Bab.18. Menjemput Suami

Satu minggu sudah berlalu sejak meninggalnya Sumarno. 7 hari tahlilanpun sudah dilakukan. Kini Anisa sedang berada di ruang tamu, karena semua keluarganya mengajak dirinya berembuk.

"Nisa. Juragan itu memintamu meninggalkan rumah ini, karena uangnya sudah dia bayarkan sama Paklek. Dan Paklek sudah membayarkan uang 100 juta itu pada rentenirnya," ujar Surani.

"Tapi ini kan belum ada satu bulan Paklek? berarti seharusnya bunga pinjaman itu tidak sampai 50%," tanya Anisa.

"Namanya juga berurusan dengan rentenir. Dia tidak mau tahu dengan urusan itu, yang dia tahu waktunya dicukupkan sampai sebulan " Jawab Surani sembari meraih cangkir teh diatas meja, dan kemudian menyesapnya.

"Jadi besok sebaiknya kamu pulang ke rumah mertuamu. Lagi pula kamu ini sudah menikah, kamu punya kewajiban mengurus suamimu. Ya meski suamimu kurang waras, tapi tetap saja harus di urus kan?" tanya Sumantri.

Stevi, Dea dan Mita menahan tawanya saat mendengar Sumantri menasehati sekaligus mengolok sepupunya itu.

"Ya. Besok aku akan pergi dari rumah ini. Malam ini biarkan aku tidur disini untuk terakhir kalinya," ujar Anisa.

"Kalau begitu kami pulang dulu. Besok pagi kami mau meninjau perkebunan teh dan kelapa sawit," ujar Sukamto.

Ingin rasanya Anisa menanyakan tentang sertifikat milih bapaknya. Tapi Anisa tahu semua pamannya tidak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya. Terlebih dia memang tidak tahu tentang keberadaan sertifikat itu.

"Baiklah. Aku ucapkan terima kasih banyak, karena kalian sudah membantu mengurus pemakaman dan juga tahlilan bapak selama 7 hari ini. Sekalian aku juga mau pamit, besok pagi aku akan pergi ke rumah mertuaku," ujar Anisa.

"Iya. Jaga dirimu baik-baik. Rawat suamimu dengan jiwa dan ragamu," ucap Surani.

Anisa gadis berpendidikkan. Tentu dia tahu kata-kata Surani sarat dengan hinaan dan ejekkan. Ditambah ekspresi pria parubaya itu sangat menunjukkan hal itu. Namun itulah Anisa, dia tidak pernah menunjukkan pada siapapun tentang kelemahannya, kekecewaannya, rasa marah, ataupun dendamnya. Karena Sumarno selalu menasehati dirinya, musuh terkadang perlu diperlakukan seperti teman.

"Terima kasih Paklek nasehatnya. Nisa akan selalu mendengar nasehat bijak Paklek," ucap Anisa dengan senyum manis terbit dari bibirnya.

Keluarga pamannyapun pergi dari rumah Anisa. Kini Anisa hanya tinggal sendirian di rumah. Setelah pintu rumahnya tertutup, Anisa menangis sesegukkan. Kini dia benar-benar merasa seorang diri. Anisa berlari kearah gudang, tempat biasa Sumarno dan Kusmini menyimpan peralatan saat pergi ke ladang.

Anisa meraba gagang cangkul, tapis kepala milik kusmini, dan sepatu both yang biasa digunakan oleh kedua orag tuanya itu

"Kenapa. Kenapa kalian meninggalkan Anisa sendiri. Hiks...sekarang tidak hanya kehilangan kalian, Nisa juga kehilangan kenangan terakhir yang Anisa miliki tentang kalian. Nisa harus bagaimana sekarang? hiks ..." Anisa kembali terisak.

"Anisa memang memiliki suami, tapi suami Nisa tidak bisa dijadikan tempat untuk berbagi. Katakan Nisa harus bagaimana? hiks,"

Anisa berjalan gontai menuju ruang tamu. Untuk sesaat dia teringat kebersamaannya bersama kedua orang tuannya di ruangan itu. Tempat biasa mereka mengobrol dan bercengkrama satu sama lain. Ruangan itu juga dijadikan tempat nonton tv bersama. Hati Anisa benar-benar terluka saat mengingat semuanya.

