Saat Nangong Xueyin keluar dari kamar Ning Rong-Rong, dia secara tidak sengaja melihat sang suami, Ning Quanzhong. Nangong Xueyin memiliki sedikit ketakutan di hati, tetapi suaminya tidak menuntut atau memarahi. Hanya ekspresi kusam dan kelelahan nyata yang bisa dilihat di wajah Ning Quanzhong.
Di dalam ruangan, Ning Rong-Rong menyadari bahwa ada sosok lain yang telah mendengarkan percakapan antara dia dan ibunya, dari langkah kaki ringan dan hembusan napas lembut. Indra pendengaran Ning Rong-Rong yang tajam tidak akan menipu, dia yakin sang ayah yang mencuri dengar percakapan mereka.
Namun, karena ayah tidak memarahi ibunya, Ning Rong-Rong tidak menegur, dan terus membiarkan ayahnya mendengar apa yang dia dan Ibu bicarakan.
“Aduh! Aku yakin, ayah juga sangat mengkhawatirkan dan memikirkan perasaan ibu,” gumam Ning Rong-Rong, berpura-pura. Itu tepat ketika dia mendengar langkah kaki ringan ayahnya meninggalkan dinding kamar.
Ning Rong-Rong terus membereskan perlengkapan, setelah melihat-lihat seluruh kamar tidur serta halaman belakang kamar tidur. “Aduh! Selamat tinggal! Hanya kepada kalian, benda-benda mati ini saya dapat mengucapkan kata-kata perpisahan.” Ning Rong-Rong kembali bergumam.
Dia menghela nafas panjang ….
Tidak ingin berpuas diri, Ning Rong-Rong berganti pakaian hitam sederhana, mengenakan cadar untuk menutupi wajah, lalu dia mengambil buntalan pakaian, dan keluar melalui jalan rahasia di belakang gedung megah Keluarga Ning.
Ning Rong-Rong, terus melesat menuju pintu keluar Kota Luoyang, saat itu memang waktu yang sangat tepat, mengingat warga Kota Luoyang yang sedang heboh, tidak percaya terhadap berita kematian sang Pendekar Besar. Mereka berbondong-bondong mengunjungi gedung mewah Keluarga Ning.
***
Berita kematian Ning Rong-Rong sangat mengejutkan Kota Luoyang, sebagian besar masyarakat tidak percaya dengan berita yang terus menyebar, tetapi upacara pemakaman dan pakaian berkabung putih-putih terlihat jelas dipakai oleh penghuni gedung Keluarga Ning.
Upacara pemakaman itu sendiri sepertinya juga sangat dipaksakan oleh Keluarga Ning, bukan hanya karena berita yang terlalu mendadak, tetapi juga karena mereka mengeluarkan ultimatum yang melarang penyebutan nama Ning Rong-Rong oleh seluruh masyarakat Kota Luoyang.
Bukankah ini sangat tidak masuk akal? Bagaimana mungkin nama Pendekar Besar dilarang untuk disebutkan setelah dia dinyatakan meninggal. Ini adalah perintah dan ultimatum sangat janggal yang pernah masyarakat dengar.
Namun begitu, ultimatum yang dikeluarkan oleh Keluarga Ning tidak ada masyarakat yang berani membantah atau mempertanyakannya, hal ini tidak lepas dari dukungan kekaisaran di belakang Keluarga Ning, perintah Kaisar seperti perintah Dewa, karena Kaisar adalah utusan Dewa.
Terlepas dari segala bentuk kekurangan dalam setiap perintah yang diberikan oleh Kaisar, setelah dianggap sebagai utusan Dewa, maka perintah itu jelas agung dan suci. Perintah mutlak yang harus diikuti tanpa perlu bantahan, jika tidak ingin dianggap sebagai pemberontakan.
Faktor lain, meskipun kematian Ning Rong-Rong terasa sangat aneh, akan tetapi, keluarga mengizinkan siapapun untuk melihat mayat di dalam peti mati. Tetapi, tetap saja tidak ada yang berani melihat mayat Ning Rong-Rong, atau hanya sekedar membuka peti mati itu.
Fakta-fakta ini menambah keingintahuan dan keheranan di hati orang-orang Kota Luoyang serta mereka yang mengenal Ning Rong-Rong secara dekat. Ya! Terlepas dari rasa ingin tahu dan heran, mereka semua hanya bisa menerima begitu saja apa yang telah diberitakan pihak keluarga.
