Gadis Misterius Part 2

Flashback on

“Janeth, EO acara ini mengatakan jika salah satu tim-nya tidak bisa datang,” ucap Ana tersirat kekhawatiran di wajah wanita cantik itu.

“Lalu kita harus bagaimana Ibu Ana?” jawab Janeth, beberapa hari ini mereka telah mempersiapkan segalanya dengan cukup baik, berharap kejutan ini akan membuat Shian bahagia. Dimana teman-teman dan keluarganya begitu memperhatikan pemuda itu.

“Ibu juga tidak tau, tetapi host mengatakan jika ada yang bisa menggantikan gadis itu, maka acara akan berjalan dengan lancar,” ucap Ana.

“Menggantikan gadis itu untuk apa Bu?”

“Sebagai pembawa kue untuk Shian.”

Janeth terdiam begitupun dengan Ana, seakan mendapat ide cemerlang saat itu pula Ana meminta gadis itu sebagai sang pembawa kue.

Awalnya Jeneth menolak tetapi karena paksaan dari Ana, akhirnya ia pun menyanggupinya dengan merubah tampilan diri tentu saja.

Flashback Off

Pesta berlanjut tetapi tidak dengan Shian, ia masih saja menatap gadis di hadapannya itu dengan ketakjuban yang nyata, seakan ingin mengungkap siapa gadis itu sebenarnya.

“Nak, cepat matikan lilinnya!” perintah Ana yang sedang berada di samping Shian.

“I-iya Ma,” Shian tergagap mendapati lamunannya terbuyarkan. Dengan mengibaskan tangannya beberapa kali, Shian berhasil mematikan lilin tersebut, diiringi dengan tepuk tangan meriah para tamu dan sahabat.

Dalam sekian menit Shian terhanyut dalam acara potong kue itu hingga tidak sadar jika sang gadis misterius telah menghilang.

Shian memberikan potongan kue pertama itu kepada Ana, lalu Yoshi dan terkahir Gweneth.

“Selamat ulang tahun kakakku yang paling songong!” ucap Gwen menerima suapan kue dari sang kakak.

“Gwen, dimana dia?” bisik Shian.

“Dia siapa Kak?”

“Gadis pembawa kue tadi,” ucap Shian, mata tajamnya mengitari area itu, tetapi yang tampak hanyalah gadis-gadis biasa saja.

“Aku tidak tau Kak, mungkin sudah pulang.” Tanpa menanggapi ucapan adiknya, saat itu juga Shian berlari keluar mansion, berharap jika ia bisa bertemu dengan si Miss Misterius.

Shian berlari mengitari taman, beberapa penja menyapanya dengan ramah.

“Selamat malam Tuan Muda.”

“Apa kalian melihatnya?” sergah Shian tampak kacau.

“Melihat apa tuan?”

“Gadis bertopeng dengan gaun peach,” jawab Shian sambil mengatur napasnya.

“Apakah gadis cantik tadi yang tuan maksud? Dia pergi ke arah sana tuan!” ungkap salah satu penjaga yang juga tidak mengenali Janeth.

Shian kembali melangkahkan kakinya menuju gerbang, pucuk dicinta akhirnya dia melihat gadis itu sedang berlari kencang sambil menjinjing sepatunya.

“Nona!” teriak Shian mengikuti sang gadis.

Sial, rasa penasaran ini semakin membuatku gila saja! Biasanya aku yang dikejar-kejar wanita dan sekarang akulah yang mengejar-mengejar dia yang entah siapa, gumam Shian melangkahkan kaki jenjangnya.

Dengan suara lantangnya ia memanggil-manggil gadis bertubuh ramping itu.

“Nona!”

“Mbak! Tunggu Mbak!”

(ganti embak manggilnya genk wkwkw)

Shian semakin mempercepat langkahnya tetapi tiba-tiba saja kakinya tersandung sesuatu, sepatu bening terbuat dari kristal buatan milik gadis itu tertinggal di pelataran mansion dan terinjak oleh Shian.

“Nona ini sepatumu!” Shian kembali meneriakki gadis misterius itu tetapi dia terlambat, sesaat setelah sebuah taksi membawanya pergi.

Ah! Dia kabur lagi! Siapa sebenarnya gadis itu mengapa larinya kencang sekali. Apakah ia atlet marathon? Haruskah aku melakukan sayembara, siapa yang kakinya muat dengan sepatu ini maka dialah Ciderella-ku itu? gumam Shian sambil memperhatikan sepatu bening tersebut.

Shian kembali masuk ke mansion dengan lesu, dengan membawa sebuah sepatu di tangannya.

