Kencan Part 2

Alunan musik romantis mengiringi makan malam sepasang kekasih itu, sesekali Sisil menatap wajah Shian, matanya begitu tergakum-kagum dengan sosok di hadapannya tersebut, meskipun Shian tak pernah menyentuhnya tetapi gadis itu selalu berusaha untuk mendekat pada Shian, entah hubungan apa yang sedang mereka berdua jalani ini berpacaran tetapi seperti tidak berpacaran.

Faktanya gadis itu begitu bangga bisa berpacaran dengan Shian, sedangkan Shian hanya merasa jika memiliki pacar adalah sesuatu yang bisa mengisi kekosongannya, tak perduli dengan perasaannya sendiri yang jelas, barang jaminan yang dia dan genk-nya perebutkan selalu saja menggoda untuk dimiliki.

“Baby, apa kau tak ingin menginap di rumahku?” tanya Sisil dengan wajah manjanya.

“Hmm..” Shian hanya berdeham.

“Apa kau tak ingin bercinta denganku? Seperti pasangan yang lain?” tanya gadis itu sambil memanyunkan bibirnya, tetapi hal itu justru tidak tampak menggemaskan bagi Shian.

“Sil, bisakah kau makan dengan benar? Lihatlah saus steaknya masih menempel di sudut bibirmu!” ucap Shian dengan gaya arogannya.

“Lap-in dong, Baby!” pinta Sisil sambil menyodorkan bibirnya. Membuat Shian semakin illfeel, dia pun melihat sekelilling dan mencari Janeth, biasanya gadis itulah yang mengurus kekasih Shian saat pemuda itu sudah mulai tak nyaman.

“Baby! Kenapa diam saja?”

“Aku sedang mencari Janeth, dia bisa membantumu mengelap noda di bibirmu itu,” ucap Shian dengan santainya, sambil menengok ke kanan dank e kiri secara bergantian.

“Untuk apa? Kau bisa melakukannya untukkku bukan? layaknya pasangan-pasangan yang lain."

“Aku tidak mau!” jawab Shian singkat.

“Tapi kenapa?”

“Sil, bisakah kau tetap tenang saat sedang makan? Steak itu bisa tersangkut di tenggorokanmu jika kau terus saja berbicara sambil mengunyah!”

***

Di ruang ganti yang bersebelahan dengan toilet, Ana sedang sibuk menata Janeth, sesekali ia mengarahkan wajah gadis itu ke cermin untuk mempertimbangkan riasan apa yang cocok dengan Janeth.

Di raihnya benda pipih dengan kaca yang menempel di dalamnya, serta beberapa shade bubuk pemulas mata dan bibir.

Kemudian wanita itu mulai memoleskan riasan tersebut pada wajah perawat Shian itu, Janeth tampak kaku tetapi ia berusaha untuk tetap tenang dan tak ingin membuat Ana kecewa.

“Sayang, apa kau tau wajahmu itu sangat manis. Kenapa kau menutupinya dengan kacamata itu?” tanya Ana sambil menyentuh dagu Janeth.

“Rambutmu pun cukup lembut dan berkilau mengapa kau tak melepaskan saja ikatan kepang kuda ini?” Ana membelai rambut hitam Janeth kemudian melepaskan ikatannya satu persatu.

“Kau cantik Janeth,” bisik Ana di tengah-tengah kesibukannya me-make over gadis itu.

“Ibu Ana, saya tidak cantik. Ibu jangan terlalu mengada-ada,” jawab Janeth, ia berusaha keras menundukkan pandangannya, ia sedang menutupi rasa malunya.

“No! kau cantik sayang, bagaimana jika kita ganti saja kacamatamu ini hm?”

“Jangan Bu!” ucap Janeth dengan tegas, sekilas raut kesedihan muncul di wajahnya.

“Tapi kenapa Nak? Ibu punya langganan optic terbaik di kota ini!” tawar Ibu Shian tersebut.

“Ini adalah kacamata peninggalan Bunda saya Bu,” ucap Janeth lirih, wajah Ana berubah menjadi iba lalu memeluk gadis itu dengan perlahan dari belakang.

“Maafkan ibu ya Nak,” Ana tak menyangka jika perkataannya akan membuat gadis itu bersedih.

“Sejak kapan ibumu tiada?”

“Ibu masih ada Bu, tetapi saya tidak tau dimana keberadaannya,” ungkap gadis itu sambil mengusap air mata Ana, lucu sekali siapa yang sedang bersedih lalu siapa yang menangis.

“Apa itu berarti dia masih hidup? Maafkan ibu lagi Janeth!” Ana semakin menangis kesalahan tafsirnya.

“Ibu Ana jangan menangis, ibu terlalu cantik untuk menangis,” ucap gadis itu.

