Penyelamat

Di Rumah Sakit

Seorang pria paruh baya sedang tergesa-gesa menuju ruang bersalin setelah mendapat kabar jika sang istri akan melahirkan, jantungnya berdegup kencang, keringat mulai membasahi dahinya, meskipun ini adalah kali ketiga bagi sang istri untuk melahirkan, tetapi tetap saja Yoshi tak pernah berubah dalam menanggapinya.

Dia selalu saja panik dan takut terjadi sesuatu pada Ana.

“Sus, di mana ruang bersalin?” tanya Yoshi tak dapat berpikir jernih, ia selalu saja tidak bisa menemukan ruangan itu meskipun telah berulang kali menemani Ana melahirkan Shian dan Gwen di rumah sakit tersebut.

“Sus!” bentak Yoshi saat sang perawat di hadapannya itu hanya sibuk menatap wajahnya tanpa menjawab pertanyaan darinya.

“I-iya Pak, maaf! Saya pikir anda Mario Maureer,” ucap gadis berpakaian putih itu.

“Dimana ruangan bersalin?” Yoshi memejamkan matanya menahan kekesalan, ini ke sekian kalinya orang mengatakan jika wajahnya mirip dengan aktor Thailand pada waktu dan kondisi yang tidak tepat.

“Di-Di sana Pak!” jawab perawat itu menunjuk pintu di sebelah Yoshi.

“Astaga sejak kapan mereka memindahkan ruangan ini di sini!”

“Sejak dulu ruangan itu di situ Pak!” sahut perawat lain mengulum senyuman sambil melintasi kedua orang tersebut. Yoshi pun segera masuk ke ruangan itu tetapi sang perawat melarangnya.

“Sus, tahun-tahun sebelumnya saya diijinkan masuk untuk mendampingi istriku. Lalu kenapa sekarang tidak bisa?”

“Bukan tidak diijinkan Pak Yoshi, tetapi masalahnya Ibu Ana sedang menjalani operasi SC bukan melahirkan normal dan ruangannya tentu saja bukan di sini,” ungkap perawat tersebut.

Astaga kenapa tidak bilang dari tadi!

Yoshi terlihat terkejut dan khawatir sebab pihak rumah sakit belum mengabarkannya tentang metode persalinan yang akan Ana jalani itu.

"Apa?" tanpa menunggu jawaban, pria itu pun segera menuju ke tempat tersebut.

Sekian menit berlalu dokter bedah dan ahli kadungan keluar dari ruang operasi lalu mengabarkan pada Yoshi jika Ana mengalami pendarahan dan membutuhkan transfusi darah.

“Apa Dok? Bagaimana mungkin itu terjadi, sedangkan pada proses persalinan anak pertama dan kedua kami, semuanya baik-baik saja,” ucap Yoshi, ia mulai kalut.

“Apa saja bisa terjadi dalam proses perslinan Pak, apalagi kondisi Ibu Ana memang sebelumnya tidak begitu stabil, tetapi kami tak punya alasan lain untuk menunda-nunda proses persalinan, karena nyawa anak bapak juga harus segera diselamatkan,” pungkas dokter itu.

“Dok, apa masih ada stok darah yang kalian punya untuk golongan darah istriku?”

“Mohon maaf Pak, tetapi kami sedang kekurangan stok darah golongan A, jika ada sanak saudara yang memiliki golongan darah yang sama, segera hubungi mereka Pak!”

Yoshi termenung, ia ingat jika golongan darahnya berbeda dengan Ana, begitu pun dengan Shian dan Gwen, tak satupun yang memiliki golongan darah seperti Ana. Di tengah kekalutan, seseorang datang dan menyapa Yoshi.

“Pak Yoshi, sedang apa di sini?” tanya gadis itu sembari mendorong kursi roda ayahnya.

“Janeth, kau di sini Nak?”

“Iya Pak, saya sedang mengantar ayah periksa rutin,” ungkap gadis itu, Yoshi dan ayah Jeneth pun saling menyapa satu sama lain.

Kemudian Yoshi menceritakan jika Ana sedang menjalani proses persalinan dan saat ini sedang membutuhkan transfusi darah.

“Pak, golongan darah saya A. Biar saya saja yang mendonorkan darah untuk Ibu Ana!” ucap Janeth dengan penuh keyakinan.

“Benarkah?” Yoshi terbata, tak percaya jika bantuan datang di waktu yang sangat tepat. Saat itu juga Janeth segera menemui dokter yang baru saja keluar dari ruang bersalin.

“Dok! Ambil darah saya! Selamatkan Ibu Ana!”

“Apa golongan darah adik?” tanya sang dokter, wajahnya tampak tegang seperti sedang menangani kodisi Ana yang semakin memburuk.

“A!” seru gadis berkulit cerah itu, tanpa menjawab pernyataan Janeth, sang dokter segera memerintahakan perawat untuk mengambil sampel darah Janeth, yang kemudian diambil loebih banyak lagi untuk menolong Ana.

