Bab.14. kejujuran Suban

"Nisa. Ba-Bapak ingin sekali melihatmu menikah sebelum bapak meninggal," ucap Sumarno lirih dan dengan nafas tersenggal-senggal.

"Bapak jangan ngomong begitu. Bapak pasti baik-baik saja. Jangan tinggalin Nisa sendiri pak. Hiks...." Anisa kembali terisak mendengar ucapan Sumarno.

"Dengan kamu menikah, bapak bisa melepasmu dengan tenang. Beban di hati bapak terangkat," ucap Sumarno.

"Apa bapak benar-benar ingin aku menikah?" tanya Anisa.

"I-Iya. Apa kamu sudah ada pacar? bawa dia kesini, menikahlah dihadapan bapak," tanya Sumarno.

"Ada. Nanti aku akan membawanya. Tapi bapak harus janji, bapak harus segera sembuh ya pak!" ujar Anisa yang hanya dijawab senyuman kecil oleh Sumarno.

Anisa kemudian keluar dari ruangan Sumarno, dan mondar mandir memikirkan sesuatu.

"Bagaimana aku bisa menemukan pria dengan waktu singkat? siapa yang mau menikahi gadis miskin sesingkat ini? laki-laki pasti akan ketakutan, karena mereka mengira aku ini gadis gila dan terlalu percaya diri," gumam Anisa.

Namun disela kegamangannya, Anisa jadi teringat dengan tawaran Suban tempo hari. Dan itu membuat langkahnya terhenti di tempat.

"Kertas itu," gumam Anisa.

Anisa membuka tas selempangnya, dan mencari kertas yang dia cari diantara barang-barang miliknya.

"Dimana kertas itu? apa tidak sengaja terjatuh? kok tidak ada?" gerutu Anisa.

Plukkk

Plukkk

Plukkk

Anisa mengeluarkan semua isi tasnya keatas lantai, dan benar-benar tidak menemukan kertas itu.

"Ya Tuhan...kenapa Engkau memberikan cobaan sebesar ini padaku. Disaat aku merasa kertas itu menjadi harapanku, tapi kertas iu malah hilang kembali. Aku harus bagaimana sekarang?" gumam Anisa.

"Apa aku harus menerima tawaran Paklek buat menikah dengan rentenir itu? tapi haruskah seperti itu?"

Anisa berjalan menyusuri koridor rumah sakit dan tampak berpikir keras. Tanpa sengaja dia menabrak seseorang, karena tidak fokus melihat jalan.

Brukkkk

"Apa aku harus berkali-kali mengalami kesialan dalam hidupku?" gumam Anisa.

Anisa mencoba berdiri dari lantai, dan menatap seseorang yang dia tabrak.

"Apa kamu baik-baik saja nak?" tanya Suban.

"Ba-Bapak? Bapak yang kemarin ngasih nomor ponsel kan?" tanya Anisa semringah.

"Ya. Bapak pikir kamu lupa." Jawab Suban.

"Pak. Bapak harus ikut saya sekarang," ujar Anisa sembari menarik tangan Suban dengan cepat.

Suban sedikit keteteran saat menyelaraskan langkah kakinya dengan Anisa. Ditambah nafasnya sedikit ngos-ngosan, karena penyakit paru-paru yang dia derita. Dan langkah mereka terhenti, saat Anisa mengajaknya duduk disebuah ruang tunggu yang sedikit agak sepi.

"Pak. Apa tawaran bapak kemarin masih berlaku?" tanya Anisa penuh harap.

"Tentu saja. Apa kamu sedang membutuhkan uang untuk pengobatan bapak kamu?" tanya Suban.

"Untuk sekarang belum. Tapi saya punya masalah baru. Bapak ingin saya segera menikah." Jawab Anisa.

