Bab.7. Peringatan Kematian

"Kakak segalanya bagiku. Kakak itu merangkap sebagai Ibuku dan juga Ayahku," Abian mulai mencurahkan isi hatinya.

"Ayah? bukankah Abian punya Ayah? pak Suban kan Ayahmu?" tanya dokter Yasmar.

Suban menelan ludahnya. Seolah pria itu tahu apa yang akan dikatakan Abian selanjutnya.

"Tidak. Dia bukan Ayahku. Dia itu Hitller dijaman modern. Dia itu titisan Fir'aun, aku sangat membencinya. Gara-Gara dia kakak mengakhiri hidupnya. Hiks...."

Dokter Yasmar melirik kearah Suban yang tengah tertunduk sembari meneteskan air mata.

"Abian. Kalau Ayahmu sering memarahi kalian, bukan berarti dia tidak sayang. Pasti semua ada alasannya," dokter Yasmar mulai memasukkan kata-kata positif untuk menekan emosional dalam diri Abian.

"Tidak ada alasan bagi seseorang yang kejam dan selalu mendoktrin anaknya agar menjadi orang hebat, orang pintar, dan membanggakan. Tidak semua anak bisa melakukannya, tidak semua anak berotak pintar. Kenapa harus memaksakan kehendak pada anak, kalau memang anak tidak mampu,"

"Disaat semua anak asyik bermain. Aku dan kakak dipaksa belajar terus menerus. Tiada hari tanpa belajar. Bahkan aku dan kakak tidak pernah punya teman diluar rumah selain teman yang bertemu di sekolah. Saat di rumah, kak Ardanlah temanku. Dia sangat baik dan menyayangiku. Tanpa dia, aku tidak punya siapa-siapa lagi. Aku ingin mengakhiri hidupku, agar bisa bertemu kakak lagi,"

"Tapi surat yang kakak tinggalkan untukku selalu menjadi penghalang untukku bertemu dengannya,"

"Surat? apa isi surat itu?" tanya dokter Yasmar.

"Kakak bilang jangan pernah melakukan hal seperti yang dia lakukan. Dia juga bilang cuma pergi sebentar saja, dan akan kembali suatu hari nanti. Tapi aku tidak mengerti, kenapa kakak juga bilang, aku harus menjaga manusia kejam itu dengan baik. Aku dipaksa berjanji, agar aku tidak meninggalkan manusia itu sendirian. Apa kakak tidak tahu? aku sangat membenci manusian itu, aku ingin sekali membunuhnya,"

"Abian dengar!" dokter Yasmar mulai memgambil kendali, karena dia bisa melihat emosi yang Abian perlihatkan semakin tidak terkendali.

"Terkadang apa yang kita anggap baik, belum tentu itu baik. Begitu juga sebaliknya. Apa yang kita nilai buruk, tapi ternyata tidak buruk sama sekali. Mungkin cara Ayahmu mendidik kalian memang salah, tapi percayalah. Semua yang dia lakukan demi kebaikkan kalian semua," ujar dokter Yasmar.

"Tapi karena kebaikkannya itu, aku jadi kehilangan kakakku," ucap Abian.

"Sepertinya luka batin yang anak ini alami sangat dalam. Kepribadiannya juga sangat kuat. Bahkan meski dibawah pengaruh hipnoterapi, seolah tidak bisa memasukkam hal positif dalam pikirannya," batin dokter.

"Baiklah Abian. Kita cukupkan dulu sampai disini ya! sekarang kamu bisa bangun dari tidurmu," ucap dokter Yasmar.

Suban bergegas menghapus air matanya. Pria itu juga menyeka sisa air mata Abian yang masih mengalir dipipinya. Dokter Yasmar kemudian memberikan kode pada Perawat, agar membawa Abian ke ruang tunggu. Sementara Suban dibiarkan tetap tinggal, karena dia ingin bicara pada pria parubaya itu.

"Sebenarnya apa yang terjadi pak? kalau apa yang dikatakan Abian benar, bapak bisa berurusan dengan hukum. Bapak sudah melakukan diskiriminasi, eksploitasi, terhadap anak-anak. Bahkan bapak juga melakukan penganiayaan terhadap anak-anak. Semua itu sudah diatur dalam undang-undang perlindungan anak," ujar dokter Yasmar.

"Aku akui caraku mendidik anak memang keras dok. Tapi aku ingin anakku tidak menjadi bodoh sepertiku. Aku tidak ingin anakku diremehkan orang, dan menjadi orang yang berhasil. Apalah dayaku dok, aku ini mengurus anak sendirian. Ibu mereka sudah pergi entah kemana, itu karena aku bodoh dan tidak berharta. Aku tidak ingin anakku mengalami nasib yang serupa," ujar Suban.

"Apapun alasannya, itu sama sekali tidak dibenarkan pak. Saya mungkin bisa tutup mulut, karena Abian cuma dibawah pengasuhan anda. Tapi kalau sampai ini terulang lagi, tentu aku tidak akan tinggal diam," ucap dokter Yasmar.

Dokter Yasmar kemudian menghela nafas, karena dia menyadari dirinya hampir lepas kendali.

