Nangong Rong melambaikan tangannya, isyarat agar Du Kiang pergi. Pelayan itu sadar diri, dan segera pergi meninggal pemilik Villa Angsa Emas di dapur.
Nangong Rong berjalan mondar-mandir, sekarang banyak hal yang menjadi bahan pikirannya. Hal yang paling utama ingin ia selidiki masih belum terlihat pangkal sama sekali, hal lain malah kian bermunculan.
“Ahh, Dunia Persilatan benar-benar tempat yang sangat kejam, ada banyak hal yang tidak terduga akan terjadi kapan saja tanpa kita sadari, saat ingin dicegah itu semua mungkin saja telah terlambat.” Nangong Rong menghela nafas panjang.
Gadis itu sekarang berjalan ke meja tempat ia makan dan minum tadi. Goat Lan sudah tidak duduk di sana lagi, besar kemungkinan ia telah menyelesaikan makan malam dan kembali ke lantai atas, ke kamar yang sudah tentu telah disediakan oleh para pelayan padanya.
Nangong Rong terlihat sangat tenang, tidak menampilkan ada banyak beban yang mengganjal di hati. “Ah Siu, kemarilah!” Nangong Rong memanggil salah satu pelayannya yang paling setia.
Tak perlu menunggu lama, pelayan bernama Ah Siu mendatangi. “Apa yang Siocia inginkan, pelayan ini pasti akan bekerja dengan sangat baik.”
Nangong Rong membuat gerakan penolakan dengan lambaian tangannya. “Tidak, Ah Siu. mendekatlah lebih kemari dan berbicaralah dengan nada yang sangat lirih!”
Ah Siu patuh dan berjalan semakin dekat dengan Nangong Rong. Setelah menghela nafas dalam Nangong Rong bertanya, “Ah Siu, seharian ini selain insiden dengan orang-orang Yang Liu San Ceng, adakah kaum persilatan lain yang terlihat membawa gelagat tidak baik dan mencurigakan?!”
Sesaat Ah Siu terdiam, Siocia pemilik ini sangat aneh, dia memintanya mendekat dan berbicara dengan nada lirih, tapi nada suara Siocia itu sendiri agak sedikit bisa didengar orang lain.
Membuang pikiran yang tidak bisa dia pikir dengan tepat, Ah Siu berkata dengan nada lirih yang hanya bisa didengar oleh dia sendiri dan Nangong Rong. “Siocia, seharian ini, pelayan tidak melihat adanya pergerakan yang mencurigakan dari orang-orang dunia persilatan.”
“Kalau begitu ini sangat baik.” Nangong Rong seakan-akan dengan sengaja memperbesar suaranya sendiri, serta memperlihatkan kegembiraan hati. Ah Siu jelas semakin tidak mengerti dengan tingkah Siocia pemilik villa ini.
Nangong Rong sendiri, melakukan hal seperti ini bukan tanpa alasan. Nona pemilik Villa ini sangat mengerti situasi yang terjadi di Villa Angsa Emas sekarang.
Sejak ia memperlihatkan kehebatan tiada tara tadi siang, sudah pasti orang-orang akan menaruh perhatian lebih pada Villa Angsa Emas. Karena hal ini pula Nangong Rong sedikit mengangkat suara saat berkata-kata.
Ini seperti memainkan perang adu kecerdasan. Saat orang lain berpikir kenyamanan dan kedamaian serta tidak terlihat pergerakan sama sekali adalah bentuk paling sempurna dari praktik penyusupan dan menyembunyikan diri.
Bagi Nangong Rong semakin nyaman dan tenangnya situasi berarti akan ada bahaya yang besar.
Faktanya, kenyamanan ini sangat membuat hati Nangong Rong senang, adu akalnya berjalan seperti yang diinginkan. Orang lain benar-benar berpikir bahwa Nangong percaya pada hasil pantauan pelayannya itu.
“Kalau memang engkau tidak melihat adanya pergerakan lain, engkau boleh kembali bekerja.” Nangong Rong beranjak naik ke kamar. Sesaat kemudian ia kembali berbalik. “Ah Siu, aku melupakannya, kau beristirahatlah, besok engkau akan menemani adikku berbelanja.”
Nongong Rong tidak jadi melanjutkan keinginannya untuk kembali ke kamar tidur, dia malah berjalan ke resepsionis Villa. “Kalian juga, pergilah beristirahat. Malam ini aku yang akan berjaga.”
“Baik Siocia,” Resepsionis Villa patuh, dan beranjak pergi dalam hati dia sangat bersyukur. “Nangong Siocia benar-benar orang yang baik, bahkan dia mau mengganti pekerjaan kami saat kami sudah merasa sangat kelelahan.”