Karena terlalu lelah mengurus pemakaman dan tahlilan bapaknya, Anisapun jatuh tertidur disalah satu kursi panjang ruang tamu.

🌹🌹🌹🌹

Anisa terbangun dari tidurnya, saat matahari memasuki ruang itu lewat celah fentilasi. Anisa berjalan gontai kearah kamar, dan segera membersihkan diri ke kamar mandi. Setelah itu Anisa menghubungi Suban, dan mereka janjian pergi ke rumah sakit.

"Bian gawat!" Ryan memasuki ruang kerja Abian dengan tergesa-gesa.

"Ada apa?" tanya Abian tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop di depannya.

"Dokter Yasmar memberitahuku, kalau Ayahmu dan istrimu sedang menuju rumah sakit jiwa sekarang. Mereka ingin menjemputmu pulang." Jawab Ryan.

"Apa?" Abian terkejut.

Abian segera bangkit dari tempat duduk dan bergegas pergi ke rumah sakit besama Ryan.

"Dokter Yasmar bilang, mereka akan berusaha mengulur waktu sampai kita datang. Tapi lebih bagus lagi, kalau kita datang lebih dulu dari mereka," ujar Ryan.

Abian diam tanpa berkomentar. Dia terlalu sibuk menyetir mobil sport miliknya. Pria berambut gondrong itu bahkan tetap membiarkan rambutnya dikuncir kebelakang.

"Bi-Bian. Apa kamu yakin ingin tinggal di rumah ayahmu? sampai kapan?" tanya Ryan.

"Sampai aku puas mempermainkan hidup Suban, dan menghancurkan hidup gadis yang sengaja dia jodohkan denganku." Jawab Abian.

"Lalu bagaimana dengan urusan kantor? misal kalau aku membutuhkan tanda tanganmu, atau ada rapat penting yang memang harus kamu sendiri yang menghadiri," tanya Ryan.

"Kamu tenang saja. Nanti aku yang akan bicara dengan dokter Yasmar tentang rencanaku. Nanti kamu bisa menelponku tiap kali ada hal penting." Jawab Abian.

"Baiklah. Tapi ngomong-ngomong istrimu itu lumayan cantik. Apa kamu tidak berencana mengajaknya berbulan madu?" tanya Ryan.

"Jangan bicara sembarangan. Aku nggak mau menyentuh wanita lain, selain Geisha. Aku saja berpacaran dengan Geisha selama 7 tahun, tidak pernah melakukan hubungan diluar batas selain berciuman. Bahkan dadanyapun belum pernahku pegang. Aku punya prinsip sendiri, hanya saat jadi istriku baru akan kulakukan semua itu." Jawab Abian.

"Tapi Anisa kan sudah jadi istrimu? lagi pula Geisha tidak tahu dan tidak melihatmu. Jadi kamu bebas melepaskan benihmu itu," ujar Ryan sembari terkekeh.

"Aku tidak suka menyentuh wanita yang tidak aku cintai. Aku tidak suka menyentuh sembarang wanita, kecuali sudah melalui tahap sortir. Karena wanita tidak semuanya setia, berbeda dengan Geishaku yang lembut dan anggun," ujar Abian.

"Iya-Iya bos bucin. Hah, malang sekali nasib istrimu itu. Jadi seumur hidup dia akan mengurus suaminya yang berpura-pura gila," ujar Ryan.

"Itu salahkan dirinya sendiri yang bodohnya sudah akut." Jawab Abian.

"Kita sudah sampai. Cepat lewat jalan belakang! lepaskan jasmu, dan pakai hoddy ini," ujar Ryan.

"Kamu memang sahabat sejatiku. Kamu tahu segalanya apa yang aku butuhkan. Mungkin kalau kamu wanita, aku lebih sudi menikahimu," ujar Abian sembari melepas jasnya dan memakai hoddy.