“Bro, lesu gitu? Kenapa?” tanya Adrian. Shian tak menjawabnya. Kemudian Leon menghampiri.

“Ngapain lu bawa-bawa sepatu gitu? Cuma satu lagi? Yang satunya kemana?” tanya pria dengan tindik di hidungnya tersebut.

“Ini punya cewek tadi! penasaran banget gue!” jawab Shian singkat.

“Jangan bilang lu lagi jatuh cinta! Kemarin cewek di parkiarn sekarang tukang kue! Tapi cakep juga sih yang tadi itu, biar tukang kue juga, body-nya aduh!” celetuk Adrian menggelengkan kepalanya.

“Dasar otak lu!” ejek Leon yang sebenarnya juga penasaran dengan si pembawa kue misterius tersebut.

“Mereka adalah gadis yang sama, aku yakin!” ucap Shian tampak bepikir.

“Sepertinya kau begitu penasaran Shian, dan penasaran adalah awal dari rasa cinta.” ini suara Aksa. Keempat sahabat itu pun akhirnya memutuskan untuk bermain billiard tetapi tiba-tiba saja Leon meninggalkan acara karena telah berjanji untuk bertemu dengan seseorang di sebuah hotel berbintang.

“Bro gue ada janji nih ketemu sama Bu Dokter. Ada yang mau ikut nggak?” tawar Leon.

Janeth sedang berada di taksi, ia tau jika Shian sedang mengejarnya tetapi ia terpaksa kabur karena atsananya sedang menunggunya di sebuah hotel, dokter psikologi itu adalah atasan Janeth, selain mengelola sebuah café.

Janeth juga bekerja sebagai asisten seorang psikolog dan Shian adalah pasien mereka.

“Wah Janeth! Kau sangat cantik! aku hampir tidak mengenalimu,” puji dokter bernama Angel tersebut.

“Terima kasih Dok, jadi ada perlu apa dokter meminta saya untuk datang ke mari?”

“Jadi begini, aku sedang ada meeting di sini, semua psikolog di kota ini akan mengikuti seminar, dan masalahnya di saat bersamaan aku juga harus memberikan laporan hasil pemeriksaan pasienku kepada putranya malam ini.

“Janeth, bisakah kau mengantarkan file ini kepadanya? Seminar akan segera dimulai, dan aku tak punya cukup waktu untuk menunggunya pemuda itu.

“Baik, Bu. Serahkan saja dokumennya kepada saya, biar saya yang mengantar,” ucap Janeth dengan topeng yang masih ia kenakan.

“Bagus, terimakasih Janeth. Oh iya lepaskan saja topengmu, atau orang akan menganggapmu aneh,” ujar dokter itu.

“Atau kau bisa menggunakan masker saja, ini ambilah!” Angel memberikan sebuah disposable mask untuk Janeth.

“Haruskah saya mengenakan masker ini Bu?”

“Ya, karena kau sangat cantik dan Tuan Leonard agak sedikit mata keranjang. Hehe,” saran Dokter itu kemudain memberikan nomor kamar Leon.

Di kamar suite 5002

"Shian, aku butuh rokok. Maukah kau membelikannya?" Leon merogoh kantungnya, berharap rokoknya masih ada.

"Beli saja sendiri enak saja! Sudah bagus aku mau mengantarmu ke sini!" jawab Shian.

"Hahaha!" sahabat Shian itu pun tertawa kemudian keluar dari kamar. Meninggalkan Shian seorang diri.

Tok

Tok

Seseorang mengetuk pintu, dan Shian sedang berada di kamar mandi. Janeth melihat jika pintu tersebut tidak terkunci dengan benar. Gadis itu pun masuk karena sudah terlalu lama menunggu di luar.

"Permisi."

"Selamat malam tuan Leonard," ucap Janeth sambil melihat keadaan di ruangan itu.

Shian yang baru saja keluar dari kamar mandi pun terkejut mendapati sosok yang beberapa hari ini ia cari, dengan mudahnya menampakkan diri. Matanya terus menatap gadis itu dari belakang, sungguh pahatan yang sempurna baginya.

"Kau?" ucap Shian, dan Janeth pun membalikkan badannya.

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

ketahuan gak yah..

2023-01-08

0

auliasiamatir

auliasiamatir

ciee kek Cinderella yah 🥰

2023-01-08

1

⚘🎤ƝƲƦƲԼ🎧♬

⚘🎤ƝƲƦƲԼ🎧♬

gantian , biar ngga bosan 🤭

2022-08-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!