Yin Sheng merenungi setiap perkataan ibunya sembari duduk dan memancing. Ya... Memancing... Meskipun tidak bisa dibilang memancing, karena belum ada satu ikan pun yang dirinya dapatkan.
Entah karena kesialan atau memang dirinya tidak berbakat dalam memancing, ikan-ikan di dalam sungai tidak ada yang mau mengambil umpannya.
Byur...
Lamunan Yin Sheng terpecahkan oleh kejadian suatu hal yang tidak masuk akal. Seseorang yang entah darimana munculnya tiba-tiba terjatuh ke dalam sungai.
"Kurang ajar... Kamu membuat ikan-ikan pada pergi!" Umpat Yin Sheng sembari melempar sebuah batu ke arah sungai tempat pria terjatuh tadi.
Satu detik.
Dua detik.
Sampai sepuluh detik Pria yang tadi masuk ke dalam air tidak juga menampakkan batang hidungnya. Yin Sheng pun panik, dan melompat ke dalam sungai untuk menyelamatkan pria tadi.
"Paman... Paman..." Yin Sheng berusaha membangunkan pria yang baru saja dirinya tarik dari dalam sungai. Terlihat ada sebuah benjolan di kepalanya, yang Yin Sheng yakini adalah luka dari dirinya.
Namun Yin Sheng juga terkejut, melihat banyak sobekan di baju, dan luka-luka sayatan yang cukup dalam.
Melihat tidak ada reaksi, Yin Sheng mulai menampar pipi Pria tersebut. Masih tidak mendapat reaksi yang diharapkan, Yin Sheng mulai memukul wajah Pria tersebut.
Buk...
Buk...
Pukulan Yin Sheng cukup untuk membuat wajah Pria tersebut benjol-benjol di beberapa bagian.
"Apa paman ini sudah mati ya?" Gumam Yin Sheng... "Ini gawat... Aku bisa dituduh sebagai pembunuh pria ini." Yin Sheng mulai panik. Dirinya pun berinisiatif memeriksa nafas pria tersebut.
"Untunglah... Masih hidup..."
Merasa kasihan pada Pria tersebut, dan juga sebagai bentuk tanggung jawab karena telah melemparinya dengan batu. Yin Sheng membawa Pria tersebut pulang ke rumah Dengan sebuah tongkat kayu, Yin Sheng mengikat kedua kaki dan tangan Pria tersebut. Memanggulnya selayaknya memanggul kayu bakar.
"Ibu... Ibu..." Panggil Yin Sheng setelah sampai di depan rumah.
Bruk...
Yin Sheng melemparkan tubuh Pria tersebut ke atas tanah dan bergegas masuk ke rumah untuk mencari ibunya.
"Astaga Sheng'er... Apa yang terjadi? Apa dia mati? Kita harus cepat menguburnya!" Xie Qinling lebih panik daripada Yin Sheng, Dirinya benar-benar takut jika Yin Sheng melakukan suatu pembunuhan dan diketahui oleh warga desa. Bisa-bisa Yin Sheng diusir dari desa, dan dirinya harus hidup sendiri.
"Dia masih hidup ibu. Aku menemukannya terjatuh ke dalam sungai."
Xie Qinling baru bisa bernafas lega setelah mendengar penjelasan Yin Sheng. "Astaga... Baju ini..." Xie Qinling mengamati baju yang dipakai oleh Pria tersebut lebih teliti.
"Ada apa ibu? Ibu tahu siapa Pria itu?"
"Tidak... Tapi bajunya sangat mahal... Lihatlah kualitas kain yang dipakai untuk membuat baju ini..."
Gubrak...
Yin Sheng merasa ada yang salah dengan otak ibunya ini. Bukannya memperdulikan luka yang dialami oleh Pria tersebut, tapi Ibunya lebih memperhatikan kualitas kain dari baju yang dipakai oleh Pria tersebut.
"Apa yang harus kita lakukan pada Pria ini bu?" Tanya Yin Sheng.
"Kita ambil barang-barangnya lalu kita lempar lagi dia ke sungai..." Senyum licik dari Ibunya terpancar.
"Apa?" Yin Sheng sampai terkejut mendengar pendapat dari Ibunya. Ibunya yang selama ini terkesan lemah lembut ternyata memiliki sifat jahat di dalam dirinya.