"Omong kosong!" ucap Ryan.

Abian bergegas turun, namun dia terkejut karena melihat mobil Suban baru tiba diparkiran. Abian bergegas berbalik badan, dan segera mencari jalur lain, agar dirinya cepat sampai ke ruangan dokter Yasmar. Setelah dia sampai di ruangan dokter itu, diapun berdiskusi tentang apa yang dia inginkan. Dokter Yasmar mengerti, dan segera menyuruh Abian segera berganti pakaian pasien.

Tok

Tok

Tok

Ceklek

"Selamat pagi dokter," sapa Suban.

"Selamat pagi pak," dokter Yasmar menjabat tangan Suban, dan mempersilahkan pria parubaya itu duduk besama Anisa.

"Apa kami bisa langsung menjemput suami saya dok?" tanya Anisa.

"Ada hal yang perlu saya katakan pada kalian, agar kalian tidak heran saat dirinya pulang ke rumah nanti. " Jawab dokter Yasmar.

"Ada apa dok?" tanya Suban.

"Seperti yang kita ketahui, rumah anda menyimpan kenangan trauma di masa lalu. Saat ini tingkat kesembuhan Abian memang sudah mencapai 80%. Tapi itu bukan berarti sewaktu-waktu penyakitnya tidak akan kumat, jika ada yang memicunya,"

"Jadi saranku. Jangan melarangnya saat dia ingin keluar rumah. Dia bisa menjawab telpon, Jika kalian khawatir," sambung dokter Yasmar.

Suban dan Anisa saling berpandangan. Tentu saja hal itu membuat mereka khawatir. Selain khawatir dengan keselamatann Abian, mereka khawatir kalau Abian mencelakai orang lain.

Terpopuler

Comments

Tita Puspita Dewi

Tita Puspita Dewi

tolong sadarkan nisa dari ketololannya dan jauhkan dia dari keluarga toxicnya.

2023-04-30

0

Lenkzher Thea

Lenkzher Thea

Inalilahi wa ina ilaihi rojiun, jadi bapak nya Anisa sudah meninggal.