"Maaf nak. Tapi menurut bapak kamu harus menuruti apa yang bapak kamu inginkan. Bisa jadi itu perminataan terakhir seseorang yang mau meninggal. Mungkin bapak kamu jalannya terhambat, karena keinginannya belum tercapai. Kamu adalah anak perempuannya, pasti menjadi beban tersendiri dalam pikirannya," ucapan Suban membuat Anisa tertegun.

"Apa benar seperti itu pak? bapak jangan menakutiku. Saya belum mau kehilangan bapak saya," tanya Anisa dengan wajah sedih.

"Sekali lagi bapak minta maaf kalau sudah membuatmu jadi sedih. Tapi bisa jadi juga dengan menikah semangat hidup bapak kamu akan lebih meningkat lagi," kali ini ucapan Suban membuat senyum dibibir Anisa merekah kembali.

"Baiklah. Kalau begitu aku bersedia menikah dengan anak bapak," ujar Anisa yang membuat Suban juga tersenyum lega.

"Tapi ada hal yang ingin bapak katakan padamu nak...."

"Nisa. Nama saya Anisa pak," ujar Anisa memperkenalkan dirinya.

"Ya Anisa. Bapak tidak ingin menutupinya darimu, karena bapak pikir kamu memang harus mengetahuinya. Bapak ingin menikahkanmu dengan anak kedua bapak, namanya Abian. Tapi dia sedikit istimewa," ujar Suban.

"Istimewa? maksudnya?" tanya Anisa.

"Abian saat ini sedang mengalami gangguan mental karena sesuatu. Dia tidak ingin berbicara dengan orang-orang tertentu yang dikehendakinya. Sejauh ini dia tidak pernah menyakiti orang. Dia hanya tidak ingin berbicara dengan orang yang membuatnya tidak nyaman saja." Jawab Suban.

"Apa-Apaan bapak ini? dia ingin menikahkan aku dengan orang gila? bapakku ingin aku menikah, agar ada yang menjagaku. Kalau begini caranya, aku yang akan menjaganya. Ya Tuhan...nasibku kok jadi begini?" batin Anisa.

"Maaf pak. Tapi kalau begitu caranya, bagaimana caranya dia akan mengucapkan ijab qobulnya?" tanya Anisa.

"Bapak sudah menyuruh seseorang untuk melatihnya." Jawab Suban.

"Tapi pak bagaimana nasib kami kedepannya? hidup itu butuh makan. Aku baru saja lulus kuliah dan belum sempat cari kerja," kali ini Anisa berusaha menolak secara halus.

"Kamu tidak perlu khawatir. Bapak punya usaha. Kamu bisa mengelolahnya setelah bapak tiada." Jawab Suban.

"Bu-Bukan begitu maksudku pak. Aku..."

"Anisa. Entah mengapa bapak punya keyakinan, kalau kamu bisa menjaga anak bapak dan menyayangi dia. Bapak sekarang sudah tua dan sakit-sakitan, dan sekarang istri bapak hanya ibu tirinya. Kamu pasti mengerti maksud bapak,"

"Bapak hanya khawatir, disaat bapak tiada nanti tidak ada yang menjaganya. Maaf, mungkin kesannya bapak ingin membebankan dia padamu. Tapi kalau memang dipertengahan jalan dia merepotkanmu, kamu bisa bercerai dengannya dan memasukkannya kembali ke rumah sakit jiwa," sambung Suban.

"Jadi sekarang dia ada di rumah sakit jiwa?" tanya Anisa.

"Ya. Karena sebelum dia sakit, bapak pernah melakukan kesalahan fatal sehingga membuat mentalnya jadi terganggu. Dia tidak ingin bicara dengan bapak sejak 12 tahun yang lalu. Tapi meski begitu bapak sangat sayang sama Abian," mata Suban berkaca-kaca saat mengungkapkan perasaannya.

"A-Apa bapak yakin dia tidak menyakiti orang? bagaimana kalau saat saya tertidur, tiba-tiba dia mencekikku? atau menusukku dengan pisau?" tanya Anisa.