"Bercanda Sheng'er... Bawa dia ke gubuk belakang. Kita obati luka-lukanya." Ucap Xie Qinling sembari mengusap kepala Yin Sheng yang tingginya sudah hampir sama dengan dirinya.
"Tidak kita bawa ke dalam rumah Bu?"
"Tidak... Ayah akan marah jika ada Pria lain masuk ke dalam rumah. Kita juga harus menjaga pikiran para warga." Balas Xie Qinling sembari masuk ke rumah. Menyiapkan bahan-bahan untuk membantu merawat Pria yang Yin Sheng selamatkan.
"Baik bu..."
Tiga hari telah berlalu, Pria yang ditolong oleh Yin Sheng akhirnya sadar dari pingsannya.
"Ah... Akhirnya sadar juga kamu paman..."
Suara laki-laki yang sedang beranjak dewasa terdengar di telinga pria tersebut. Pria tersebut menoleh ke kanan, dan mendapati seorang laki-laki bertubuh kekar namun agak sedikit pendek.
"Dimana aku?" Tanya Pria tersebut seraya dirinya berusaha bangun. Namun seluruh tubuhnya bagai teriris-iris. Rasa sakit merata di seluruh tubuhnya.
"Jangan banyak bergerak dulu Paman. Paman barusan pingsan 3 hari." Ucap Yin Sheng yang kini tengah mengganti tanaman herbal di salah satu luka Pria tersebut.
"Au... Sakit..."
"Ah... Maaf... Ini akan membuat luka Paman cepat mengering. Jadi tolong ditahan sedikit..." Balas Yin Sheng sambil berdiri membawa satu baskom air dan beranjak keluar ruangan.
Pria tersebut hanya bisa menghela nafas, memandang gubuk reyot tempat dirinya berbaring tak bisa bergerak.
Seminggu berlalu begitu saja. Meskipun sudah bisa berjalan, Pria yang Yin Sheng selamatkan masih saja mengurung di dalam gubuk. Yin Sheng tidak paham dengan apa yang Pria tersebut lakukan, dia hanya duduk bersila sambil memejamkan mata.
Yao He... Hanya sekedar namanya saja yang bisa Yin Sheng ketahui mengenai Pria tersebut. Untuk asal usul dan identitas lainnya, Yin Sheng tidak berhasil mengambil informasi.
Yin Sheng juga telah melaporkan kejadian sesungguhnya pada Kepala Desa. Pak Kepala Desa juga sudah menemui Yao He. Kepala Desa turut memberi pesan pada Yin Sheng dan ibunya untuk berhati-hati, mengingat identitas pria tersebut begitu misterius.
"Tidak...." Sebuah teriakan terdengar begitu keras dari dalam gubuk Yao He berada. Yin Sheng beserta Xie Qinling bergegas masuk ke dalam gubuk untuk memeriksa apa gerangan yang terjadi.
Wajah Yao He begitu pucat, keringat bercucuran membasahi seluruh dahinya. Ekspresi marah terpampang jelas di wajahnya.
"Ada apa Paman Yao?" Yin Sheng mencoba mendekati Yao He.
"Jangan Sheng'er..." Cegah Xie Qinling. Dirinya paham dan tahu betul apa yang sudah terjadi pada Yao He.
"Tidak mungkin... Tidak mungkin..." Perlahan-lahan ekspresi Yao He berubah menjadi sedih. Bulir-bulir air mata perlahan turun dari sudut matanya.
Yin Sheng menatap bingung, sedangkan Xie Qinling hanya bisa menghela nafas panjang. Xie Qinling tahu betul jika Yao He sedang begitu terpukul dengan kondisi tubuh Yao He saat ini. Saat ini drinya hanya bisa bersimpati pada Yao He.
Bagaimana tidak bersimpati, jika apa yang Yao He lakukan selama ini sebagai seorang kultivator harus terbuang sia-sia.
Tangisan Yao He semakin menjadi, meskipun masih tanpa suara. Air matanya semakin deras mengalir. Menangisi setiap qi yang secara perlahan keluar dari dantian tubuhnya.
Ya... Dantian milik Yao He telah bocor... Menyebabkan qi yang dirinya kumpulkan selama ini merembes keluar dengan sendirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Ibad Moulay
Byurrr...Werrrr...
2022-09-26
1