Yoshi bernapas lega, akhirnya istrinya mendapat bantuan dari gadis yang juga telah banyak merawat Shian itu.

“Tenanglah Pak Yoshi, saya yakin semuanya akan baik-baik saja. Ibu Ana pasti akan selamat!” ucap Ardiansyah, ayah Janeth memberikan semangat untuk pria itu.

“Terima kasih Pak, saya sungguh telah berhutang budi kepada anda dan Janeth!”

“Jangan berterima kasih kepada saya Pak, mungkin memang semua ini sudah merupakan bantuan dari Tuhan. Yoshi pun mengangguk dan menunjukkan rasa bersyukurnya pada pria bernama lengkap Ardiansyah Nakula tersebut.

****

“Pak Yoshi, saya dan ayah pamit pulang dulu,” ijin Janeth pada ayah Shian itu.

“Kenapa buru-buru sekali Janeth? Sebentar lagi Shian akan datang.”

“Sebenarnya saya ingin menunggu sampai ibu Ana siuman tetapi ayah sedang kurang sehat Pak,” terang Janeth mengingat kondisi sang ayah memang belum benar-benar sehat dan membutuhkan istirahat.

“Oh iya baiklah jika begitu, apa kau baik-baik saja? Om banyak berhutang budi padamu Janeth,” ucap Yoshi dengan raut wajah sendu.

“Tidak perlu berterima kasih Pak Yoshi, saya sudah menganggap bapak dan ibu Ana sebagai orang tua saya sendiri,” ungkap gadis itu, membuat Yoshi tersenyum bangga dan berpikir jika Janeth adalah gadis yang tepat untuk Shian.

Janeth berpesan kepada Yoshi agar merahasiakan masalah transfusi darah yang baru saja ia lakukan untuk Ana itu, agar tidak menimbulkan perasaan tidak enak antara dirinya dan Ana setelahnya, awalnya Yoshi menolak dan ingin mengatakan hal penting itu kepada sang istri tetapi karena Janeth memaksa akhirnya pria itu pun menyetujuinya.

****

Shian berlari menyusuri koridor rumah sakit dengan Gweneth di belakangnya mengikuti. Begitu tiba di dekat ruang operasi ia pun menghentikan langkahnya, dilihatnya sang ayah sedang menunggu dan beberapa saat kemudian terdengar suara tangisan bayi dari dalam.

Wajah tegangnya berubah menjadi haru begitupun dengan Shian dan Janeth.

“Papa!” teriak gadis bertubuh sintal itu lalu memeluk ayahnya.

“Gwen, apa kau dengar suara tangisan adikmu itu Nak?” tanya Yoshi sambil memeluk puterinya tersebut.

“Wah si bungsu sudah lahir rupanya ya! Gwen akan tergeser!” ejek Shian pada adiknya.

“Ah kakak! Menyebalkan!” Gweneth menghentakkan kakinya kesal.

“Apa yang kalian permasalahkan? Tidak akan ada yang tergeser, posisi kalian di hidup papa dan mama tak akan pernah berubah, kami menyayangi kalian dengan presentase kasih sayang yang sama rata!” ucap Yoshi mencubit pipi gadis remajanya itu.

Seorang perawat menghampiri Yoshi dan anak-anaknya dan memberitahukan jika Ana sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat inap.

“Pak Yoshi, ibu Ana akan kami pindahkan ke ruang perawatan, bersama dengan bayinya,” ucap dokter itu. Dengan bangga Yoshi menganggukkan kepalanya.

“Wah tampan sekali adikku ini!” ucap Gweneth sambil menciumi pipi bayi yang baru lahir itu.

“Lihatlah Kak! Bukan posisiku yang tergeser tetapi posisimu! Ia bahkan lebih tampan darimu Kak!” ejek Gweneth membalas kakaknya sedangkan Shian hanya tersenyum sambil menjulurkan lidahnya, ia tak membalas adiknya, sebab tak ingin membuat ibunya yang masih lemah berteriak melerai pertengkaran mereka seperti biasanya.

“Apa kalian lupa jika tidak ada yang lebih tampan dari Uncle Eza!” tiba-tiba saja suara baritone memasukki ruangan VVIP itu, Reza dan Luna datang dengan membawa kedua anak kembarnya, Zayn dan Zara.

Dua anak bermata biru yang masih tampak menggemaskan meskipun usianya sudah menginjak remaja, mereka hanya berselisih lima tahun dengan Shian dan Gweneth.

Bersambung

Terpopuler

Comments

RahaYulia

RahaYulia

lah trs siapa yg ngasih ijin tindakan SC sedangkan suaminya aja g tau

2022-12-01

0

Dani irwandi

Dani irwandi

aku mampir nih kak, udh aku favoritin, kalo ada waktu mmpir jg ya😊

2022-09-22

0

auliasiamatir

auliasiamatir

aku makin gila sama novel ini.

2022-09-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!