"Saya sarankan lakukan terapi pada Abian seminggu sebanyak 2 kali. Sebab kalau itu tidak dilakukan, dia akan semakin terpuruk dalam luka batinnya," sambung dokter Yasmar.

"Baik dok. Kira-Kira apa anak saya bisa kembali normal seperti semula?" tanya Suban.

"Tergantung dari kemauan dari Abian. Kalau dia merasa lebih nyaman di dunianya saat ini, maka akan sulit membuatnya kembali. Ini memang sulit, tapi kalau tidak dicoba, kita tidak akan tahu hasilnya bukan?" ucap dokter Yasmar.

"Lakukan apapun dok. Lakukan apapun yang bisa membuat anak saya kembali seperti semula," ujar Suban.

"Pasti." Jawab dokter.

Sejak saat itu Abian melakukan terapi secara berulang-ulang namun tetap saja tidak membuahkan hasil. Malah Abian melakukan hal-hal yang impulsif, dengan menghancurkan semua barang-barang di rumahnya.

"Maaf pak Suban. Dengan berat hati saya harus mengatakan, kalau Abian mengalami gangguan kejiwaan. Abian tidak bisa berada satu atap dengan anda, karena dialam bawah sadarnya sudah terdoktrin bahwa andalah penyebab dari kematian kakaknya. Saya khawatir dia bisa menyakiti anda sewaktu-waktu. Dia harus di rawat pak," ujar dokter Yasmar.

"Ja-Jadi...."

"Iya pak. Dengan alasan keamanan, Abian harus dirawat di rumah sakit jiwa. Takutnya dia tidak hanya menyakiti anda, tapi juga menyakiti tetangga sekitar. Ini sangat berbahaya," ujar dokter Yasmar.

Suban tersandar lemas di kursi yang dia dudukki. Dia sangat berat melepas Abian, karena dia tidak ingin hidup sendirian.

"Apa suatu saat nanti dia bisa sembuh dok?" tanya Suban.

"Kami akan melakukan yang terbaik pak. Kita berdo'a saja, semoga anak bapak cepat sembuh. Kalau bapak setuju Abian dirawat disini, silahkan bapak tanda tangani surat ini," ujar dokter Yasmar.

Suban Akhirnya menuruti apa yang dikatakan dokter. Bagi Suban Abian adalah harta berharganya. Uang tanpa anak, tentu semua itu tidak ada artinya bagi Suban.

*****

"Sudah 12 tahun ya! apa kakak baik-baik saja disana? hari ini tepat 12 tahun kakak tiada, waktu itu aku lupa memberitahumu kalau manusia durjana itu sudah menikah lagi 7 tahun yang lalu. Menikahi wanita yang lebih muda 20 tahun. Sehingga kita mempunyai satu adik perempuan yang manis. Tapi kak, meskipun sudah 12 tahun berlalu, aku tetap tidak bisa memaafkannya. Meskipun dia memiliki anak lagi, tapi aku ingin membuatnya terus dihantui rasa bersalah,"

"Oh ya. Setiap mengenang kematian kakak, aku selalu membagikam ice cream dan gorengan pada semua anak-anak yang aku temui. Sekarang aku sudah punya segalanya, tapi aku sama sekali tidak bahagia. Kakak tahu kenapa? itu karena aku tidak menikmatinya bersamamu," air mata Abian kembali tumpah, meskipun kematian Ardan sudah berlalu selama 12 tahun.

"Aku pergi kak. Biasanya orang itu akan datang ke rumah sakit, setiap tanggal peringatan meninggalnya kakak. Aku harus kembali kesana, untuk membuatnya meratapi dosa-dosanya," ucap Abian.

Abian kemudian mengenakan kaca mata hitamnya, dan meninggalkan pusara kakaknya.

Terpopuler

Comments

Tia H.

Tia H.

dadaku nyesek jadi pengen gebukkin bapak nya .😭😭😭.

2024-04-22

0

🍀💖Anggita PutLing💖🍀

🍀💖Anggita PutLing💖🍀

rasanya ikut sesak di dada 😭😭😭

2023-01-20

0

Nm@

Nm@

Aku jadi teringat kakakku yang sama sekali tidak pulang untuk sekedar mengingat adik - adiknya!

