Bab.10. Konspirasi

"Mas nuduh aku nyuri sertifikat itu?" tanya Sukamto adik bungsu Sumarno.

Sudah Sumarno duga, adiknya bakal salah paham dengan pertanyaannya tentang sertifikat itu. Sukamto orang terakhir yang dia hubungi, namun respon dari ketiga adiknya sama. Seolah mereka punya jawaban kompak.

"Mas cuma nanya. Mas pikir sertifikatnya kamu yang simpan. Kalau kalian bertiga tidak menyimpannya, berarti sertifikat itu sudah hilang." Jawab Sumarno.

"Tapi aku ndak nyimpan sertifikat sampeyan. Lagipula salah sampeyan sendiri kenapa bisa ceroboh. Sertifikat penting malah sembarangan nyimpan," ucap Sukamto.

"Ya sudah kalau kamu ndak nyimpan sertifikat itu. Nanti Mas bisa nanya salinan sama notaris yang mengurus pembuatan sertifikat itu," ujar Sumarno yang kemudian mengakhiri percakapan itu.

"Kalau dia bisa buat sertifikat yang baru, berarti sia-sia kami menyembunyikan sertifikat itu. Mas Surani sedang menyiapkan surat akta jual beli, bagaimanapun caranya semua aset Mas Sumarno harus jatuh ketangan kami. Aku harus menghubungi Mas Surani dan Mas Sumantri dulu," gumam Sukamto.

Sukamto kemudian menghubungi dua saudaranya yang lain, agar segera berkumpul di rumahnya. Setelah menunggu sekitar 30 menit, Surani dan Sumantri datang dengan mobil mereka.

"Pokoknya aku ndak rela kalau Mas Sumarno dapat bagian yang setara dengan kita Mas," ujar Sumantri.

"Iya Mas. Lah wong kita yang mengelola perkebunan dan peternakan selama ini. Tapi kenapa dia dapat bagian yang sama? lagipula dia ndak cocok ngelolah bisnis perkebunan besar seperti itu. Otaknya pasti ndak nyampai. Lah wong cuma tamat SD. Mana bisa dia itung-itungan yang benar," timpal Sukamto.

"Jadi apa rencana kalian? apa kita harus menipunya dengan memaksanya menandatangani akta jual beli, atau melenyapkannya saja?" tanya Surani.

"Aku malah setuju opsi yang kedua Mas. Soalnya ndak merepotkan." Jawab Sukamto dengan enteng.

"Bulan depan Anisa wisudah. Mereka pasti menghadiri acara itu bukan? bagaimana kalau kita melaksanakan rencana kita di hari itu?" tanya Surani.

"Kenapa harus bulan depan Mas? itu terlalu lama," tanya Sumantri.

"Karena cuma di hari itu mereka akan berpergian jauh dan melewati jalan yang bisa menunjang rencana kita. Kalau rutenya cuma ke pasar, itu terlalu dekat dan sulit melancarkan aksi kita." Jawab Surani.

"Jadi apa yang mas rencanakan?" tanya Sukamto.

"Dia sangat sayang dengan hartanya mobil pick up pengangkut sayur itu. Maka biarkan mobil itu yang akan menemani perjalanan terakhir mereka." Jawab Surani dengan seringai dibibirnya.

"Apa kita harus melenyapkan Anisa juga?" tanya Sukamto.

"Kenapa kamu pusing-pusing memikirkan calon perawat itu? biarkan saja dia mewujudkan mimpinya menjadi perawat di akhirat. Barangkali ada malaikat yang sakit, dan butuh dirawat olehnya." Jawab Surani yang kemudian dijawab kekehan oleh Sukamto dan Sumantri.

"Keponakkanku yang malang. Bahkan dia belum sempat menikmati hasil dari perjuangan kuliahnya selama 4 tahun lebih," ujar Sukamto terkekeh.

"Sekarang tugas kalian adalah mencari orang yang bisa melaksanakan tugas merusak rem mobil butut itu," ujar Surani.

"Baik mas." Jawab Sukamto.

*****

Satu bulan kemudian....

"Loh. Kamu kok sudah siap ndok? terus bapak sama buk'e bagaimana?" tanya Kusmini.

"Iya ndok. Apa kami ndak jadi diundang?" tanya Sumarno.

"Jadi dong pak. Kehadiran kalian itulah yang paling penting. Karena acara akan dimulai jam 9, kami sepakat akan melakukan latihan terkhir biar acaranya berjalan lancar." Jawab Anisa.

"Jadi bapak sama buk'e perginya agak siang ndak apa-apa. Yang penting kalian harus hadir ya!" sambung Anisa.

"Ya pasti datang. Nanti jam 10 kami datang kesana," ujar Sumarno.

"Buk'e sudah ndak sabar melihat kamu jadi Sarjana ndok," timpal Kusmini.

"Ya udah Anisa pergi duluan kalau gitu buk'e," ujar Anisa sembari mencium kedua tangan kedua orang tuanya.

Namun sebelum benar-benar pergi, Kusmini ingin sekali memeluk putri semata wayangnya yang tengah menggunakan baju toga itu. Setelahnya Anisa pergi dengan melambaikan tangannya sebelum menaiki motor tukang ojek.

