Salah Sasaran

Shian bersiap untuk pegi ke kantor bersama David, ia pun keluar dari mansion tetapi tiba-tiba saja Janeth mengejarnya, dan menghentikan laju mobil itu.

“Shian!”

“Shian!” teriak Janeth. Melihat gadis itu dari pantulan kaca spion, Shian pun meminta David untuk berhenti. Jendela mobil terbuka, Janeth sedang tergopoh-gopoh.

“Ada apa Janeth? Mau ikut? Bukankah kau sudah menjadi asisten Mama sekarang?” tanya Shian.

“Bukan,” ucap Janeth sambil mengatur napasnya, ia lelah mengejar-ngejar CEO muda itu.

“Lalu apa? Apa kau ingin memberiku morning kiss? Aku sudah terlambat Janeth, tapi jika kau memaksa tidak apa-apa,” canda Shian.

“Bukaaan!!”

“Lalu apa? Jangan bilang kau sedang mencari alasan untuk terus menempel padaku,” Shian menyunggingkan senyumannya.

“Shian, please apa kita bisa bicara sebentar?”

“Tapi aku sedang buru-buru Janeth, nanti saja ya.”

“Tapi ini sangat penting!” Janeth bersungguh-sungguh.

“Oh iya? Apa kau ingin menyatakan cintamu padaku? jangan sekarang Janeth, nanti malam saja,” ucap Shian membuat gadis itu semakin kesal.

“Astaga Shian!”

“Ini tentang Sisil terang Janeth. Posisi mereka masih sama, Shian tetap berada di dalam mobilnya sedangkan Janeth di luar sambil memegangi jendela mobil mewah itu.

“Apa kau mulai cemburu pada Sisil?”

“Shian, jangan terus mengujiku. Aku sungguh ingin mengatakan sesuatu tentang Sisil padamu,”

Tetapi Shian justru meminta David untuk melajukan mobilnya, ia mengecup tangan Janeth yang masih menempel pada jendela mobil lalu memberikan kissbye pada gadis itu sambil tertawa terbahak.

“See you Janeth, kita selesaikan urusan ini nanti malam saja ya! Bye!”

“Ah Shian!” Janeth kesal sambil menghentakkan kakinya. Menatap mobil yang melaju meninggalkan dirinya tersebut.

Janeth kembali masuk ke mansion pikirannya begitu terpusat pada rencana apa yang akan dilakukan oleh Sisil kepada Shian, ia mungkin memang tidak perduli pada hubungan mereka tetapi untuk sebuah penipuan seperti ini, tentu saja Janeth tidak akan membiarkannya, lagi pula ia juga senang karena ternyata Shian tidak pernah menyentuh Sisil meskipun ia sempat menangkap mereka berciuman.

...***...

Shian terus tersenyum mendapati tingkah Janeth pagi ini, sejak semalam gadis itu terus menghubunginya tetapi Shian tidak begitu menanggapi, baginya melihat Janeth mengejar-ngejar dirinya seperti ini adalah suatu momen yang sangat langka dan ia ingin menikamatinya.

Sebuah notif pesan masuk ke ponselnya.

Shian pun membuka pesan tersebut.

Janeth : Shian, apa kau sedang bersama Sisil?

Shian : Ya, kenapa?

Janeth : Sebaiknya kau mulai menjaga jarak dengan gadis itu.

Shian : Kenapa? Cemburu?

Janeth : Shian please, dia sedang memiliki rencana jahat padamu. Kau akan dijebak.

Shian : Apa yang kau katakan Janeth? Jangan mengada-ada. Sisil adalah gadis yang baik, dia sangat mencintaiku.

Sesekali Shian tertawa, membayangkan bagaimana ekspresi Janeth.

Janeth : Dia tidak sebaik yang kau kira Shian.

Shian : Lalu siapa yang baik untukku? Kau?

Janeth : Sungguh Shian, kau akan menyesal jika tidak mendengarkanku!

Shian hanya membaca pesan teks tersebut kemudian melanjutkan pekerjaannya, hari itu Sisil datang ke kantor terlambat, kemudian langsung masuk ke ruang kerja Shian tanpa mengetuk pintu.

“Baby, maaf ya aku sedikit terlambat hari ini,” ucap Sisil, ia berniat mencium pipi Shian tetapi pria itu menghindar.

“Baby biarkan aku menciummu walau hanya di pipi.” Sisil membelai wajah tampan itu tetapi lagi-lagi Shian menepis tangannya.

“Sil, ini kantor dan aku sama sekali tidak menyukai tingkahmu!”

“Tapi baby,” rengek gadis itu dengan manjanya.

“Kembalilah ke tempat dudukmu,” ucap Shian.

“Iya Baby,” dengan bibir yang mengerucut gadis itu mendaratkan tubuhnya pada meja kerja di sebelah Shian.