“Ucapanmu begitu mirip dengan apa yang selalu kukatakan pada ibu mertuaku saat beliau sedang menangis.”

“Sungguh Bu?” tanya Janeth dan Ana mengangguk. Tangan Ana begitu piawai dalam merias wajah Janeth, baru setengahnya saja gadis itu sudah tampak berbeda dari sebelumnya.

“Janeth, coba lihatlah ke cermin. Siapa gadis cantik itu,” ucap Ana sambil tersenyum melihat pantulan dirinya dan Janetha pada cermin.

“Ibu, i-ini sangat cantik!” ucap Janeth tanpa sadar menyentuh wajahnya dan rambutnya yang terurai indah.

“Apa Ibu bilang, cepet gunakan softlens ini!”

“Bu, Janeth tidak pernah menggunakan benda seperti ini.”

“Maka dari itu, cobalah sayang! Ibu akan membantumu!” ucap Ana dengan penuh semangat.

Dua puluh menit kemudian, Janetha telah siap. Meskipun dengan cara berjalan yang sedikit kesulitan karena memakai heels tetapi ia tetap melakukannya sesuai permintaan Ana.

“Woah! Lihat siapa ini?”

“Kau sangat anggun Janeth, bahkan kekasih Shian tak seujung kukupun bisa disejajarkan denganmu.” Ana memilihkan gaun berwarna soft selutut kaki dengan stiletto berwarna senada.

“Bu, ini seperti bukan saya,” ucap Janeth lirih dengan rambutnya yang terurai, Ana menyelipkan jepitan rambut berbahan mutiara di salah satu sisi rambut Janeth, membuat gadis itu terlihat semakin menawan.

“Sekarang dengarkan Ibu, kau harus menemui Shian dengan wujudmu yang seperti ini!”

“Tapi Bu, saya malu.” Janeth tampak sangat gugup. Tetapi Ana memaksanya, sayangnya saat itu juga ponsel Ana berdering dan Yoshi memintanya untuk segera pulang karena bungsu yang begitu rewel mencari-cari mamanya.

“Astaga Janeth, si bungsu mencariku! Hm bagaimana ini ya?”

“Bu, lebih baik Ibu Ana pulang saja, kasihan si bungsu,” saran Janeth sedikit mendapat celah untuk kabur.

“Tapi, kau masih belum bertemu dengan Shian! Momen-nya begitu sesuai dengan rencana kita Janeth, ibu tidak ingin menyia-nyiakannya,” pungkas Ana.

“Bu, saya akan menemui Shian setelah ini. Ibu Ana bisa pulang saja,” usul gadis itu lagi.

“Baiklah jika begitu, tapi janji ya! Kau harus berhasil membuat Shian terpesona!” perintah Ana sebelum meninggalkan gadis jelita itu, tak lupa ia mengambil foto dirinya bersama Janeth menggunakan ponselnya.

Ana berlalu, sekarang tinggal Janeth yang kebingungan harus berbuat apa. Bulu mata lentiknya naik turun seiring dengan gerakan mata indahnya, Ana memasangkan softlens berwarna abu pada bola mata gadis itu.

Membuat Janeth benar-benar berbeda dari sebelumnya.

Janeth berjalan dengan cepat, melewati meja-meja restoran itu sebenarnya ia berniat untuk pulang tetapi tak disangka ternyata Shian pun telah menghilang, sosoknya tak lagi ada di meja yang telah ia tempati sebelumnya, begitupun dengan Sisil.

Beberapa mata pria memperhatikan Janeth, tak lain karena gaun yang ia kenakan sangat membentuk lekuk tubuh rampingnya.

Tiba di parkiran restoran, gadis itu masih menggunakan heels lima centi-nya. Ia berjalan menuju taksi yang sedang terparkir di sekitar area depan bangunan mewah tersebut.

Bughh

Janeth terjatuh, saat seseorang menabraknya dengan tiba-tiba.

“Auuh!” pekik Janeth merasakan sakit di area kakinya yang menghantam aspal.

“Ma-maaf nona, saya tidak sengaja,” ucap pria itu, Janeth begitu fokus dengan rasa sakit di kakinya.

“Nona, saya akan membantu anda berdiri,” ucap pria itu lagi lalu meraih tangan Janeth. Janeth meliaht wajah sang penabrak dengan terkejut.

Shian? batin Janeth saat Shian menggenggam tangannya untuk membantunya berdiri.

“Nona apa kau baik-baik saja?” tanya Shian sambil memperhatikan wajah gadis itu.

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

wah... Sian gak kenal sama janet

2022-09-19

1

mama Al

mama Al

Janet versi lain

2022-09-07

0

⚘🎤ƝƲƦƲԼ🎧♬

⚘🎤ƝƲƦƲԼ🎧♬

mungkin bisa saja terselip di gigi 🤭

2022-08-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!