Suasana gedung tempat acara wisudah tampak ramai. Setelah waktu menunjukkan pukul 9, acara intipun dimulai. Kata sambutan telah disampaikan oleh pihak kampus yang berwenang. Hingga tibalah saat seorang pembawa acara mengatakan saatnya pengumuman mahasiswi yang mendapat nilai terbaik juga IPK terbesar.

"Untuk lulusan terbaik atau lulusan Cumlaude pada angkatan ini diberikan pada mahasiswi yang bernama Anisa khumairah dengan IPK 3.98. Cindy dengan IPK 3.85, dan Maria dengan IPK 3.75. Ketiga mahasiswi lulusan terbaik akan mendapatkan hadiah dari kampus, uang senilai 5 juta, Beasiswa untuk mengambil pendidikkan profesi ners secara gratis," ucap pembawa acara.

"Dan kabar baik lainnya adalah. Ketiga lulusan terbaik akan ditarik oleh rumah sakit internasional tanpa melalui tes terlebih dahulu," ucapan pembawa acara itu disambut tepuk tangan meriah oleh semua orang yang hadir.

Anisa menutup mulutnya karena sangat terharu. Dia sangat senang, karena dia tidak kesulitan lagi memperoleh pekerjaan.

"Bapak sama buk'e pasti bahagiakan mendengarnya?" batin Anisa dengan dada yang berbunga-bunga.

"Kami persilahkan untuk lulusan terbaik agar maju kedepan untuk menerima hadiah, piagam, dan formulir pendaftaran ke rumah sakit internasional," ujar pembawa acara.

Anisa dan kedua temannya segera naik keatas panggung, untuk menerima semua hadiah yang akan diberikan untuk mereka. Mata Anisa mencari kesana kemari keberadaan kedua orang tuanya, namun sama sekali tidak melihatnya.

"Silahkan siapa yang akan memberikan perwakilan diantara kalian, untuk memberikan ucapan terima kasih mungkin," ujar Pembawa acara.

Anisa bergegas maju. Karena dia ingin mengungkapkan semua isi hatinya.

"Saya Anisa khumairah. Saya ucapkan terima kasih banyak pada Rektor, dosen, dan semua pihak yang terlibat dalam mendidik kami sampai kami menjadi anak yang berguna. Saya bangga menjadi lulusan dari Almamater kampus ini. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih banyak untuk kedua orang tua saya, yang tidak pernah lelah berjuang untuk menyekolahkan saya meskipun penghasilannya hanya dari menjual sayuran di pasar," air mata Anisa mulai merebak.

"Bapak, buk'e. Semoga dengan menjadi lulusan terbaik, akan membuat kalian bangga dan lelah kalian menjadi terbayar," ucapan Anisa disambut tepuk tangan meriah oleh semua orang yang hadir. Namun diantara mereka, Anisa sama sekali tidak melihat keberadaan orang tuanya.

"Paklek Surani? kenapa dia datang kemari?" batin Anisa.

Surani terlihat berbicara dengan salah satu dosennya. Dosen itu kemudian menyampaikan pada pembawa acara, yang membuat wajah pembawa acara itu jadi muram sembari menoleh kearah Anisa.

"Anisa. Orang tuamu pasti bangga mempunyai anak pintar sepertimu meskipun mereka tidak bisa mengatakannya sekalipun," ucap pembawa acara yang membuat dahi Anisa mengerut.

"Anisa. Kami harap kamu harus bersabar saat mendengar kabar yang membuat kita semua jadi berduka. Tapi saat ini kedua orang tuamu tengah berada di rumah sakit karena mengalami kecelakaan,"

Plukkkk

Semua berkas, uang, yang Anisa pegang jatuh diatas karpet panggung. Suasana mendadak hening, Anisa yang berhasil mengumpulkan kesadarannya segera turun dari panggung setelah memungut barang-barangnya yang terjatuh. Anisa berlari kearah Surani dan segera minta diantarkan ke rumah sakit.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

pasti ulah saudara dari ayah Anisa

2023-06-06

0

Iin Indrawati

Iin Indrawati

Nurse bukan ners yg artinya suster, jd kl bisa lihat di kamus, ini cuma masukkan aja ya thor

2023-01-07

1

Audya

Audya

Telat datengnya dong?

