antik Janetha Anjani?”

“Kau sangat berbeda dari biasanya, dan siapa yang mengubahmu menjadi seperti ini?” Shian begitu terpesona hingga tak rasa kekaguman itu berhasil membangunkan senjata yang selama ini sangat jarang terangsang tersebut.

Tanpa permisi CEO itu menarik tubuh Janeth dan menguncinya di dinding, ia sangat ingin berlama-lama memandang wajah cantik tersebut, wajah yang selama bebarapa hari ini sangat mengganggu tidurnya.

“Shian, apa kau mengunciku di ruanganmu hanya untuk sebuah introgasi tidak bermutu ini?”

“Ibu Ana akan memarahimu jika kau besikap demikian!”

“Janeth, katakan padaku jika kaulah yang menolongku saat itu,” cecar Shian, tanpa melepaskan kungkungannya.

“Kau mempertaruhkan nyawamu untukku. Bayangkan jika saat itu kita berdua terlindas mobil. Apa kau rela mati bersamaku?” Shian masih ingat betapa sosok yang telah menolongnya saat itu sangat kesulitan mengangkat tubuh kekarnya.

“Jangan besar kepala Shian!”

“Saat itu aku hanya sedang menjalankan tugasku saja, tidak ada unsur lain yang mendasari tindakanku saat itu,” elak Janeth.

“Sungguh?”

Janeth, padahal aku sangat berharap jika kau memiliki perasaan padaku, gumam Shian dalam hati.

Jam makan siang.

“Baby aku sudah menyiapakan makan siang untukmu,” ucap Sisil sambil menyodorkan sesuap nasi ke mulut Shian. Awalnya Shian menolak tetapi setelah melihat reaksi Janeth, ia pun mengikuti kemauan Sisil.

Astaga, menyebalkan sekali! Mengapa mereka harus bermesraan di hadapanku! Batin Janeth sambil tetap fokus pada layar laptopnya, meja kerja mereka memang bersebarangan.

Shian tersenyum melihat sekretaris barunya itu menahan kekesalan. Merasakan hawa yang semakin panas dan tidak kondusif akhirnya gadis itu keluar ruangan.

“Janeth, mau kemana?” Shian menghentikan langkah gadis itu.

“Makan siang, Pak.”

“Siapa yang mengijinkanmu keluar ruangan?” tanya Shian sambil tetap menerima suapan dari Sisil.

“Tentu saja makan siang harus di luar ruangan Pak, kalau di dalam namnya pacaran,” ucap Janeth ketus.

“Tapi aku tidak mengijinkanmu keluar ruangan, bawa makananmu ke sini!”

“Dih ogah!” jawab gadis itu sambil melenggangkan kakinya keluar ruangan.

“Janeth jika kau tak kembali dalam lima menit, aku akan memecatmu!”

“Terserah!” lagi-lagi ancaman Shian tidak berpengaruh pada gadis itu, Janeth sama sekali tidak tunduk padanya dan hal itu membuat Shian gemas.

‘Sial, Janeth terlihat begitu seksi!’ batin pria itu merasa tak ikhlas jika pria lain memandang keindahan Janeth.

“Sil, aku sudah kenyang! Lain kali jika aku tak menyuruhmu jangan menyuapiku,” pinta Shian, sungguh tidak jelas.

“Baby, aku merasa kau terus saja memperhatikan Janeth, apa kau mulai jatuh hati padanya? Janeth cantik bukan?”

“Apa yang kau bicarakan Sil?”

“Aku tau kau tidak benar-benar mencintaiku Shian, aku tau aku hanyalah barang taruhan bagimu, tetapi jauh dalam lubuk hatiku aku sangat mencintaimu Shian,” terang gadis itu sambil menitikkan air mata. Membuat Shian sedikit iba.

“Shian, apa kau menyukai Janeth?” sekali lagi gadis itu memberikan pertanyaan pada kekasihnya.

“Aku tidak bisa menjawabnya,” jawab Shian. Jujur saja ia memang mulai merasakan getaran aneh saat berdekatan dengan Janeth dan kesal saat berjauhan dengan gadis itu.

“Diam berarti iya!”

“Kau mencintai Janeth, Shian. Aku bisa merasakannya,” ujar gadis bermata sipit itu. Sisil juga merasakan kecemburuan sama seperti yang tengah dirasakan Janeth saat ini. Dia tidak akan membiakan Shian meninggalkannya begitu saja untuk Janeth.

***

Sore hari

Shian pulang bersama Sisil, seperti biasa jika mood-nya sedang baik maka ia bisa mengantar gadis itu sampai tiba di rumahnya. Di depan kantor Lubyware, matanya menangkap sosok Janeth yang sedang menunggu taksi, Shian tersenyum simpul lalu menghentikan mobilnya tepat di sebelah Janeth.

Gadis itu pun menatap sebuah mobil dengan dua penumpang di dalamnya tersebut.

“Janeth, mau aku antar?” tawar Shian yang sebenarnya masih terpesona dengan wajah gadis itu.

“Tidak usah, Bapak Shian dan Ibu Shian,” ucap Janeth dengan nada yang dibuat-buat.

“Masuklah Janeth, dari pada kau pulang terlambat,” Shian berharap Janeth akan mau mendengarkanya sehingga ia bisa bersama dengan gadis itu lebih lama lagi.

Sbuah mobil berhenti di depan mobil Shian, dan Shian sangat mengenali mobil itu.

“Janeth, sudah lama menunggu?” tanya sang pemilik mobil yang tak lain adalah Aksa, sahabat Shian.

“Hai Aksa,” sapa Janeth kemudian berjalan memasukki mobil pemuda itu tanpa memperdulikan Shian. Shian mencengkeram erat kemudinya sambil menggertakkan gigi ia bergumam

Aksa!

Terpopuler

Comments

Santai Dyah

Santai Dyah

shian cemburu tuh

2022-08-01

0

Merpati_Manis (Hind Hastry)

Merpati_Manis (Hind Hastry)

good job shian.. kamu mengingat nya dg baik 👍

2022-08-01

0

🌻⃟M€nTa_Ry🌞⃠

🌻⃟M€nTa_Ry🌞⃠

Makin Seru Kk
Shian cemburu ya Aska ya
My Bestie mampir

2022-07-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!