Ah, ini sungguh menyebalkan untuk dicium saja Shian sangat sulit apa lagi untuk merayunya ke hal yang lebih. Bagaimana mungkin aku bisa menjebaknya untuk mengakui bahwa anak ini adalah anaknya, batin Sisil tampak frustasi.

Akhirnya ia pun menyusun acara lain, dengan membuatkan minuman untuk Shian, sama seperti seorang antagonis yang berusaha menjebak mangsanya, Sisil memasukkan obat tidur ke minuman itu dan memberikannya pada Shian.

“Baby, minumlah kopi ini,” ucap Sisil dengan wajah manisnya.

“Terima kasih, tumben sekali,” tidak biasanya gadis itu membuatkan kopi untuk Shian.

“Aku sedang ingin memanjakanmu hari ini Sayang, minumlah sebelum kopinya dingin,” pinta gadis itu merasa yakin jika rencana pertamanya ini akan berhasil.

Shian yang mulai merasa nagntuk akibat menyelesaikan pekerjaannya pun meminum kopi itu, ujung cangkir telah menempel pada bibir merahnya.

Sedikit lagi kopi berobat itu akan diteguk oleh Shian. Sisil begitu semangat seakan mengatakan ‘ayo minumlah sayang!’

“Shian, jangan!” tiba-tiba saja Janeth masuk ke ruangan CEO itu dan mengentikan Shian.

“Janeth?” Shian melihat gadis itu tergopoh-gopoh sambil membawa adik bungsunya pada gendongannya.

“Janeth, ngapain kamu ke sini?” sergah Sisil terlihat kesal, karena kedatangan gadis itu telah mengacaukan rencananya.

“Aku sedang jalan-jalan,” ucap Janeth santai, padahal ia sangat lelah berlairan mengkhawatirkan kondisi Shian.

“Janeth, mangapa kau membawa si Bungsu kemari?” tanya Shian meletakkan kopinya.

“Aku sedang ingin mengajaknya jalan-jalan Shian, tetapi tiba-tiba saja Bungsu memanggil namamu dan aku pun langsung membawanya ke sini, hehe,” jelas gadis cantik itu dengan senyuman yang dipaksakan.

“Memangnya Bungsu sudah bisa berbicara?” Shian mengernyitkan dahinya seingatnya adik kecilnya itu baru bisa berkata ‘Mama’ saja.

“Su-sudah Shian, iya kan Bungsu?” Janeth mencium bayi gemas itu untuk menutupi kebohongannya tak mungkin Janeth mengatakan apa tujuannya ke tempat itu yang sebenarnya.

“Aaataa.. ataaa, amam mama mama,” celoteh bayi berusia enam bulan tersebut.

Astaga Bungsu, setidaknya bekerjasamalah denganku dengan mengatakan 'kakak' bukan 'mama', gerutu Janeth lirih.

Shian pun menggendong adik bayinya itu dengan senang hati.

“Halo Baby Bos, apa kau merindukan kakak?” Shian mencium pipi kemerahan sang adik.

“Baby, minumlah dulu kopimu,” pinta Sisil, sambil menyerahkan secangkir minuman panas itu ke tangan Shian.

“Jangan!” Janeth meraih kopi tersebut lalu meminumnya sampai habis, Shian dan Sisil melongo dibuatnya.

“Ah, aku sangat haus,” ucap Janeth mengipas-ngipaskan lidahnya yang kepanasan, ia sengaja menelan habis kopi panas itu agar Shian tidak meminum sisanya.

“Janeth! Kau ini kenapa ha!” sergah Sisil marah.

“Aku haus! Apa salah jika orang haus minum?” balas Janeth tak kalah ketus.

“Tapi, kopi itu untuk Shian! Kenapa kau meminumnya!”

“Ya karena aku haus!”

Sisil dan Janeth terus bertengkar hanya karena secangkir kopi, membuat Shian pusing melihat pertikaian itu.

“Sudah! Hentikan!” bentak Shian.

Kedua insan itu pun menghentikan perdebatannya, kemudian duduk, Sisil yang merajuk akhirnya memilih untuk keluar ruangan, lagi pula rasa mual karena kehamilannya membuat gadis itu semakin tak tersiksa.

“Shian, aku akan pulang. Berikan bungsu padaku,” pinta Janeth sambil duduk di sofa sudut ruangan itu.

“Kenapa pulang? Bukankah kalian sudah jauh-jauh datang kemari?”

Tanpa menjawab pertanyaan Shian gadis itu telah tertidur pulas dan mendengkur, akibat pengaruh dari obat Sisil.

Terpopuler

Comments

Buna Seta

Buna Seta

Biar pulas tidurnya

2022-09-16

0

Lee

Lee

Untung bukan obat diare ya...kan ksian Janeth ...gagal.maning gagal maning deh

2022-08-10

0

Santai Dyah

Santai Dyah

aman masih obat tidur bkn obat perangsang

2022-08-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!