2022-08-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab.1. Anak Bodoh
2 Bab.2. Berselingkuh
3 Bab.3. Pindah
4 Bab.4. Penderitaan Dimulai
5 Bab.5. Duka Abian
6 Bab.6. Cacat Mental
7 Bab.7. Peringatan Kematian
8 Bab.8. Dikucilkan Keluarga
9 Bab.9. Duka
10 Bab.10. Konspirasi
11 Bab.11. Jangan Tinggalin Anisa
12 Bab.12. Tawaran Menikah
13 Bab.13. Permintaan Terakhir
14 Bab.14. kejujuran Suban
15 Bab.15. Kemarahan Abian
16 Bab.16. Amanat Sumarno
17 Bab.17. Sah
18 Bab.18. Menjemput Suami
19 Bab.19. Pulang Ke Rumah
20 20. Sindiran Mertua
21 Bab.21. Lamaran Kerja
22 Bab.22. Hari Pertama Kerja
23 Bab.23. Gaji Pertama
24 Bab.24. Gosip
25 Bab.25. Bedah Cesar
26 Bab.26. Kenangan Lama
27 Bab.27. Durian Runtuh
28 Bab.28. Berdebar
29 Bab.29. Jadwal Yang Sama
30 Bab.30. Sama-Sama Tidak Pulang
31 Bab.31. Hadiah Motor
32 Bab.32. Cengeng
33 Bab.33. Demam
34 Bab.34. Pisah
35 Bab.35. Hambar
36 Bab.36. Copet Di Mall
37 Bab.37. Bertemu Lagi
38 Bab.38. Mencari Anisa
39 Bab.39. Masih Mencari
40 Bab.40. Undangan
41 Bab.41. Menyebar Undangan
42 Bab.42. Menyakitkan
43 Bab.43. Pembohong!
44 Bab.44. Aku Membencimu
45 Bab.45. Menolak
46 Bab.46. Bergosip Ria
47 Bab.47. Menghindar
48 Bab.48. Senang
49 Bab.49. Tidak Masalah
50 Bab.50. Penyakit Hati
51 Bab.51. Diam
52 Bab.52. Kesalahan
53 Bab.53. Penyesalan Tak Berguna
54 Bab.54. Tidak Terima
55 Bab.55. Putus
56 Bab.56. Murka
57 Bab.57. Pergi Jauh
58 Bab.58. Stres
59 Bab.59. Merindukanmu
60 Bab.60. Positif
61 Bab.61. Klien Besar
62 Bab 62. Liburan
63 Bab.63. Ke Hotel Dulu
64 Bab 64. Berat Hati
65 Bab.65. Ikan Salmon Misterius
66 Bab.66. Tidak Menerima Sedekah Lagi
67 Bab.67. Cinta tidak bisa dipaksakan
68 Bab.68. Takut Ditinggalkan
69 Bab.69. Anisa Kembali
70 Bab.70. Kebenaran
71 Bab.71. SAH
72 Bab.72. Bahagia
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab.1. Anak Bodoh
2
Bab.2. Berselingkuh
3
Bab.3. Pindah
4
Bab.4. Penderitaan Dimulai
5
Bab.5. Duka Abian
6
Bab.6. Cacat Mental
7
Bab.7. Peringatan Kematian
8
Bab.8. Dikucilkan Keluarga
9
Bab.9. Duka
10
Bab.10. Konspirasi
11
Bab.11. Jangan Tinggalin Anisa
12
Bab.12. Tawaran Menikah
13
Bab.13. Permintaan Terakhir
14
Bab.14. kejujuran Suban
15
Bab.15. Kemarahan Abian
16
Bab.16. Amanat Sumarno
17
Bab.17. Sah
18
Bab.18. Menjemput Suami
19
Bab.19. Pulang Ke Rumah
20
20. Sindiran Mertua
21
Bab.21. Lamaran Kerja
22
Bab.22. Hari Pertama Kerja
23
Bab.23. Gaji Pertama
24
Bab.24. Gosip
25
Bab.25. Bedah Cesar
26
Bab.26. Kenangan Lama
27
Bab.27. Durian Runtuh
28
Bab.28. Berdebar
29
Bab.29. Jadwal Yang Sama
30
Bab.30. Sama-Sama Tidak Pulang
31
Bab.31. Hadiah Motor
32
Bab.32. Cengeng
33
Bab.33. Demam
34
Bab.34. Pisah
35
Bab.35. Hambar
36
Bab.36. Copet Di Mall
37
Bab.37. Bertemu Lagi
38
Bab.38. Mencari Anisa
39
Bab.39. Masih Mencari
40
Bab.40. Undangan
41
Bab.41. Menyebar Undangan
42
Bab.42. Menyakitkan
43
Bab.43. Pembohong!
44
Bab.44. Aku Membencimu
45
Bab.45. Menolak
46
Bab.46. Bergosip Ria
47
Bab.47. Menghindar
48
Bab.48. Senang
49
Bab.49. Tidak Masalah
50
Bab.50. Penyakit Hati
51
Bab.51. Diam
52
Bab.52. Kesalahan
53
Bab.53. Penyesalan Tak Berguna
54
Bab.54. Tidak Terima
55
Bab.55. Putus
56
Bab.56. Murka
57
Bab.57. Pergi Jauh
58
Bab.58. Stres
59
Bab.59. Merindukanmu
60
Bab.60. Positif
61
Bab.61. Klien Besar
62
Bab 62. Liburan
63
Bab.63. Ke Hotel Dulu
64
Bab 64. Berat Hati
65
Bab.65. Ikan Salmon Misterius
66
Bab.66. Tidak Menerima Sedekah Lagi
67
Bab.67. Cinta tidak bisa dipaksakan
68
Bab.68. Takut Ditinggalkan
69
Bab.69. Anisa Kembali
70
Bab.70. Kebenaran
71
Bab.71. SAH
72
Bab.72. Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!