Sedangkan pelarangan penyebutan nama Ning Rong-Rong, pihak keluarga memberikan alasan yang sedikit lebih masuk akal, yaitu; ibu, Ning Rong-Rong akan jatuh sakit ketika mendengar orang menyebut nama putrinya, ia terlalu sayang dan peduli pada putrinya. Larangan tersebut untuk mengurangi penderitaan Nangong Xueyin, serta mempercepat Nangong Xueyin melupakan kesedihannya.
Bagi penduduk Kota Luoyang, Ning Rong-Rong bukan keluarga mereka, keingintahuan di hati mereka hanya akan bertahan selama satu atau dua hari, selanjutnya, orang-orang akan sibuk dengan kegiatan mereka sendiri, hanya butuh beberapa hari, orang-orang jelas akan melupakan gadis itu.
***
Upacara pemakaman Ning Rong-Rong telah berlalu, orang-orang yang berkabung juga telah kembali ke rumah masing-masing. Perasaan berbeda muncul dari dalam gedung besar Keluarga Ning.
Nangong Xueyin, mengunci diri di dalam kamar, dia tidak ingin diganggu oleh siapapun, hanya pelayan setia yang selalu melayaninya ada di sana. Wanita ini juga hidup dalam permainan takdir, takdir sebagai selir, ya! Meskipun dia yang paling dicintai oleh suami, status sebagai selir tetap tidak lebih tinggi dari istri lain.
Jika statusnya sedikit lebih tinggi, dia akan berdebat dan menuntut sang suami untuk menganalisis kembali apa yang terjadi pada Ning Rong-Rong.
Sementara itu, Ning Quanzhong duduk sendirian di kursi halaman belakang kamar. Cahaya bulan dan angin sepoi-sepoi malam menemani kesendiriannya, guci arak dan beberapa cangkir arak berjejer di atas meja. Bau arak harum menyebar di halaman, siapa yang tahu berapa teguk dia telah meneguk arak harum itu.
Saat ini, dia hanya ingin sendiri, dengan pikiran bingung, perasaan mabuk mulai menyerang Ning Quanzhong.
“Brak!” Dia menggebrak meja dengan keras, membuat cangkir itu berceceran ke atas tanah.
Di balik sikapnya yang garang dan gagah berani, di balik sikap tegas mengusir Ning Rong-Rong dari keluarga, di balik setiap ultimatum kejam, Ning Quanzhong bisa dikatakan orang yang paling merasakan duka setelah Nangong Xueyin, dia tetaplah seorang ayah yang mencintai dan menyayangi sang putri. Apalagi sang putri adalah orang yang paling dia banggakan.
Namun, keputusan telah dibuat, dia harus melupakan apa yang terjadi hari ini.
“Brak!” Ning Quanzhong meremas cangkir arak di tangan hingga pecah berkeping-keping. “Rong‘er! Rong‘er! Mengapa engkau harus tidur di rumah pelesiran itu? Engkau benar-benar tega menghancurkan kehormatanmu sendiri, jika pemilik rumah pelesiran itu tidak tutup mulut, Keluarga Ning akan jatuh ke dalam lumpur terendah ...” Ning Quanzhong bergumam.
Dia merosot kembali ke kursi, sedikit terhuyung-huyung karena pengerahan tenaga dan tekanan mabuk dari arak harum.
“Haa!” Ning Quanzhong menarik napas dalam-dalam, masih tidak mengerti mengapa putrinya ketahuan menginap di rumah pelesiran. Apakah dia tidak mengerti aturan dan norma kehidupan masyarakat, terutama untuk seorang gadis, tinggal di rumah pelisir adalah aib yang tak termaafkan.
Meskipun dia sangat yakin, gadis itu sangat memahami etika dan budaya masyarakat seperti itu. Terus-menerus memikirkan hal tersebut, pembuluh darah Ning Quanzhong berdenyut hebat. Tetap saja, dia tidak mendapatkan alasan yang tepat dan masuk akal.
“Gluk … glug … glug …” Dia meneguk arak harum lagi, kali ini langsung dari guci arak, tanpa menggunakan cangkir.
Kehangatan dan panas panas segera menyebar lebih cepat. Tidak tahan, Ning Quanzhong memuntahkan semua isi perut, setelah beberapa saat dia berbaring tidak bisa bangun lagi, hanya tertidur pulas di kursi.
Beberapa pelayan yang berdiri di kejauhan, melihat semua yang dilakukan Tuan Besar, datang dan membawa Tuan Besar yang mabuk ke kamar tidurnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
y@y@
👍👍🏾👍🏼👍🏾👍
2022-10-12
1
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Jooosssssss...!! 👍👍
2022-10-12
1
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Laannjjuuttkann...
2022-10-12
1