2022-07-29

0

☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜

☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜

nunggu Abian bucin sama Anisa🤭

2022-07-26

0

lihat semua
Episodes
1 Bab.1. Anak Bodoh
2 Bab.2. Berselingkuh
3 Bab.3. Pindah
4 Bab.4. Penderitaan Dimulai
5 Bab.5. Duka Abian
6 Bab.6. Cacat Mental
7 Bab.7. Peringatan Kematian
8 Bab.8. Dikucilkan Keluarga
9 Bab.9. Duka
10 Bab.10. Konspirasi
11 Bab.11. Jangan Tinggalin Anisa
12 Bab.12. Tawaran Menikah
13 Bab.13. Permintaan Terakhir
14 Bab.14. kejujuran Suban
15 Bab.15. Kemarahan Abian
16 Bab.16. Amanat Sumarno
17 Bab.17. Sah
18 Bab.18. Menjemput Suami
19 Bab.19. Pulang Ke Rumah
20 20. Sindiran Mertua
21 Bab.21. Lamaran Kerja
22 Bab.22. Hari Pertama Kerja
23 Bab.23. Gaji Pertama
24 Bab.24. Gosip
25 Bab.25. Bedah Cesar
26 Bab.26. Kenangan Lama
27 Bab.27. Durian Runtuh
28 Bab.28. Berdebar
29 Bab.29. Jadwal Yang Sama
30 Bab.30. Sama-Sama Tidak Pulang
31 Bab.31. Hadiah Motor
32 Bab.32. Cengeng
33 Bab.33. Demam
34 Bab.34. Pisah
35 Bab.35. Hambar
36 Bab.36. Copet Di Mall
37 Bab.37. Bertemu Lagi
38 Bab.38. Mencari Anisa
39 Bab.39. Masih Mencari
40 Bab.40. Undangan
41 Bab.41. Menyebar Undangan
42 Bab.42. Menyakitkan
43 Bab.43. Pembohong!
44 Bab.44. Aku Membencimu
45 Bab.45. Menolak
46 Bab.46. Bergosip Ria
47 Bab.47. Menghindar
48 Bab.48. Senang
49 Bab.49. Tidak Masalah
50 Bab.50. Penyakit Hati
51 Bab.51. Diam
52 Bab.52. Kesalahan
53 Bab.53. Penyesalan Tak Berguna
54 Bab.54. Tidak Terima
55 Bab.55. Putus
56 Bab.56. Murka
57 Bab.57. Pergi Jauh
58 Bab.58. Stres
59 Bab.59. Merindukanmu
60 Bab.60. Positif
61 Bab.61. Klien Besar
62 Bab 62. Liburan
63 Bab.63. Ke Hotel Dulu
64 Bab 64. Berat Hati
65 Bab.65. Ikan Salmon Misterius
66 Bab.66. Tidak Menerima Sedekah Lagi
67 Bab.67. Cinta tidak bisa dipaksakan
68 Bab.68. Takut Ditinggalkan
69 Bab.69. Anisa Kembali
70 Bab.70. Kebenaran
71 Bab.71. SAH
72 Bab.72. Bahagia
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab.1. Anak Bodoh
2
Bab.2. Berselingkuh
3
Bab.3. Pindah
4
Bab.4. Penderitaan Dimulai
5
Bab.5. Duka Abian
6
Bab.6. Cacat Mental
7
Bab.7. Peringatan Kematian
8
Bab.8. Dikucilkan Keluarga
9
Bab.9. Duka
10
Bab.10. Konspirasi
11
Bab.11. Jangan Tinggalin Anisa
12
Bab.12. Tawaran Menikah
13
Bab.13. Permintaan Terakhir
14
Bab.14. kejujuran Suban
15
Bab.15. Kemarahan Abian
16
Bab.16. Amanat Sumarno
17
Bab.17. Sah
18
Bab.18. Menjemput Suami
19
Bab.19. Pulang Ke Rumah
20
20. Sindiran Mertua
21
Bab.21. Lamaran Kerja
22
Bab.22. Hari Pertama Kerja
23
Bab.23. Gaji Pertama
24
Bab.24. Gosip
25
Bab.25. Bedah Cesar
26
Bab.26. Kenangan Lama
27
Bab.27. Durian Runtuh
28
Bab.28. Berdebar
29
Bab.29. Jadwal Yang Sama
30
Bab.30. Sama-Sama Tidak Pulang
31
Bab.31. Hadiah Motor
32
Bab.32. Cengeng
33
Bab.33. Demam
34
Bab.34. Pisah
35
Bab.35. Hambar
36
Bab.36. Copet Di Mall
37
Bab.37. Bertemu Lagi
38
Bab.38. Mencari Anisa
39
Bab.39. Masih Mencari
40
Bab.40. Undangan
41
Bab.41. Menyebar Undangan
42
Bab.42. Menyakitkan
43
Bab.43. Pembohong!
44
Bab.44. Aku Membencimu
45
Bab.45. Menolak
46
Bab.46. Bergosip Ria
47
Bab.47. Menghindar
48
Bab.48. Senang
49
Bab.49. Tidak Masalah
50
Bab.50. Penyakit Hati
51
Bab.51. Diam
52
Bab.52. Kesalahan
53
Bab.53. Penyesalan Tak Berguna
54
Bab.54. Tidak Terima
55
Bab.55. Putus
56
Bab.56. Murka
57
Bab.57. Pergi Jauh
58
Bab.58. Stres
59
Bab.59. Merindukanmu
60
Bab.60. Positif
61
Bab.61. Klien Besar
62
Bab 62. Liburan
63
Bab.63. Ke Hotel Dulu
64
Bab 64. Berat Hati
65
Bab.65. Ikan Salmon Misterius
66
Bab.66. Tidak Menerima Sedekah Lagi
67
Bab.67. Cinta tidak bisa dipaksakan
68
Bab.68. Takut Ditinggalkan
69
Bab.69. Anisa Kembali
70
Bab.70. Kebenaran
71
Bab.71. SAH
72
Bab.72. Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!