Nangong Rong terpekur sendirian di tempat resepsionis Villa Angsa Emas memikirkan banyak hal yang telah terjadi, hingga malam semakin beranjak naik. Dari luar Villa Angsa Emas siluet bayangan pemuda berjalan santai dan masuk ke dalam villa.
Pemuda yang terlihat unik, kulit badan yang pucat tidak berwarna, tapi wajahnya berwarna kekuningan seperti orang yang menderita penyakit dalam. Namun, hal unik dari pemuda ini, dia tidak terlihat kedinginan padahal baju yang ia pakai termasuk pakaian tipis bagi seniman beladiri yang bepergian jauh di musim salju.
Butiran-butiran bunga salju kecil bahkan masih menempel indah di atas pakaiannya, menandakan pemuda ini telah bepergian jauh tanpa berhenti dan hanya mengandalkan teknik meringankan tubuh, tanpa berkuda atau menyewa kereta kuda sama sekali.
Apalagi pedang dengan gagang indah juga dipegang erat di tangan kiri tamu muda itu. Dia benar-benar tidak menyembunyikan diri sebagai orang-orang dari Duni Bela Diri.
Dalam penglihatan Nangong Rong, dia segera mengetahui pemuda ini merupakan seniman bela diri yang sangat pilih tanding, sorot mata pemuda itu menjadi buktinya. Orang-orang rimba hijau yang sudah sangat ahli akan sangat mudah menilai orang lain hanya dari pancaran sinar mata.
Sinar mata yang bening bagaikan langit tak bertepi, menanda orang yang sudah mencapai puncak kesempurnaan dalam ilmu bela diri dan kebijaksanaan atau berlawanan dengan kebijaksanaan, mereka adalah para ahli tenaga batin dan ilmu sihir, orang-orang seperti itu akan sangat susah ditemui di rimba hijau.
Pada tingkatan kedua, adalah manusia-manusia dengan tipikal Nangong Rong dan pemuda yang baru saja masuk ke Villa Angsa Emas. Sorot mata mereka berdua tidak jauh berbeda, tajam, cerah, menusuk dan menindas. Ini juga kategori manusia-manusia yang telah berlatih sampai pada puncak kesempurnaan, tapi masih memiliki sedikit kekurangan pada pengalaman.
Saat berada di dalam Villa Angsa Emas, pemuda itu celingak-celinguk sejenak. Pada akhirnya, tatapan matanya berakhir pada Nangong Rong yang berjaga di resepsionis. Setelah melemparkan senyum ramah. “Maaf Nona Resepsionis, apa di sini masih ada kamar kosong yang bisa ditempati?”
Nangong Rong juga melemparkan senyum ramah, gigi putihnya yang berderet rapi ikut terlihat. “Kongcu ingin menginap berapa malam kah?! Kamar kosong sangat banyak tersedia di Villa ini, tapi harganya sedikit lebih mahal jika dibandingkan dengan penginapan biasa.”
Pemuda itu tidak lantas menjawab, otaknya dengan cepat menghitung hari kemunculan dari binatang ajaib berupa anak Naga di telaga pelangi. Itu mungkin berkisar sebelas hari dari sekarang, karena saat terang bulan dalam sebulan akan ada tiga malam. Tujuannya melakukan perjalanan jauh ke daerah Timur tanpa berhenti juga karena anak naga itu.
“Apa di sekitar tempat ini ada penginapan lainnya?” Pemuda ini juga harus menghitung pengeluarannya jika ingin tinggal lama Villa Angsa Emas, setelah melakukan perjalanan jauh, uang saku yang ia bawa juga berkurang banyak.
Sekilas melihat Nangong Rong segera menyadari apa yang menjadi kekhawatiran terbesar pemuda itu. “Kongcu ingin menetap dalam jangka waktu yang sedikit lama, tapi mungkin saja akan kekurangan bekal nantinya?”
“Ah, aku dapat menebak, pasti Kongcu juga seperti orang-orang dunia persilatan yang lain, akan berburu binatang ajaib itu nanti.” Nangong Rong menyerang langsung tepat di hati si pemuda.
Pemuda itu menghela nafas panjang. Dia tidak menutupi sama sekali, tapi nada suaranya memperlihatkan sedikit bantahan. “Apa yang Nona petugas resepsionis katakan ada benarnya, tapi lebih banyak salahnya. Tujuanku sangat berbeda dengan orang-orang yang tamak itu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
y@y@
👍🏾👍🏻👍🏼👍🏻👍🏾
2022-10-30
1
Kancellotti Unholy Mbachoter
biasaLah klo seringnya org baik itu sepi harta hihihihi
2022-08-31
1
Kancellotti Unholy Mbachoter
dia org baik...golonGan putihkah?
2022-08-31
1