Yin Sheng berjalan pelan meninggalkan sebuah gundukan tanah dengan sebuah batu bertuliskan nama ibunya. Dirinya sekali berhenti dan menoleh ke belakang. Mengucapkan selamat tinggal untuk sekali lagi di dalam hatinya, dan kembali melanjutkan langkahnya.
"Aku sudah siap guru..." Ucap Yin Sheng pada Yao He yang masih menunggunya di samping bekas rumah Yin Sheng yang telah terbakar.
"Kita berangkat... Akan berbahaya untuk kita jika kita tetap tinggal disini..." Yao He berdiri dan mulai berjalan meninggalkan desa. Sementara Yin Sheng masih berdiri di hadapan puing-puing bangunan bekas rumahnya.
"Selamat tinggal..." Hanya itu yang bisa Yin Sheng ucapkan. Sangat berat bagi dirinya untuk meninggalkan tempat dirinya dilahirkan dan juga dibesarkan.
Namun dirinya juga sadar, tetap tinggal di desa bukanlah suatu pilihan yang bijak. Jasad para warga yang terbengkalai di desa akan menimbulkan berbagai macam penyakit. Belum lagi aroma amis darah, tentu akan mengundang para magical beast pemangsa untuk datang ke desa.
Yao He dan Yin Sheng tentu tidak akan mau berurusan dengan semua itu. Meninggalkan desa dan mencari tempat tinggal baru adalah pilihan paling bijak.
"Kita akan kemana Guru?" Tanya Yin Sheng yang telah menyusul Yao He, sebuah gagang pancing dirinya tenteng di pundaknya.
Dari semua barang di rumahnya, hanya satu gagang pancing tersebut yang tersisa. Gagang pancing tersebut adalah milik ayahnya. Entah apa yang membuat gagang pancing tersebut tidak terbakar, padahal jika dilihat-lihat gagang pancing tersebut terbuat dari kayu yang notabene akan terbakar jika terkena api.
Baik Yin Sheng maupun Yao He tidak terlalu memusingkan alasan tersebut. Mereka berdua belum memiliki waktu yang cukup untuk meneliti gagang pancing peninggalan Yin Jiang. Lagipula mau terbuat dari kayu apapun atau ada apapun di dalam gagang pancing tersebut, gagang pancing tersebut sudah menjadi barang yang sangat istimewa bagi Yin Sheng. Karena gagang pancing tersebut adalah satu-satunya barang yang akan mengingatkan kenangan akan kehangatan keluarga.
"Entahlah... Biarkan takdir yang membawa kita..." Jawab Yao He tanpa memalingkan wajahnya.
Menelusuri hutan yang penuh dengan ancaman Magical Beast tentu bukanlah suatu hal yang mudah. Berkali-kali Yao He dan Yin Sheng mesti berlari dan bersembunyi dari ancaman Magical Beast.
"Sepertinya ini gua yang bagus untuk kita beristirahat." Yao He dan Yin Sheng berhenti di satu mulut gua yang cukup besar. Pintu masuk gua berdiameter kurang lebih tiga meter, di sekitar gua juga merupakan suatu daerah tebing yang cukup tinggi. Menjadikan gua tersebut sangat aman jika akan digunakan sebagai tempat tinggal mereka berdua.
"Apa gua ini kosong guru?" Tanya Yin sheng yang merasa sedikit takut melihat ke dalam gua. Gelap, sehingga tidak bisa dilihat seberapa dalam maupun apa yang ada di dalam gua.
"Untuk berjaga-jaga..." Yao He mengambil tiga botol ramuan dari dalam cincin dimensi miliknya. "Menjauhlah! Akan berbahaya jika kamu ikut terkena."
Yin Sheng ingin bertanya ramuan apa yang gurunya keluarkan, namun Yao He sudah terlanjur melemparkan tiga botol ramuan tersebut ke dalam gua.
Boom...
Disusul sebuah bola api kecil dari Yao He tepat mengenai ketiga botol tersebut. Kepulan asap berwarna ungu langsung menyebar ke segala arah. Secepat kilat Yao He dan Yin Sheng menjauh agar tidak terkena asap berwarna ungu tersebut.
"Apa itu guru?" Akhirnya Yin Sheng mempunyai kesempatan untuk bisa bertanya. Kedua guru dan murid kini tengah menunggu di salah satu pohon besar dekat dengan gua. Dari tempat mereka berada, mereka bisa melihat mulut gua.
"Demon Cruel!" Jawab Yao He enteng.
"Apa itu?"
"Itu adalah racun buatanku sendiri. Racun itu akan membuat gatal siapapun yang terkenanya. Saking gatalnya, kamu bahkan ingin memilih mati daripada terus tersiksa dengan rasa gatal yang didapat." Yao He tersenyum senyum kecil.
"Astaga..." Yin Sheng tentu terkejut. Yin Sheng tidak habis pikir dengan jalan pikiran gurunya tersebut. Setahu dirinya selama ini, racun dibuat untuk membunuh. Tapi gurunya membuat racun untuk membuat seseorang merasa gatal. Yin Sheng tidak bisa membayangkan sejahil apa gurunya ini ketika masih anak-anak dulu.
"Diam dan lihatlah... Jika ada sesuatu di dalam gua itu, pasti akan ada sesuatu yang menarik..."
Lebih dari lima belas menit mereka menunggu di atas pohon tersebut. Perlu waktu bagi kepulan asap ungu untuk bisa menyebar rata ke dalam gua.
Kiak... Kiak...
Kiak... Kiak...
Sekumpulan Magical Beast berbentuk seperti ayam dengan tiga buah tanduk di kepalanya keluar dari mulut gua.