2022-10-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab.1. Anak Bodoh
2 Bab.2. Berselingkuh
3 Bab.3. Pindah
4 Bab.4. Penderitaan Dimulai
5 Bab.5. Duka Abian
6 Bab.6. Cacat Mental
7 Bab.7. Peringatan Kematian
8 Bab.8. Dikucilkan Keluarga
9 Bab.9. Duka
10 Bab.10. Konspirasi
11 Bab.11. Jangan Tinggalin Anisa
12 Bab.12. Tawaran Menikah
13 Bab.13. Permintaan Terakhir
14 Bab.14. kejujuran Suban
15 Bab.15. Kemarahan Abian
16 Bab.16. Amanat Sumarno
17 Bab.17. Sah
18 Bab.18. Menjemput Suami
19 Bab.19. Pulang Ke Rumah
20 20. Sindiran Mertua
21 Bab.21. Lamaran Kerja
22 Bab.22. Hari Pertama Kerja
23 Bab.23. Gaji Pertama
24 Bab.24. Gosip
25 Bab.25. Bedah Cesar
26 Bab.26. Kenangan Lama
27 Bab.27. Durian Runtuh
28 Bab.28. Berdebar
29 Bab.29. Jadwal Yang Sama
30 Bab.30. Sama-Sama Tidak Pulang
31 Bab.31. Hadiah Motor
32 Bab.32. Cengeng
33 Bab.33. Demam
34 Bab.34. Pisah
35 Bab.35. Hambar
36 Bab.36. Copet Di Mall
37 Bab.37. Bertemu Lagi
38 Bab.38. Mencari Anisa
39 Bab.39. Masih Mencari
40 Bab.40. Undangan
41 Bab.41. Menyebar Undangan
42 Bab.42. Menyakitkan
43 Bab.43. Pembohong!
44 Bab.44. Aku Membencimu
45 Bab.45. Menolak
46 Bab.46. Bergosip Ria
47 Bab.47. Menghindar
48 Bab.48. Senang
49 Bab.49. Tidak Masalah
50 Bab.50. Penyakit Hati
51 Bab.51. Diam
52 Bab.52. Kesalahan
53 Bab.53. Penyesalan Tak Berguna
54 Bab.54. Tidak Terima
55 Bab.55. Putus
56 Bab.56. Murka
57 Bab.57. Pergi Jauh
58 Bab.58. Stres
59 Bab.59. Merindukanmu
60 Bab.60. Positif
61 Bab.61. Klien Besar
62 Bab 62. Liburan
63 Bab.63. Ke Hotel Dulu
64 Bab 64. Berat Hati
65 Bab.65. Ikan Salmon Misterius
66 Bab.66. Tidak Menerima Sedekah Lagi
67 Bab.67. Cinta tidak bisa dipaksakan
68 Bab.68. Takut Ditinggalkan
69 Bab.69. Anisa Kembali
70 Bab.70. Kebenaran
71 Bab.71. SAH
72 Bab.72. Bahagia
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab.1. Anak Bodoh
2
Bab.2. Berselingkuh
3
Bab.3. Pindah
4
Bab.4. Penderitaan Dimulai
5
Bab.5. Duka Abian
6
Bab.6. Cacat Mental
7
Bab.7. Peringatan Kematian
8
Bab.8. Dikucilkan Keluarga
9
Bab.9. Duka
10
Bab.10. Konspirasi
11
Bab.11. Jangan Tinggalin Anisa
12
Bab.12. Tawaran Menikah
13
Bab.13. Permintaan Terakhir
14
Bab.14. kejujuran Suban
15
Bab.15. Kemarahan Abian
16
Bab.16. Amanat Sumarno
17
Bab.17. Sah
18
Bab.18. Menjemput Suami
19
Bab.19. Pulang Ke Rumah
20
20. Sindiran Mertua
21
Bab.21. Lamaran Kerja
22
Bab.22. Hari Pertama Kerja
23
Bab.23. Gaji Pertama
24
Bab.24. Gosip
25
Bab.25. Bedah Cesar
26
Bab.26. Kenangan Lama
27
Bab.27. Durian Runtuh
28
Bab.28. Berdebar
29
Bab.29. Jadwal Yang Sama
30
Bab.30. Sama-Sama Tidak Pulang
31
Bab.31. Hadiah Motor
32
Bab.32. Cengeng
33
Bab.33. Demam
34
Bab.34. Pisah
35
Bab.35. Hambar
36
Bab.36. Copet Di Mall
37
Bab.37. Bertemu Lagi
38
Bab.38. Mencari Anisa
39
Bab.39. Masih Mencari
40
Bab.40. Undangan
41
Bab.41. Menyebar Undangan
42
Bab.42. Menyakitkan
43
Bab.43. Pembohong!
44
Bab.44. Aku Membencimu
45
Bab.45. Menolak
46
Bab.46. Bergosip Ria
47
Bab.47. Menghindar
48
Bab.48. Senang
49
Bab.49. Tidak Masalah
50
Bab.50. Penyakit Hati
51
Bab.51. Diam
52
Bab.52. Kesalahan
53
Bab.53. Penyesalan Tak Berguna
54
Bab.54. Tidak Terima
55
Bab.55. Putus
56
Bab.56. Murka
57
Bab.57. Pergi Jauh
58
Bab.58. Stres
59
Bab.59. Merindukanmu
60
Bab.60. Positif
61
Bab.61. Klien Besar
62
Bab 62. Liburan
63
Bab.63. Ke Hotel Dulu
64
Bab 64. Berat Hati
65
Bab.65. Ikan Salmon Misterius
66
Bab.66. Tidak Menerima Sedekah Lagi
67
Bab.67. Cinta tidak bisa dipaksakan
68
Bab.68. Takut Ditinggalkan
69
Bab.69. Anisa Kembali
70
Bab.70. Kebenaran
71
Bab.71. SAH
72
Bab.72. Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!