"Dia tidak begitu. Dia hanya tidak ingin bicara dengan orang yang dia kehendaki saja." Jawab Suban.

"Kalau kamu mau, lakukan pernikahan secara siri saja. Agar kamu bisa mengabulkan permintaan bapak kamu, dan bapak bisa melihat bagaimana kemajuan dia dalam berinteraksi dengan lawan jenis," sambung Suban.

"Terlebih bapak ingin melihat, apa dia bisa melakukan ijab qobul itu di depan bapakmu?" ucap Suban.

Anisa lagi-lagi tampak berpikir. Tentu saja dia merasa berat mengambil keputusan yang menurutnya terlalu beresiko itu. Tapi saat dia mengingat tentang Sumarno, dia jadi takut sendiri kalau tidak bisa menuruti permintaan terakhir orang tuanya itu.

"Baiklah pak aku setuju. Apa kita bisa melaksanakan ijab qobulnya besok?" tanya Anisa.

"Bisa. Besok bapak akan datang bersama Abian, penghulu, dan saksi. Katakan! mahar apa yang kamu inginkan?" tanya Suban dengan perasaan senang.

"Nisa cuma pengen sepasang cincin nikah saja pak. Tapi kalau bisa ukir nama saya dan nama mas Abian di cincin itu." Jawab Anisa.

"Baiklah bapak akan penuhi. Kalau begitu bapak pergi dulu untuk mengurus segala sesuatunya," ujar Suban Yang di anggukki oleh Anisa.

Anisa kemudian memberitahu semua keluarganya, setelah kepergian Suban. Anisa sudah pasrah dengan apa yang terjadi kedepannya. Dia hanya ingin membahagiakan Sumarno disisa hidup bapaknya itu.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

sabar Anisa..