"Waw... Ada Three Horned Bird..." Yao He cukup terkejut melihat Three Horned Bird. Magical Beast itu cukup lemah, namun mereka adalah suatu musuh yang merepotkan jika sedang berkelompok. Three Horned Bird tidak bisa terbang, tapi kecepatan lari mereka sangat mengagumkan. Dan yang paling berharga dari mereka tentu tanduknya. Ketiga tanduknya tersebut akan dihargai mahal jika dijual di pasar.
Lebih dari dua puluh Three Horned Bird berguling guling di depan mulut gua. Melompat kesana kemari, menggesek-gesekan punggung dan leher mereka ke tanah.
"Lihat... Seperti melihat pertunjukkan kan?" Yao He menaikkan satu alisnya ke arah Yin Sheng. Senyum kemenangan tidak luput juga dari wajahnya.
Yin Sheng yang melihat gurunya begitu senang merasa sedikit ngeri. Dirinya tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika suatu hari dirinya yang menjadi korban kejahilan gurunya.
Brum...
Brum...
Tanah dan pepohonan bergetar dengan keras. Three Horned Bird yang masih terguling guling di atas tanah juga ikut terpental-pental karena momentum getaran.
"Ada apa ini guru?" Yin Sheng berpegangan erat pada gagang pohon. Takut jika dirinya terjatuh.
"Sepertinya bukan hanya Three Horned Bird yang menghuni gua itu."
Dugaan Yao He benar adanya. Seekor beruang dengan empat kaki dan empat tangan keluar dari mulut gua. Ukuran tubuh beruang tersebut hampir memenuhi mulut gua. Keempat tangannya sibuk menggaruki seluruh tubuhnya.
"Untung saja aku waspada tadi... Kalau tidak bisa celaka kita..." Yao He semakin tersenyum puas. Hari pertama menjadi seorang guru, dan dirinya bisa memberikan contoh yang sangat bagus di depan Yin Sheng.
"Apa Magical Beast itu berbahaya guru?"
"Magical Beast itu paling tidak berumur seratus tahun. Jika kita bisa membunuh dan menyerap inti jiwanya, kultivasi kita akan meroket dengan cepat."
"Inti Jiwa?"
"Itu adalah bagian utama dari para Magical Beast. Jika diibaratkan manusia, inti jiwa bisa diibaratkan dantian. Sumber energi Magical Beast untuk bertarung. Inti jiwa juga mengandung Qi dalam jumlah yang besar. Hanya saja terus-terusan mengkonsumsi Qi dari inti jiwa Magical Beast juga tidak akan baik."
"Kenapa guru? Memang ada bedanya?"
"Tentu saja... Qi dari inti jiwa adalah Qi bawaan dari Magical Beast, dimana Magical Beast adalah monster pemangsa. Terlalu banyak mengkonsumsi Qi dari inti jiwa akan membuat tubuh manusianya berubah menjadi seperti Magical Beast."
"Berbeda jika kita menyerap Qi dari alam langsung. Meskipun tidak bisa langsung signifikan jumlahnya seperti ketika melahap Qi dari inti jiwa, tapi Qi dari alam masih murni. Sebanyak apapun kita mengambil Qi, maka tubuh kita akan tetap seperti apa adanya."
"Menurut guru mana yang lebih baik dari semua itu?"
"Melahap Qi dari inti jiwa sesekali tidak masalah menurutku. Tapi yang harus menjadi pokok tetap adalah mengambil Qi dari alam melalui meditasi."
"Baik guru... Murid mengerti..." Yin Sheng mencatat pelajaran pertama dari gurunya ini di dalam ingatannya.
"Bagus... Sekarang lihatlah mereka... Mereka sepertinya akan segera pergi dari sana."
"Racun guru memang luar biasa... Hanya dengan bermodalkan tiga botol racun dan kita sudah bisa mengusir segerombol Magical Beast."
"Hahaha... Tentu saja... Kekuatan Alchemist tidak bisa dianggap remeh begitu saja." Kebiasaan sombong Yao He pun akhirnya kembali lagi.
"Apa guru mau mengajarkan ilmu Alchemist juga padaku?"
"Tentu... Semua akan aku ajarkan kepadamu... Kamu akan menjadi Alchemist nomer satu di dunia ini dalam bimbinganku." Yao He tertawa puas, tidak peduli jika tawanya akan mengundang perhatian Magical Beast yang ada di bawah mereka. Karena Yao He tahu betul, semua Magical Beast di bawah mereka tidak punya waktu untuk merasakan keberadaan Yao He dan Yin Sheng. Yang mereka pikirkan tentu adalah bagaimana caranya bisa sembuh dari rasa gatal yang ada di tubuh mereka.
Lebih dari tiga puluh menit Magical Beast tersebut tersiksa, dan satu persatu Magical Beast tersebut meninggalkan area gua. Entah kemana mereka perginya, Yao He dan Yin Sheng juga tidak ingin memusingkannya. Yang pasti adalah, kini mereka berdua punya tempat untuk bisa tinggal sementara.
"Ayo turun... Situasinya sudah aman..." Yao He melompat begitu saja dari atas pohon. Yin sheng langsung mengikutinya dengan segera.
"Ah... Guru... Apa benar kita akan tinggal disini malam ini?" Tanya Yin Sheng yang melihat gua calon rumah mereka masih dipenuhi oleh asap ungu.
"Ah... Bodohnya aku..." Umpat Yao He dalam hati yang tidak memperhitungkan tentang berapa lama efek asap Demon Cruel akan bertahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Ibad Moulay
Takdir Yang Akan Membawa...
2022-09-26
1