2023-06-07

0

Siti Solikah

Siti Solikah

suka thor

2023-01-11

0

Siti Muhtarom

Siti Muhtarom

karya mu Aku selalu suka Thor🥰🥰

2022-12-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab.1. Anak Bodoh
2 Bab.2. Berselingkuh
3 Bab.3. Pindah
4 Bab.4. Penderitaan Dimulai
5 Bab.5. Duka Abian
6 Bab.6. Cacat Mental
7 Bab.7. Peringatan Kematian
8 Bab.8. Dikucilkan Keluarga
9 Bab.9. Duka
10 Bab.10. Konspirasi
11 Bab.11. Jangan Tinggalin Anisa
12 Bab.12. Tawaran Menikah
13 Bab.13. Permintaan Terakhir
14 Bab.14. kejujuran Suban
15 Bab.15. Kemarahan Abian
16 Bab.16. Amanat Sumarno
17 Bab.17. Sah
18 Bab.18. Menjemput Suami
19 Bab.19. Pulang Ke Rumah
20 20. Sindiran Mertua
21 Bab.21. Lamaran Kerja
22 Bab.22. Hari Pertama Kerja
23 Bab.23. Gaji Pertama
24 Bab.24. Gosip
25 Bab.25. Bedah Cesar
26 Bab.26. Kenangan Lama
27 Bab.27. Durian Runtuh
28 Bab.28. Berdebar
29 Bab.29. Jadwal Yang Sama
30 Bab.30. Sama-Sama Tidak Pulang
31 Bab.31. Hadiah Motor
32 Bab.32. Cengeng
33 Bab.33. Demam
34 Bab.34. Pisah
35 Bab.35. Hambar
36 Bab.36. Copet Di Mall
37 Bab.37. Bertemu Lagi
38 Bab.38. Mencari Anisa
39 Bab.39. Masih Mencari
40 Bab.40. Undangan
41 Bab.41. Menyebar Undangan
42 Bab.42. Menyakitkan
43 Bab.43. Pembohong!
44 Bab.44. Aku Membencimu
45 Bab.45. Menolak
46 Bab.46. Bergosip Ria
47 Bab.47. Menghindar
48 Bab.48. Senang
49 Bab.49. Tidak Masalah
50 Bab.50. Penyakit Hati
51 Bab.51. Diam
52 Bab.52. Kesalahan
53 Bab.53. Penyesalan Tak Berguna
54 Bab.54. Tidak Terima
55 Bab.55. Putus
56 Bab.56. Murka
57 Bab.57. Pergi Jauh
58 Bab.58. Stres
59 Bab.59. Merindukanmu
60 Bab.60. Positif
61 Bab.61. Klien Besar
62 Bab 62. Liburan
63 Bab.63. Ke Hotel Dulu
64 Bab 64. Berat Hati
65 Bab.65. Ikan Salmon Misterius
66 Bab.66. Tidak Menerima Sedekah Lagi
67 Bab.67. Cinta tidak bisa dipaksakan
68 Bab.68. Takut Ditinggalkan
69 Bab.69. Anisa Kembali
70 Bab.70. Kebenaran
71 Bab.71. SAH
72 Bab.72. Bahagia
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab.1. Anak Bodoh
2
Bab.2. Berselingkuh
3
Bab.3. Pindah
4
Bab.4. Penderitaan Dimulai
5
Bab.5. Duka Abian
6
Bab.6. Cacat Mental
7
Bab.7. Peringatan Kematian
8
Bab.8. Dikucilkan Keluarga
9
Bab.9. Duka
10
Bab.10. Konspirasi
11
Bab.11. Jangan Tinggalin Anisa
12
Bab.12. Tawaran Menikah
13
Bab.13. Permintaan Terakhir
14
Bab.14. kejujuran Suban
15
Bab.15. Kemarahan Abian
16
Bab.16. Amanat Sumarno
17
Bab.17. Sah
18
Bab.18. Menjemput Suami
19
Bab.19. Pulang Ke Rumah
20
20. Sindiran Mertua
21
Bab.21. Lamaran Kerja
22
Bab.22. Hari Pertama Kerja
23
Bab.23. Gaji Pertama
24
Bab.24. Gosip
25
Bab.25. Bedah Cesar
26
Bab.26. Kenangan Lama
27
Bab.27. Durian Runtuh
28
Bab.28. Berdebar
29
Bab.29. Jadwal Yang Sama
30
Bab.30. Sama-Sama Tidak Pulang
31
Bab.31. Hadiah Motor
32
Bab.32. Cengeng
33
Bab.33. Demam
34
Bab.34. Pisah
35
Bab.35. Hambar
36
Bab.36. Copet Di Mall
37
Bab.37. Bertemu Lagi
38
Bab.38. Mencari Anisa
39
Bab.39. Masih Mencari
40
Bab.40. Undangan
41
Bab.41. Menyebar Undangan
42
Bab.42. Menyakitkan
43
Bab.43. Pembohong!
44
Bab.44. Aku Membencimu
45
Bab.45. Menolak
46
Bab.46. Bergosip Ria
47
Bab.47. Menghindar
48
Bab.48. Senang
49
Bab.49. Tidak Masalah
50
Bab.50. Penyakit Hati
51
Bab.51. Diam
52
Bab.52. Kesalahan
53
Bab.53. Penyesalan Tak Berguna
54
Bab.54. Tidak Terima
55
Bab.55. Putus
56
Bab.56. Murka
57
Bab.57. Pergi Jauh
58
Bab.58. Stres
59
Bab.59. Merindukanmu
60
Bab.60. Positif
61
Bab.61. Klien Besar
62
Bab 62. Liburan
63
Bab.63. Ke Hotel Dulu
64
Bab 64. Berat Hati
65
Bab.65. Ikan Salmon Misterius
66
Bab.66. Tidak Menerima Sedekah Lagi
67
Bab.67. Cinta tidak bisa dipaksakan
68
Bab.68. Takut Ditinggalkan
69
Bab.69. Anisa Kembali
70
Bab.70. Kebenaran
71
Bab.71. SAH
72
Bab.72. Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!